Al Baqarah Ayat 102-120: Ujian, Keimanan, dan Kebenaran

Kisah Para Nabi dan Ujian Keimanan

Surah Al-Baqarah, ayat 102 hingga 120, menyajikan pelajaran mendalam tentang hakikat keimanan, ujian yang dihadapi oleh para nabi, dan konsekuensi dari mengikuti atau menolak ajaran ilahi. Ayat-ayat ini secara khusus menyoroti kisah Nabi Sulaiman AS dan Nabi Musa AS, memberikan perspektif tentang bagaimana kekuatan, pengetahuan, dan cobaan dapat menguji kesetiaan seorang hamba kepada Allah SWT.

Kisah Nabi Sulaiman dan Sihir

Ayat 102 dari Surah Al-Baqarah membahas tentang penurunan sihir yang konon diturunkan kepada dua malaikat di Babilon, yaitu Harut dan Marut. Allah SWT menjelaskan bahwa keduanya tidak mengajarkan sihir kecuali sebagai ujian bagi umat manusia. Mereka mengingatkan setiap orang yang mempelajarinya bahwa mereka tidak akan memperoleh kebaikan di akhirat dan sungguh, betapa buruknya apa yang mereka tukarkan dengan diri mereka, jika mereka mengetahui.

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لِمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sebenarnya Sulaiman itu tidak kafir, tetapi setan-setanlah yang kafir; mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babilon, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sihir kepada seorang pun, melainkan keduanya berkata (kepada orang yang diajarinya): "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang dapat membinasakan; dan tidaklah mereka dapat membinasakan seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari apa yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa siapa yang menukarnya (sihir itu) dengan dirinya, maka dia tidak akan mendapatkan bagian (yang baik) di akhirat, dan amat buruklah perbuatan mereka yang menukarnya dengan dirinya sendiri, kalau saja mereka mengetahui."

Ayat ini mengingatkan bahwa sihir adalah bentuk kekufuran dan dapat memecah belah rumah tangga, serta bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah. Kisah ini menekankan bahaya mengikuti jalan yang menyesatkan dan pentingnya berpegang teguh pada akidah yang benar.

Tentang Ahlul Kitab dan Keyakinan

Selanjutnya, ayat-ayat ini berbicara tentang Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan bagaimana mereka seharusnya memiliki keyakinan yang kuat. Allah SWT berfirman dalam ayat 113-114 tentang bagaimana orang-orang Yahudi berkata bahwa orang-orang Nasrani tidak memiliki pegangan, dan orang-orang Nasrani berkata bahwa orang-orang Yahudi tidak memiliki pegangan. Padahal keduanya membaca kitab. Orang-orang yang tidak mengetahui, berkata seperti perkataan mereka itu. Maka Allah akan mengadili mereka pada hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan.

Ayat 115 menegaskan kekuasaan Allah atas langit dan bumi, serta keluasan rahmat dan ilmu-Nya. Di mana pun kita menghadap, di situlah wajah Allah. Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Ayat ini mengajarkan bahwa Allah ada di mana-mana dan pengawasan-Nya meliputi segalanya, sehingga tidak ada tempat untuk lari dari-Nya.

Ayat 116 dan 117 menjelaskan tentang keesaan Allah. Mereka berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya; semua tunduk kepada-Nya. Dia Pencipta langit dan bumi; apabila Dia memutuskan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka terjadilah ia. Ini adalah penegasan mutlak terhadap tauhid dan kebesaran Allah.

Tentang Pengorbanan dan Ketakutan

Ayat 118 dan 119 merujuk pada perkataan orang-orang yang tidak memiliki ilmu yang sama seperti orang-orang sebelumnya. Mereka meminta agar Allah menurunkan ayat kepada mereka, atau mendatangkan malaikat kepada mereka, atau mereka memiliki rumah dari emas, atau naik ke langit. Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan menurunkan azab kecuali dengan ukuran yang pasti, dan bagi setiap umat ada ajal (waktu yang ditentukan).

Ayat 120 berbicara tentang keinginan kaum Yahudi dan Nasrani. Allah berfirman bahwa mereka tidak akan ridha kepada kamu (Yahudi dan Nasrani) sampai kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah ilmu datang kepadamu, maka Allah tidak akan menjadi pelindungmu dan tidak pula menjadi penolongmu.

Intisari dan Pelajaran

Kumpulan ayat Al-Baqarah 102-120 ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Pertama, pentingnya menjauhi sihir dan segala bentuk kesesatan yang dapat merusak hubungan antar manusia dan hubungan dengan Allah. Kedua, penekanan pada tauhid, bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Ketiga, peringatan agar tidak mengikuti hawa nafsu dan keinginan orang-orang yang enggan menerima kebenaran, bahkan jika mereka adalah Ahlul Kitab. Keempat, kesadaran bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah, dan bahwa Dia Maha Mengetahui serta Maha Bijaksana dalam setiap ketetapan-Nya.

Memahami ayat-ayat ini membantu kita memperkuat keimanan, menjauhi hal-hal yang dilarang, dan senantiasa memohon perlindungan serta pertolongan hanya kepada Allah SWT. Ini adalah pengingat konstan untuk selalu mencari petunjuk-Nya dan menolak segala bentuk godaan yang menjauhkan kita dari jalan yang lurus.

🏠 Homepage