Al-Baqarah Ayat 1-20 Latin Beserta Makna

Surah Al-Baqarah, yang berarti "Sapi Betina", adalah surah kedua dalam Al-Qur'an dan merupakan salah satu surah terpanjang. Surah ini mengandung berbagai ajaran fundamental Islam, termasuk prinsip-prinsip keimanan, hukum, dan kisah-kisah umat terdahulu. Bagian awal surah ini, yaitu ayat 1 hingga 20, memberikan pengantar yang mendalam mengenai hakikat Al-Qur'an, mukmin, kafir, dan munafik. Memahami ayat-ayat ini sangat penting bagi setiap Muslim untuk memperkuat keyakinan dan pemahaman agamanya.

Berikut adalah bacaan Al-Baqarah ayat 1 sampai 20 dalam tulisan Latin, beserta makna atau tafsir singkatnya, yang disajikan agar mudah dibaca dan dipelajari di perangkat seluler.

Ayat 1-5: Sifat Al-Qur'an dan Golongan Manusia

الۤمۤ

Alif Lām Mīm

Alif, Lam, Mim.

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَـٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Dzalikal kitabu la raiba fiih, hudallil muttaqiin

Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ يُنفِقُونَ

Alladziina yu'minuuna bil ghaibi wa yuqiimuunash shalaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun

Yaitu orang-orang yang beriman pada yang gaib, yang mendirikan salat, dan yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْـَٔاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Walladziina yu'minuuna bimaa unzila ilaika wa maa unzila min qablika wa bil akhirati hum yuuqinuun

Dan orang-orang yang beriman pada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan apa yang diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat.

أُو۟لَـٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Ulaa'ika 'alaa hudam mir rabbihim wa ulaa'ika humul muflihuun

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Ayat-ayat awal ini secara lugas menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang tidak diragukan kebenarannya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Kategori takwa dijelaskan lebih lanjut, yaitu mereka yang beriman pada hal-hal gaib (seperti Allah, malaikat, hari akhir, surga, neraka), mendirikan salat dengan khusyuk, dan gemar bersedekah atau berinfak dari rezeki yang Allah berikan. Keimanan mereka juga mencakup semua wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada para nabi sebelumnya, serta keyakinan yang teguh pada kehidupan akhirat. Orang-orang dengan karakteristik inilah yang akan mendapatkan petunjuk ilahi dan meraih kesuksesan sejati.

Ayat 6-7: Sifat Orang Kafir

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Innal ladziina kafaruu sawaa'un 'alaihim a'andzartahum am lam tundzirhum laa yu'minuun

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman.

خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَبْصَـٰرِهِمْ غِشَوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Khatamallahu 'alaa quluubihim wa 'alaa sam'ihim, wa 'alaa abshaarihim ghishaawah, wa lahum 'adzaabun 'adzim

Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka tertutup. Dan bagi mereka azab yang berat.

Ayat 6 dan 7 menjelaskan kondisi orang-orang yang memilih untuk kafir atau menolak kebenaran. Disebutkan bahwa peringatan sekecil apapun tidak akan bermanfaat bagi mereka, karena hati dan pendengaran mereka telah terkunci oleh Allah, dan pandangan mereka telah tertutup. Ini bukan berarti Allah berbuat zalim, melainkan ini adalah konsekuensi logis dari penolakan mereka yang terus-menerus terhadap kebenaran. Akibatnya, mereka akan menghadapi siksaan yang pedih di akhirat.

Ayat 8-16: Sifat Orang Munafik

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ وَمَا هُم بِـَٔامِنِينَ

Wa minan naasi man yaquulu aamannaa billaahi wa bil yawmil aakhir, wa maa hum bi-aaminnin

Dan di antara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal sesungguhnya mereka bukanlah orang beriman.

يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

Yukhaadi'uunallaha walladziina aamanuu, wa maa yakhda'uuna illaaa anfusahum wa maa yash'uruun

Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri, tanpa mereka sadari.

فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ

Fii quluubihim maradun fazaadahumullahu maradann, wa lahum 'adzaabun aliimum bimaa kaanuu yakdzibuun

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya; dan bagi mereka azab yang pedih disebabkan apa yang selalu mereka dustakan.

وَإِذَا قِيلَ لَهُم لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Wa idzaa qiila lahum laa tufsiduu fil ardhi qaaluuu innamahnu mushlihuun

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi," mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang berhak memperbaiki."

أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلْمُفْسِدُونَ وَلَـٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ

Alaaa innahum humul mufsiduuna wa laakin laa yash'uruun

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.

وَإِذَا قِيلَ لَهُم آمِنُوا۟ كَمَا آمَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓا۟ أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ ٱلسُّفَهَآءُ ۗ أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَـٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ

Wa idzaa qiila lahum aaminuu kamaa aamana nasu, qaaluuu ana'minu kamaa aamanas sufahaa'u, alaaa innahum humus sufahaa'u wa laakin laa ya'lamuun

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman," mereka menjawab, "Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui.

وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ قَالُوٓا۟ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَـٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Wa idzaa laquul ladziina aamanuu, qaaluuu aamannaa, wa idzaa khalaw ilaa shayaathiinihim, qaaluuu innaa ma'akum innamaa nahnu mustahzi'uun

Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (pengikut) mereka, mereka berkata, "Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya memperolok-olok."

ٱللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِى طُغْيَـٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ

Allahu yastahzi'u bihim wa yamudduhum fii thughyaanihim ya'mahuun

Allah akan membalas (olok-olok) mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

Bagian ini menguraikan sifat-sifat orang munafik, yaitu mereka yang mengaku beriman namun hatinya tidak. Mereka berusaha menipu Allah dan kaum mukmin, namun sebenarnya hanya menipu diri sendiri. Hati mereka dipenuhi penyakit keraguan dan kedengkian. Ketika diperintah untuk berbuat baik dan tidak berbuat kerusakan, mereka beralasan bahwa justru merekalah yang memperbaiki. Ketika diajak beriman seperti orang beriman pada umumnya, mereka mengejek dan menganggap orang beriman sebagai orang bodoh. Padahal, kebodohan sejati ada pada diri mereka sendiri. Di hadapan orang mukmin, mereka berpura-pura beriman, namun saat bersama teman-teman sesatnya, mereka menunjukkan sikap mengejek dan bersekongkol. Allah akan membalas perbuatan mereka dan membiarkan mereka terus dalam kesesatan.

Ayat 17-20: Perumpamaan Orang Munafik

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَآءَتْ مَا حَوْلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِى ظُلُمَـٰتٍ لَّا يُبْصِرُونَ

Matsaluhum kamatsalil ladziistawqada naaran, falammaaa adaa'at maa hawlahuu, dzahaballahu binuurihim wa tarakakum fii zhulumaatin laa yubshiruun

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, ketika api itu menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menerangi) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

Shummum bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun

Mereka tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidak dapat kembali.

أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فِيهِ ظُلُمَـٰتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ ۖ يَجْعَلُونَ أَصَـٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِم مِّنَ ٱلصَّوَاعِقِ حَذَرَ ٱلْمَوْتِ ۚ وَٱللَّهُ مُحِيطٌۢ بِٱلْكَـٰفِرِينَ

Aw kasayyibim minas samaa'i fiihi zhulumaatun wa ra'dun wa barqun, yaj'aluuna ashaa'i'ahum fii aadzaanihim minas shawaa'iqi hadharal maut, wallahu muhiithum bil kaafiriin

Atau seperti (keadaan) orang-orang yang tertimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh, dan kilat; mereka memasukkan anak jari-jarinya ke telinga karena takut akan mati (suara kilat itu), dan Allah melingkup (memahami) orang-orang yang kafir.

يَكَادُ ٱلْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَـٰرَهُمْ ۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوْا۟ فِيهِ وَإِذَآ أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا۟ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَـٰرِهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Yakaadul barqu yakhtafu abshaarahum, kullamaaa adaaa'a lahum mashaw fiihi, wa idzaaa azhlama 'alaihim qaamuu, wa law shaaa'allahu ladzahaba bisam'ihim wa abshaarihim, innallaha 'alaa kulli syai'in qadiir

Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menerangi mereka, mereka berjalan di bawahnya; dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Bagian akhir dari rentang ayat ini memberikan dua perumpamaan kuat mengenai kondisi orang munafik. Pertama, seperti orang yang menyalakan api untuk menerangi jalan, namun tiba-tiba Allah memadamkan api tersebut sehingga mereka kembali tersesat dalam kegelapan. Ini menggambarkan bagaimana mereka mendapatkan sedikit pencerahan (ilmu atau pemahaman agama) namun dengan cepat kebenaran itu sirna dari hati mereka karena penolakan dan keraguan. Mereka menjadi tuli, bisu, dan buta secara spiritual. Kedua, seperti orang yang terjebak dalam badai petir yang mengerikan. Cahaya kilat sesaat memberi mereka kesempatan untuk melihat, namun kegelapan yang pekat dan suara guntur membuat mereka sangat ketakutan, hingga mereka menutup telinga. Mereka bergerak maju ketika ada cahaya namun berhenti saat gelap, karena ketakutan dan ketidakpastian. Ini mencerminkan kebingungan dan ketidakteguhan mereka dalam menghadapi kebenaran, serta ketakutan mereka pada azab Allah yang terus mengintai.

Pemahaman mendalam terhadap ayat-ayat awal Surah Al-Baqarah ini menjadi fondasi penting bagi seorang Muslim untuk mengenali hakikat keimanan, serta memahami jebakan dan bahaya kemunafikan dan kekufuran. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman, bertakwa, dan senantiasa dalam naungan rahmat serta petunjuk-Nya.

🏠 Homepage