Ilustrasi Surah Al Baqarah, Ayat 106 hingga 120
Surah Al Baqarah, sebagai surah terpanjang dalam Al-Qur'an, kaya akan petunjuk, kisah, dan hukum yang relevan bagi kehidupan umat manusia. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, rentang ayat 106 hingga 120 menawarkan serangkaian pelajaran penting, mulai dari konsep penggantian wahyu, keteguhan para nabi, hingga mukjizat yang membuktikan kekuasaan Allah SWT.
Ayat 106 Surah Al Baqarah membahas tentang fenomena naskh, yaitu penggantian hukum atau ayat Al-Qur'an dengan ayat lain yang turun kemudian. Allah SWT berfirman:
"Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (nya) terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang serupa dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?"
Ayat ini menegaskan bahwa Allah memiliki kebijaksanaan dalam menurunkan wahyu-Nya. Penggantian ini bukan berarti Al-Qur'an tidak sempurna, melainkan merupakan bagian dari cara Allah mendidik umat-Nya agar senantiasa berpegang teguh pada ketetapan-Nya yang terbaru dan paling sesuai dengan kondisi zaman atau hikmah yang dikehendaki-Nya. Ini mengajarkan pentingnya ketundukan dan keyakinan terhadap segala ketetapan Allah, tanpa mempertanyakan kebijaksanaan-Nya.
Selanjutnya, ayat 107-110 menjelaskan tentang keutamaan Islam dan penolakan terhadap penyesuaian agama dengan keinginan orang-orang kafir. Allah menegaskan bahwa tidak ada pelindung selain Allah, dan siapa pun yang mencari perlindungan selain dari-Nya, maka akan sia-sia. Ayat ini juga menekankan pentingnya mendirikan shalat dan menunaikan zakat, sebagai pilar utama ibadah dalam Islam. Kepatuhan terhadap perintah Allah ini harus dilakukan dengan tulus, tanpa memandang siapa yang memberi perintah.
Pada ayat 111 dan 112, Allah SWT mengisahkan tentang perdebatan yang terjadi antara kaum Yahudi dan Nasrani, di mana masing-masing mengklaim bahwa hanya mereka yang berada di jalan yang benar. Allah menolak klaim tersebut dengan menyatakan bahwa kebenaran hakiki hanya milik Allah, dan siapa pun yang berserah diri kepada-Nya sambil berbuat baik, maka baginya pahala di sisi Tuhannya. Ini adalah pelajaran berharga tentang pentingnya mengutamakan ketulusan dan penyerahan diri kepada Allah, daripada terjebak dalam fanatisme kelompok atau perbedaan pandangan semata.
Ayat 113 memperkuat argumen ini dengan menyatakan bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak berada di atas kebenaran, dan pandangan mereka hanyalah berdasarkan keinginan semata, tanpa dasar yang kuat. Allah menyeru agar manusia tidak mengikuti hawa nafsu, melainkan kembali kepada tuntunan wahyu Ilahi. Pesan ini relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk selalu menguji setiap keyakinan dan ajaran dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
Ayat 114-119 memberikan gambaran tentang celaka yang menimpa orang-orang yang menghalang-halangi masjid dan berniat buruk untuk merusak tempat ibadah tersebut. Allah menegaskan bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam masjid-Nya kecuali dalam keadaan takut, dan bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat. Ini adalah peringatan keras agar umat manusia senantiasa menjaga kesucian tempat ibadah dan menghormati simbol-simbol agama.
Selanjutnya, ayat 120 mengisahkan tentang keteguhan Nabi Ibrahim AS dalam dakwahnya. Bahkan, ketika kaumnya bersikeras menolak ajaran tauhid dan menyembah berhala, Allah menceritakan bagaimana Nabi Ibrahim AS berdialog dengan mereka, menunjukkan kelemahan sembahan mereka, dan memohon petunjuk dari Allah. Kisah ini menjadi teladan bagi para pendakwah dalam menghadapi penolakan dan skeptisisme.
Ayat-ayat selanjutnya dalam rentang ini juga menyoroti mukjizat-mukjizat yang diturunkan kepada para nabi, seperti mukjizat Nabi Musa AS yang dapat membelah lautan. Peristiwa-peristiwa luar biasa ini adalah bukti nyata kekuasaan Allah dan kebenaran para utusan-Nya. Allah mengingatkan agar manusia tidak mengikuti kesesatan orang-orang yang tidak memiliki ilmu dan tidak mau mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran-Nya.
Secara keseluruhan, ayat 106 hingga 120 Surah Al Baqarah memberikan dimensi pemahaman yang kaya. Mulai dari bagaimana Allah mengatur syariat-Nya, pentingnya ketulusan dalam beribadah, hingga pentingnya meneladani para nabi dalam menghadapi tantangan dakwah. Pesan-pesan ini menjadi panduan abadi bagi setiap Muslim untuk memperkuat keyakinan, meningkatkan amal, dan senantiasa mencari keridhaan Allah SWT.