Ilustrasi: Keagungan Surat At Tin
Surat At Tin, surat ke-95 dalam Al-Qur'an, adalah sebuah permata yang sarat makna dan hikmah. Dinamai berdasarkan kata "At Tin" yang berarti buah tin, surat ini dibuka dengan sumpah Allah SWT atas dua buah yang sangat penting dalam peradaban manusia, yaitu buah tin dan buah zaitun. Sumpah ini bukanlah tanpa tujuan, melainkan sebagai penegas atas sebuah kebenaran agung yang akan disampaikan, yaitu mengenai kesempurnaan penciptaan manusia dan kemuliaan derajatnya, serta konsekuensi dari ketakwaan dan pendustaan terhadap ayat-ayat Allah.
"Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,
Dan demi Bukit Sinai,
Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini."
(QS. At Tin: 1-3)
Mengapa Allah SWT bersumpah dengan buah tin dan zaitun? Buah tin dan zaitun dikenal sebagai buah-buahan yang kaya akan nutrisi, memiliki khasiat penyembuhan, dan tumbuh di daerah-daerah yang subur serta bersejarah dalam peradaban manusia, termasuk tempat-tempat para nabi diutus. Sumpah ini mengisyaratkan betapa Allah sangat menghargai ciptaan-Nya yang memiliki nilai dan keberkahan. Selain itu, sumpah atas Bukit Sinai (tempat Nabi Musa a.s. menerima wahyu) dan negeri Makkah Al-Mukarramah (tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan pusat dakwah Islam) semakin memperkuat kedudukan surat ini sebagai bagian dari risalah kenabian yang hakiki.
Selanjutnya, Allah SWT menyatakan tujuan penciptaan manusia:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami mengembalikannya (menjadi) ke yang serendah-rendah rendahnya."
(QS. At Tin: 4-5)
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, baik secara fisik maupun akal. Potensi akal budi, kemampuan berfikir, dan kebebasan memilih yang dianugerahkan kepada manusia adalah bukti kemuliaan tersebut. Namun, kesempurnaan ini bersifat kondisional. Jika manusia menyalahgunakan anugerah tersebut, mengingkari ajaran Allah, dan tenggelam dalam kesombongan serta perbuatan dosa, maka derajatnya akan direndahkan, bahkan lebih rendah dari makhluk terhina. Ini adalah peringatan keras agar manusia senantiasa menjaga kesucian fitrah dan tidak tergelincir dari jalan kebenaran.
Setelah menjelaskan tentang kesempurnaan penciptaan dan potensi manusia, surat At Tin beralih pada konsekuensi dari perbuatan manusia, khususnya terkait dengan iman dan amal shalih.
"Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At Tin: 6)
Ayat ini memberikan harapan dan kepastian. Bagi mereka yang senantiasa menjaga keimanannya kepada Allah SWT dan melaksanakan amal perbuatan yang baik, sesuai dengan tuntunan syariat, maka akan mendapatkan balasan berupa pahala yang berlimpah dan abadi. Ini adalah kontras yang tajam dengan nasib orang-orang yang ingkar.
Kemudian, surat ini menegaskan kembali tentang hakikat kebenaran ajaran agama dan pertanyaan retoris yang menantang orang-orang yang menolak:
"Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan hari pembalasan sesudah (adanya penjelasan) itu?
Bukankah Allah Hakim yang paling adil?"
(QS. At Tin: 7-8)
Pertanyaan ini mengajak manusia untuk merenung. Dengan segala bukti kesempurnaan penciptaan dan balasan yang telah dijelaskan, masih adakah alasan untuk mengingkari hari pertanggungjawaban (Hari Kiamat)? Allah SWT adalah Hakim yang Maha Adil, tidak ada satupun perbuatan sekecil apapun yang luput dari perhitungan-Nya. Keadilan-Nya akan ditegakkan sepenuhnya pada Hari Kiamat, di mana setiap individu akan menerima balasan yang setimpal atas segala yang telah diperbuat di dunia.
Surat At Tin, dengan ringkas namun padat, mengajarkan kita untuk menghargai anugerah penciptaan, menjaga kesempurnaan diri dengan iman dan amal shalih, serta meyakini adanya hari pembalasan. Pesan ini relevan bagi setiap zaman dan setiap individu, mengingatkan kita untuk selalu berada di jalan kebenaran dan senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Keagungan penciptaan yang disumpah oleh Allah dalam surat ini pada hakikatnya adalah cermin dari kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, dan ketakwaan adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.