Terjemah Surat At Tin Beserta Maknanya

Surat At Tin: Keindahan Penciptaan dan Ketakwaan Demi buah tin dan zaitun...

Ilustrasi: Simbol keindahan dan keberkahan.

Surat At Tin adalah surat ke-95 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 8 ayat. Surat ini termasuk golongan Makkiyyah, yang berarti diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Nama "At Tin" diambil dari ayat pertama surat ini, yang bersumpah demi buah tin dan zaitun. Keindahan dan kedalaman makna surat ini menjadikannya salah satu surat yang sering direnungkan oleh umat Islam.

Teks Arab dan Terjemahan Surat At Tin

1. وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ

Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,

2. وَطُورِ سِينِينَ

dan demi Gunung Sinai,

3. وَهَـٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ

dan demi negeri (Mekah) yang aman ini.

Pada tiga ayat pertama ini, Allah SWT bersumpah dengan beberapa hal yang memiliki nilai penting. Buah tin dan zaitun dikenal sebagai buah-buahan yang kaya nutrisi dan tumbuh di daerah yang subur, melambangkan kesuburan dan rezeki yang baik. Gunung Sinai (Thur Sinin) adalah tempat di mana Nabi Musa AS menerima wahyu dari Allah SWT, melambangkan tempat turunnya wahyu dan mukjizat. Negeri Mekah yang aman (Al-Balad Al-Amin) adalah tempat suci di mana Ka'bah berdiri, simbol persatuan dan ketenangan spiritual. Sumpah ini bertujuan untuk menegaskan kebenaran pesan yang akan disampaikan dalam ayat-ayat selanjutnya.

4. لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Ayat keempat ini merupakan inti dari sumpah-sumpah sebelumnya. Allah menyatakan bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan proporsional, baik secara fisik maupun akal. Ini menunjukkan betapa istimewanya kedudukan manusia di mata Sang Pencipta. Kesempurnaan penciptaan ini bukan tanpa tujuan; ia menuntut manusia untuk mensyukuri nikmat tersebut dan menggunakannya untuk kebaikan.

5. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

Kemudian Kami mengembalikannya (menjadi) ke tempat yang serendah-rendahnya,

Setelah menjelaskan kesempurnaan penciptaan manusia, Allah juga mengingatkan tentang potensi manusia untuk jatuh ke derajat yang paling rendah. Ayat ini menjelaskan bahwa apabila manusia tidak mensyukuri nikmat kesempurnaan yang diberikan, ingkar terhadap ajaran Allah, dan menuruti hawa nafsu, maka ia akan terjerumus ke dalam kehinaan, baik di dunia maupun di akhirat. Ini bisa diartikan sebagai kemerosotan moral, penyimpangan akidah, atau bahkan azab Allah.

6. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Namun, Allah memberikan pengecualian bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Iman yang tulus dan dibarengi dengan perbuatan baik akan menjadi penyelamat dari kejatuhan ke lembah kehinaan. Bagi mereka, disediakan pahala yang tidak akan pernah terputus atau habis. Ini adalah janji kebahagiaan abadi di akhirat bagi hamba-Nya yang senantiasa taat dan menjalankan perintah-Nya.

7. فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ

Maka apakah yang membuatmu mendustakan hari pembalasan setelah (adanya keterangan) ini?

Ayat ketujuh merupakan pertanyaan retoris yang ditujukan kepada manusia. Setelah dijelaskan mengenai kesempurnaan penciptaan, potensi kehinaan, dan ganjaran bagi orang beriman, masih adakah alasan bagi manusia untuk mengingkari Hari Pembalasan (Yaumul Hisab)? Ini adalah seruan untuk merenung dan menyadari betapa jelasnya bukti-bukti kebesaran Allah dan keniscayaan adanya perhitungan amal di akhirat.

8. أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ

Bukankah Allah adalah hakim yang paling adil?

Ayat terakhir ini menegaskan bahwa Allah adalah Hakim yang Maha Adil. Tidak ada kezaliman sedikit pun dalam keputusan-Nya. Setiap perbuatan akan diperhitungkan dan setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan amalnya. Keyakinan akan keadilan Allah ini seharusnya mendorong manusia untuk selalu berbuat baik dan menjauhi segala larangan-Nya, karena pada akhirnya, keadilan Ilahi akan ditegakkan.

Makna dan Hikmah Surat At Tin

Surat At Tin mengingatkan kita tentang dua sisi potensi manusia: potensi untuk menjadi makhluk yang mulia berkat kesempurnaan penciptaannya, dan potensi untuk jatuh ke dalam kehinaan jika mengingkari ajaran-Nya. Hikmah utama yang dapat diambil adalah pentingnya menjaga keimanan dan memperbanyak amal saleh. Kesempurnaan penciptaan kita adalah amanah yang harus dijaga dengan baik melalui ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Surat ini juga mengajarkan kita untuk tidak sombong dengan kelebihan yang dimiliki, karena segala sesuatu bisa berubah jika kita tidak mensyukurinya. Pada akhirnya, Surat At Tin menumbuhkan keyakinan akan keadilan Allah SWT dan keniscayaan Hari Akhir, mendorong kita untuk senantiasa berbuat baik dan mempersiapkan diri menghadapinya.

🏠 Homepage