Dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat dua surat terakhir yang seringkali dibaca beriringan, yaitu Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas. Keduanya dikenal sebagai "Mu'awwidhatain" atau dua surat perlindungan. Namun, pertanyaan tentang "surat sebelum Al-Falaq" mengarahkan perhatian kita pada keutamaan dan makna mendalam dari Surah An-Nas, yang merupakan surat penutup dalam mushaf Al-Qur'an. Memahami kedua surat ini secara terpisah maupun bersama-sama memberikan perspektif yang lebih kaya tentang ajaran Islam mengenai perlindungan dan tawakal kepada Allah SWT.
Surah An-Nas adalah surat ke-114 dalam urutan mushaf, terdiri dari enam ayat. Dinamakan An-Nas (Manusia) karena kata ini diulang-ulang di dalamnya, menekankan bahwa perlindungan yang diminta adalah dari segala macam kejahatan yang mungkin datang dari sesama manusia, bahkan dari diri sendiri. Surah ini diturunkan di Mekkah (menurut sebagian pendapat) atau di Madinah (menurut pendapat lain), namun mayoritas ulama sepakat bahwa ia adalah surat Madaniyah.
Keutamaan Surah An-Nas sangatlah agung. Bersama dengan Surah Al-Falaq, ia menjadi benteng pertahanan spiritual bagi umat Islam. Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan untuk membaca kedua surat ini setiap malam sebelum tidur, serta membacanya setelah salat fardhu untuk memohon perlindungan dari berbagai marabahaya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Uqbah bin Amir, beliau berkata: "Rasulullah SAW memerintahkanku untuk membaca Al-Mu'awwidhatain setiap kali setelah salat." Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedua surat ini dalam menjaga diri dari keburukan.
Ayat pertama, "قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ" (Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia"), adalah seruan dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Pemelihara seluruh umat manusia. Ini adalah pengingat bahwa Allah adalah satu-satunya pelindung sejati bagi seluruh makhluk-Nya.
Ayat kedua, "مَلِكِ ٱلنَّاسِ" ("Raja manusia"), menegaskan kekuasaan Allah yang absolut atas seluruh umat manusia. Dialah penguasa mutlak yang memiliki segalanya, termasuk takdir dan kehidupan manusia.
Ayat ketiga, "إِلَـٰهِ ٱلنَّاسِ" ("Sembahan manusia"), memperkuat keesaan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang berhak disembah oleh seluruh manusia. Pengakuan ini menjadi dasar ketundukan dan kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya.
Ayat keempat, "مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ" ("Dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi"), memulai permohonan perlindungan dari kejahatan yang paling halus namun berbahaya, yaitu bisikan godaan dari setan. "Al-Khannas" menggambarkan sifat setan yang bersembunyi ketika nama Allah disebut, namun kembali beraksi saat manusia lengah.
Ayat kelima, "ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ" ("Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia"), menjelaskan tempat bisikan itu bekerja, yaitu dalam hati dan pikiran manusia. Setan berusaha merusak niat, keyakinan, dan tindakan manusia dari dalam.
Ayat keenam, "مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ" ("Dari (golongan) jin dan manusia"), merinci sumber dari bisikan jahat tersebut. Perlindungan diminta dari kejahatan bisikan yang datang dari jin dan juga dari manusia yang menjadi pengikut setan. Ini adalah pengakuan bahwa kejahatan bisa datang dari berbagai arah dan sumber.
Dua surat terakhir Al-Qur'an ini, An-Nas dan Al-Falaq, seringkali dibaca bersama karena saling melengkapi dalam mengajarkan konsep perlindungan. Surah Al-Falaq (yang berarti "waktu subuh") memohon perlindungan dari kejahatan yang lebih umum, seperti kegelapan malam, sihir, dan kedengkian. Sementara itu, Surah An-Nas fokus pada perlindungan dari godaan dan bisikan jahat yang datang dari unsur jin dan manusia.
Dengan membaca keduanya, seorang mukmin diajarkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari segala bentuk keburukan, baik yang berasal dari luar diri maupun dari dalam diri sendiri (godaan nafsu yang dibisikkan setan). Ini adalah bentuk pengakuan total atas kelemahan manusia dan kebesaran serta kekuasaan Allah sebagai satu-satunya sumber keamanan dan pertolongan. Membaca surat sebelum Al-Falaq, yaitu An-Nas, bersama dengan Al-Falaq itu sendiri, adalah latihan spiritual yang kuat untuk memperkuat iman, menumbuhkan rasa tawakal, dan membersihkan hati dari pengaruh negatif.
Oleh karena itu, memahami dan mengamalkan bacaan Surah An-Nas, surat sebelum Al-Falaq, adalah bagian penting dari perjalanan spiritual setiap Muslim. Ia mengajarkan kita untuk selalu sadar akan kehadiran Allah, mengakui kekuasaan-Nya, dan memohon perlindungan-Nya dari segala macam keburukan yang mengintai, agar hidup senantiasa terjaga dalam naungan rahmat dan kasih sayang-Nya.