Fokus pada keakuratan tulisan (Rasm) Surah Al-Fatihah.
Surah Al-Fatihah, pembuka dari Al-Qur’an, memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam. Ia bukan sekadar surah biasa; ia adalah rukun dalam salat yang menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut. Oleh karena itu, memastikan bahwa setiap huruf, harakat, dan kaidah penulisannya—yang dikenal sebagai Rasm Uthmani—ditulis dan dibaca dengan benar adalah sebuah kewajiban fundamental bagi setiap Muslim.
Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk tulisan yang benar (Rasm) untuk Surah Al-Fatihah. Kita tidak hanya membahas bentuk visual hurufnya, tetapi juga bagaimana Rasm Uthmani ini menjadi jembatan tak terpisahkan menuju pembacaan (Tajwid) yang benar, yang telah diwariskan melalui sanad yang mutawatir (berkesinambungan dan otentik).
Pemahaman mendalam tentang Rasm Uthmani sangat krusial, sebab Al-Qur’an tidak ditulis mengikuti kaidah Imlai (ejaan standar bahasa Arab modern), melainkan mengikuti kaidah yang telah disepakati oleh para Sahabat di masa Khalifah Utsman bin Affan, yang mengandung kekhususan makna dan qira'at.
Rasm Uthmani adalah satu-satunya metode penulisan yang diakui dan digunakan untuk Al-Qur’an. Ia membedakan dirinya secara signifikan dari Rasm Imlai (ejaan biasa) dalam beberapa aspek. Untuk Surah Al-Fatihah, perbedaan ini tampak halus, tetapi dampaknya terhadap kebenaran bacaan sangat besar.
Ada enam prinsip utama yang menjadi pedoman Rasm Uthmani, dan semua prinsip ini diterapkan pada penulisan Al-Fatihah. Memahami keenam kaidah ini adalah langkah awal untuk memastikan tulisan Al-Fatihah kita benar:
Kebenaran tulisan Al-Fatihah terletak pada kepatuhan kita pada Rasm ini, bukan pada upaya meluruskannya sesuai kaidah tata bahasa Arab kontemporer (Nahwu dan Sharf), karena Rasm Al-Qur’an bersifat tauqifi (ditetapkan).
Ayat keempat, مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (Maaliki Yawm Ad-Din), adalah titik fokus utama dalam pembahasan Rasm Al-Fatihah. Secara Imlai standar, kata ‘pemilik’ seharusnya ditulis dengan Alif panjang: مَالِكِ.
Namun, dalam Rasm Uthmani, kata tersebut ditulis tanpa Alif setelah huruf Mim, yaitu: مَلِكِ.
Mengapa ditulis tanpa Alif? Ini adalah contoh sempurna dari kaidah Al-Hadfz (penghilangan). Para ulama menjelaskan bahwa penghilangan Alif tersebut justru menegaskan sahnya dua Qira'at Mutawatir. Jika Alif ditambahkan, ia akan membatalkan Qira'at 'Maliki' (tanpa Alif) yang juga sahih dari jalur Imam Ashim, Hafsh, dan lainnya. Rasm Uthmani, dengan kecerdasannya, memilih tulisan yang netral dan mencakup keduanya.
Untuk mencapai tulisan yang benar, kita harus memastikan bahwa setiap kata ditulis sesuai Rasm Uthmani, termasuk pemakaian harakat (tanda baca), sukun, tasydid, dan mad.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Fokus Rasm:
Kunci kebenaran Rasm pada Basmalah adalah penghilangan Alif pada kata 'Ism' dan 'Allah', serta pada 'Ar-Rahman', yang menunjukkan keunikan penulisan Al-Qur’an.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Fokus Rasm:
Pengulangan dan penekanan pada tasydid pada رَبِّ adalah wajib, karena penghilangan tasydid akan mengubah arti menjadi 'Rab' (Tuhan yang tunggal), padahal yang dimaksud adalah Rabb yang memiliki kekuasaan penuh, ditunjukkan dengan penekanan ganda (Tasydid).
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Ayat ini mengulang dua sifat Allah. Poin Rasm-nya sama dengan analisis pada Basmalah. Penekanan kembali pada kaidah Al-Hadfz untuk ٱلرَّحْمَٰنِ. Ini menunjukkan konsistensi penulisan dalam Rasm Uthmani, di mana kata yang sama selalu ditulis dengan cara yang sama di seluruh mushaf, kecuali ada alasan kaidah Rasm yang mengharuskannya berubah.
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
Fokus Rasm:
Seperti dibahas di bagian I, perdebatan terletak pada Alif. Mushaf standar kita hari ini menambahkan Alif kecil (مَٰلِكِ) untuk mempermudah pembacaan Maaliki. Namun, jika kita merujuk pada manuskrip kuno Uthmani, tulisan yang benar adalah مَلِكِ (tanpa Alif kecil/dagger Alif), karena Rasm tersebut menampung Qira’at Maliki dan Maaliki. Keduanya adalah tulisan yang benar sesuai konteks (Rasm manuskrip vs. Rasm Imla'i mushaf cetak modern). Untuk tujuan penulisan kaligrafi Al-Qur'an, mengikuti Rasm asalnya (مَلِكِ) adalah yang paling benar secara kaidah Uthmani asli.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Fokus Rasm dan Tajwid yang Berkaitan:
Tulisan yang benar di sini sangat terkait dengan Tajwid (cara membacanya). Kata إِيَّاكَ harus ditulis dengan Tasydid pada huruf Ya' (يَّ). Penghilangan Tasydid (menulis إِيَاكَ) akan mengubah makna secara drastis dari 'Hanya kepada-Mu' menjadi 'Matahari-Mu' atau kehilangan intensitas makna eksklusivitas.
Dalam Rasm Uthmani, setiap huruf yang bertasydid, baik di tengah atau di akhir kata, harus jelas ditandai dengan Tasydid (ّ) untuk menghindari perubahan makna yang fatal. Kesalahan dalam tulisan yang menghilangkan Tasydid pada Ya' ini adalah salah satu kesalahan paling umum dalam menyalin Al-Fatihah.
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
Fokus Rasm:
Penting untuk dicatat bahwa kaidah tulisan yang benar harus membedakan secara tegas antara huruf Shad (ص) dan Sin (س) pada kata 'Shirath'. Meskipun beberapa Qira'at membolehkan Sin, Rasm yang dominan adalah menggunakan Shad, dan ini adalah tulisan yang harus dipertahankan.
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Fokus Rasm dan Pembeda Huruf:
Dalam وَلَا ٱلضَّآلِّينَ, terdapat tiga elemen Rasm penting:
a. Huruf Dhad (ض): Sama seperti ٱلْمَغْضُوبِ, harus Dhad. Ini adalah huruf Arab yang paling sulit, baik dalam tulisan maupun pengucapan (Tajwid).
b. Alif Kecil (Dagger Alif): Dalam beberapa mushaf kuno, kata ini ditulis الضالين tanpa Alif di tengah. Namun, Rasm Uthmani modern (dengan Hafs) menampakkan Alif kecil (آ) yang menandakan Mad panjang (6 harakat).
c. Tasydid Ganda: Harus ada Tasydid pada huruf Lam (لّ) yang menunjukkan adanya Idgham dan Mad Lazim. Tasydid ini mutlak harus ada dalam tulisan yang benar.
Tulisan yang benar (Rasm Uthmani) adalah fondasi, tetapi ia tidak dapat dipisahkan dari cara membacanya (Tajwid). Rasm Uthmani sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga ia secara visual memandu pembaca untuk menerapkan kaidah Tajwid yang benar, yang merupakan transmisi lisan dari Nabi Muhammad ﷺ.
Meskipun Rasm Uthmani asli pada masa Utsman tidak memiliki titik (nuqath) atau harakat (syakl), mushaf modern yang kita gunakan (Mushaf Madinah) telah menambahkan semua tanda ini untuk mencegah kesalahan. Dalam konteks tulisan modern yang benar:
Setiap tanda ini merupakan bagian integral dari tulisan yang benar dalam konteks pedagogis Al-Qur’an hari ini. Tulisan yang benar bukan hanya tentang huruf konsonan, tetapi juga tentang representasi visual dari kaidah Tajwid.
Kebenaran tulisan juga berarti memastikan penempatan titik (nuqath) yang benar, terutama pada huruf-huruf yang mudah tertukar:
Keakuratan dalam penulisan huruf yang mirip sangat penting.
Dalam Al-Fatihah, kesalahan tulisan yang paling sering terjadi adalah pertukaran antara:
Tulisan yang benar harus secara visual mencerminkan fonetik yang benar, dan ini dijamin oleh Rasm Uthmani. Penyalin yang cermat harus memastikan titik-titik (pada Dhad vs. Shad) ditempatkan dengan sempurna.
Meskipun Surah Al-Fatihah pendek, kepentingannya menyebabkan para ulama sangat ketat dalam meninjau setiap potensi kesalahan. Kesalahan dalam tulisan seringkali berakar pada upaya menyederhanakan Rasm Uthmani ke Imlai biasa.
Banyak yang salah menulis Al-Fatihah dengan menambahkan Alif, seolah-olah mengikuti kaidah Imlai standar:
| Tulisan Salah (Imlai) | Tulisan Yang Benar (Rasm Uthmani) | Kaidah |
|---|---|---|
| الرحمن | ٱلرَّحْمَٰنِ | Al-Hadfz Alif |
| مالك (dengan Alif penuh) | مَلِكِ (tanpa Alif) atau مَٰلِكِ (dengan Alif kecil) | Al-Hadfz untuk akomodasi Qira'at |
Penting untuk diingat bahwa penggunaan Alif kecil (ٰ) dalam mushaf cetak modern adalah bagian dari kaidah penulisan yang disempurnakan (Dhabt), yang bertujuan mempertahankan Rasm asli namun memandu pembaca ke bacaan panjang (Mad) yang benar.
Kesalahan terbesar yang harus dihindari dalam menulis Al-Fatihah adalah menghilangkan Tasydid pada dua kata kunci, yang mengubah makna ketauhidan:
Tulisan yang benar harus mencakup semua penanda Tasydid yang telah disepakati oleh para pakar Rasm dan Dhabt.
Di awal setiap ayat (kecuali Basmalah jika dimulai dari situ), kita menemukan Hamzah Washal. Dalam tulisan Rasm Uthmani, Hamzah Washal dilambangkan dengan Alif yang di atasnya tidak terdapat Hamzah Qath’i (أ). Ia sering ditandai dengan kepala Shad kecil (ٱ) di mushaf modern.
Contoh: ٱلْحَمْدُ. Jika ia diawali (diibtidakan), Hamzah Washal ini dibaca. Jika disambung (seperti dalam Basmalah), ia hilang.
Tulisan yang benar harus membedakan Hamzah Qath’i (yang selalu dibaca) seperti pada أَنْعَمْتَ, dengan Hamzah Washal (yang hanya dibaca ketika memulai) seperti pada ٱلْحَمْدُ.
Untuk mencapai pemahaman utuh mengenai tulisan yang benar, kita harus melampaui bentuk huruf dan memahami dimensi linguistik dan riwayat (transmisi) di baliknya. Rasm Uthmani adalah artefak linguistik yang otentik, memuat sejarah Qira'at.
Sebuah pertanyaan mendasar: Mengapa tidak menyederhanakan tulisan Al-Qur’an agar 100% sesuai dengan kaidah Imlai modern yang lebih mudah? Jawabannya terletak pada otentisitas dan kesatuan umat:
Oleh karena itu, tulisan yang benar adalah yang secara saksama mengikuti model Rasm yang diwariskan, bahkan pada detail yang tampak kecil.
Dalam Rasm Uthmani, kata ٱلصِّرَٰطَ (Ash-Shiraat) selalu ditulis dengan Shad (ص) di Surah Al-Fatihah (Ayat 6 dan 7). Namun, terdapat Qira'at lain (seperti Qira'at Imam Hamzah) yang membacanya dengan Sin (س). Ini menimbulkan pertanyaan, apakah tulisan yang benar harus mengakomodasi semuanya?
Jawabannya adalah ya, Rasm Uthmani mengakomodasi secara implisit. Namun, mushaf yang kita gunakan, yang berbasis pada riwayat Hafs dari Ashim, secara eksplisit menggunakan Shad. Untuk tujuan penulisan yang benar dalam konteks standar global (Mushaf Madinah), menggunakan Shad (ص) adalah wajib.
Kita harus memastikan bahwa penulisan Shad ini dilakukan dengan sempurna; ia harus memiliki gigi (tiga lengkungan di atas) yang jelas, dan titiknya (jika Rasm Imlai yang digunakan) tidak boleh hilang.
Kata ٱلضَّآلِّينَ (Adh-Dhaalliin) adalah salah satu kata paling sering salah dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur’an.
Dari segi tulisan (Rasm), perhatian harus diberikan pada:
a. Bentuk dasar huruf Dhad yang unik (memiliki kepala seperti Shad, tetapi dengan satu titik di atas).
b. Koneksi antara Dhad, Alif kecil (Mad), dan Lam bertasydid (لّ).
Jika Dhad diganti dengan Dzal (ذ), Dal (د), atau Dza (ظ), maka tulisan dan bacaan akan berubah secara total, menyebabkan kerusakan makna yang parah (fasad al-ma’na). Tulisan yang benar harus menjamin bahwa bentuk Dhad adalah murni dan tidak tercampur dengan huruf lain yang memiliki kemiripan visual.
Para ahli Rasm menekankan bahwa keunikan Rasm Uthmani di sini adalah untuk membedakan antara Mad Tabi'i (Mad alami) dan Mad Lazim. Dalam ٱلضَّآلِّينَ, Rasmnya secara visual mengarahkan kita pada Mad panjang (6 harakat) karena adanya tasydid setelah Mad. Tulisan yang menghilangkan tanda Mad atau Tasydid dianggap cacat Rasm.
Kebenaran tulisan Al-Fatihah tidak hanya tentang kaidah visual, tetapi juga tentang bagaimana tulisan itu diwariskan. Konsep Sanad (rantai transmisi) yang berlaku untuk hafalan (Tajwid) juga berlaku untuk tulisan (Rasm).
Tulisan yang benar hari ini adalah tiruan langsung (atau sangat mendekati) dari mushaf yang dikumpulkan dan disebarkan oleh Khalifah Utsman, yang dikenal sebagai Mushaf Al-Imam. Komite penulis yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit memastikan bahwa Rasm yang mereka gunakan didasarkan pada apa yang mereka dengar langsung dari Nabi ﷺ dan apa yang telah dicatat sebelumnya.
Kebenaran tulisan Al-Fatihah terjamin karena telah melalui proses penyaringan dan standarisasi ketat ini. Menulis Al-Fatihah dengan benar berarti mengikuti warisan Zaid bin Tsabit dan para Sahabat lainnya.
Seringkali orang mencampuradukkan Rasm (bentuk konsonan asli) dengan Dhabt (tanda vokal, titik, tasydid, sukun, dan Mad). Tulisan yang benar harus membedakan keduanya, tetapi menggunakannya secara sinergis:
Meskipun Dhabt (seperti Harakat, Syaddah, dan titik) ditambahkan jauh setelah masa Utsman (oleh ulama seperti Abul Aswad Ad-Du’ali dan Al-Farahidi), penggunaannya hari ini adalah wajib untuk memastikan pembacaan Al-Fatihah yang benar. Oleh karena itu, tulisan yang benar dalam Mushaf modern adalah kombinasi Rasm Uthmani yang dihiasi Dhabt yang akurat.
Jika seseorang menulis Al-Fatihah dalam kaligrafi dan menghilangkan Dhabt (tanda baca), tulisan tersebut mungkin benar secara Rasm Uthmani murni, tetapi ia tidak memenuhi standar tulisan yang dapat dibaca dengan benar oleh masyarakat umum tanpa Sanad lisan, karena berpotensi menimbulkan kesalahan fatal (seperti membaca إِيَّاكَ tanpa Tasydid).
Mari kita kembali fokus pada Basmalah, karena ia adalah pembuka Surah yang seringkali memiliki kekeliruan Rasm yang tersembunyi. Tulisan yang benar untuk "Dengan nama Allah" adalah بِسْمِ ٱللَّهِ.
Jika kita menulisnya بِاسْمِ (dengan Alif) — meskipun ini benar secara Imlai— maka ia adalah kesalahan Rasm Qur'ani. Penulisan yang benar (menghilangkan Alif Washal) untuk بِسْمِ terjadi karena ia selalu didahului oleh huruf Ba' (huruf jar), yang membuat Alif Washal tidak perlu dibaca dan oleh karenanya dihilangkan dalam Rasm Uthmani. Ini adalah konsistensi Rasm yang harus diikuti.
Konsistensi penulisan nama Allah ٱللَّهِ (dengan penghilangan Alif setelah Lam) dan ٱلرَّحْمَٰنِ (dengan penghilangan Alif di tengah) adalah ciri khas Rasm yang menunjukkan kekudusan dan keistimewaan lafaz-lafaz tersebut, dan harus dipertahankan sebagai tulisan yang benar.
Untuk memudahkan penulisan yang benar, berikut adalah panduan praktis gabungan yang mencakup Rasm dan Dhabt yang krusial:
Saat menyalin atau memverifikasi tulisan Al-Fatihah, fokuskan pada sembilan titik kritis ini:
Penulisan yang benar adalah cerminan dari bacaan yang benar. Jika tulisan kita menghilangkan Tasydid pada إِيَّاكَ, maka kita secara visual telah menghancurkan makna Tauhid yang terkandung dalam ayat tersebut.
Meskipun keindahan kaligrafi Arab (khathth) sangat dihargai, para ulama sepakat bahwa keakuratan Rasm Uthmani harus selalu diutamakan di atas keindahan gaya tulisan. Seseorang mungkin menghasilkan kaligrafi yang indah, tetapi jika ia mengubah Rasm (misalnya, menambahkan Alif pada بِسْمِ), maka tulisan tersebut dianggap tidak sahih untuk Mushaf Al-Qur’an.
Tulisan yang benar adalah yang paling setia mereplikasi Mushaf Al-Imam. Kaligrafi yang paling benar adalah kaligrafi yang paling akurat Rasm-nya.
Inilah bentuk tulisan yang paling benar dan diterima secara luas dalam Mushaf standar (Rasm Uthmani dengan Dhabt standar Hafs):
Setiap titik, harakat, dan tanda Tasydid pada tulisan di atas telah melalui verifikasi ulama Rasm dan Tajwid yang ketat, menjadikannya standar tulisan yang benar dan otentik.
Perhatikan kembali konsistensi penulisan kata صِرَٰطَ (Shiraat) di ayat 6 dan 7. Kedua kata ini harus ditulis identik. Rasm Uthmani sangat ketat dalam mempertahankan kaidah *Iththirad* (konsistensi) di mana satu kata ditulis sama di seluruh Al-Qur'an, kecuali ada kaidah Rasm khusus yang membedakannya (misalnya, penghilangan atau penambahan huruf di posisi tertentu).
Dalam kasus Al-Fatihah, baik ٱلصِّرَٰطَ maupun صِرَٰطَ mempertahankan bentuk Shad dan Alif kecil yang sama. Kesalahan dalam menulis satu bentuk dan benar dalam bentuk yang lain menunjukkan ketidakpahaman terhadap kaidah Rasm yang menyeluruh.
Untuk mencapai kedalaman yang dibutuhkan dalam memahami "tulisan yang benar," kita perlu memeriksa lebih jauh bagaimana Rasm Uthmani menangani potensi ambiguitas dalam kata-kata yang sangat penting.
Tulisan yang benar harus merepresentasikan Mad (pemanjangan vokal) secara akurat. Dalam Al-Fatihah, kita menemukan beberapa jenis Mad yang direpresentasikan secara visual:
A. Mad Tabi’i (Alif Hadzf):
Seperti pada ٱلرَّحْمَٰنِ. Rasm Uthmani menghapus Alif secara konsonan (ا), tetapi Qira'at menuntut pemanjangan. Solusi Rasm adalah menulis konsonan tanpa Alif, namun Dhabt (tanda baca modern) menambahkan Alif kecil (ٰ) sebagai pengingat Mad. Tulisan yang benar harus memiliki Alif kecil ini untuk panduan bacaan.
B. Mad Badal (Implisit):
Kata ءَاتَيْنَا (Aatayna) misalnya, memiliki Mad Badal. Meskipun tidak ada dalam Al-Fatihah, prinsip penulisan Hamzah dan Mad harus diperhatikan. Dalam ٱلضَّآلِّينَ, kombinasi Mad dan Tasydid pada Rasm menunjukkan Mad Lazim.
C. Mad Lazim Kalimi Muthaqqal (ٱلضَّآلِّينَ):
Ini adalah Mad terberat. Dalam Rasm Uthmani, ketika Mad diikuti oleh huruf bertasydid (seperti Alif pada ٱضَّآل diikuti Lam bertasydid), ia ditulis dengan tanda Mad besar (ٓ) di atas Alif kecil (آ). Ini adalah representasi visual bahwa huruf yang hilang (Alif) akan dibaca sangat panjang, dan huruf berikutnya ditekan ganda (Tasydid).
Tulisan yang benar dari وَلَا ٱلضَّآلِّينَ harus memiliki Tasydid yang menempel pada Lam, karena penghilangan Tasydid (yang dalam konteks ini berfungsi sebagai Idgham) akan menghilangkan status Lazim (wajib panjang) dari Mad tersebut.
Meskipun Al-Fatihah tidak memiliki banyak kata gabungan seperti surah lain, pemisahan kata tetap harus dijaga dalam tulisan yang benar. Setiap kata harus ditulis terpisah kecuali untuk preposisi yang melekat, seperti بِسْمِ (Ba' yang menempel pada Ism) dan لِلَّهِ (Lam yang menempel pada Allah).
Ayat 5, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ, harus ditulis sebagai empat kata yang terpisah, bukan digabungkan menjadi satu rangkaian. Kesalahan penulisan yang menggabungkan kata-kata ini (misalnya نَعْبُدُوَإِيَّاكَ) adalah pelanggaran Rasm yang serius.
Kebenaran tulisan juga mencakup penulisan Harakat yang tepat. Kesalahan Harakat pada Rasm, meskipun tidak mengubah konsonan, dapat mengubah makna secara total:
Dalam konteks tulisan yang benar, Harakat haruslah akurat dan ditempatkan dengan jelas di atas atau di bawah huruf yang bersangkutan.
Meskipun Al-Fatihah tidak secara eksplisit mengandung Ikhfa' Syafawi (Mim mati diikuti Ba'), kita melihat hukum Idzhar Syafawi pada عَلَيْهِمْ غَيْرِ dan عَلَيْهِمْ وَلَا. Rasm Uthmani memastikan bahwa Mim mati (مْ) ditulis dengan Sukun yang jelas di atasnya. Sukun ini (kepala kha' kecil) dalam Dhabt menandakan bahwa Mim harus dibaca secara jelas (Idzhar Syafawi), dan ini adalah bagian dari tulisan yang benar.
Jika Mim ditulis tanpa Sukun, ia mengisyaratkan hukum Idgham atau Ikhfa', yang akan menjadi kesalahan Tajwid dan Rasm dalam konteks ayat ini.
Tulisan yang benar untuk Surah Al-Fatihah adalah manifestasi dari warisan kenabian yang dijaga melalui konsensus para Sahabat dan ketelitian para ulama Rasm dan Dhabt sepanjang abad. Kebenaran tulisan ini tidak hanya bersifat ejaan, tetapi juga teologis dan yurisprudensi (hukum). Karena Al-Fatihah adalah rukun salat, kesalahan dalam penulisan yang menyebabkan kesalahan fatal dalam pembacaan (Lahn Jaliy) harus dihindari dengan segala cara.
Kita telah meninjau bahwa:
Kebenaran Rasm Al-Fatihah adalah sebuah ketetapan yang melampaui perubahan zaman dan dialek. Ia adalah warisan abadi yang memastikan setiap Muslim di seluruh dunia, terlepas dari bahasa ibu mereka, membaca ayat-ayat pembuka Al-Qur'an dengan cara yang sama seperti yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Dengan memegang teguh kaidah Rasm Uthmani ini, kita telah menulis Surah Al-Fatihah dengan tulisan yang paling benar dan paling otentik.
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ