Merenungi Al Baqarah Ayat 113-119: Ajaran tentang Kebenaran dan Pengakuan Iman

Simbol Bintang dan Bulan Sabit

Renungan tentang Keimanan dan Kebenaran Ilahi

Surah Al-Baqarah, sebagai salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur'an, memuat berbagai ajaran fundamental tentang keimanan, hukum, dan akhlak. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, terdapat rangkaian ayat 113 hingga 119 yang memberikan penekanan kuat pada pentingnya mengakui kebenaran Allah dan risalah-Nya, serta mengkritisi sikap umat-umat terdahulu yang menyimpang dari ajaran murni.

Perbedaan Pandangan Umat Terdahulu dan Inti Ajaran Tauhid

Ayat 113 dari Surah Al-Baqarah menggambarkan perbedaan pandangan antara umat-umat terdahulu, khususnya Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kebenaran agama yang mereka anut. Allah SWT berfirman:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ ۗ كَذَٰلِكَ قَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

"Dan orang-orang Yahudi berkata: 'Orang-orang Nasrani tidak memiliki pendirian atas suatu apa pun.' Dan orang-orang Nasrani berkata: 'Orang-orang Yahudi tidak memiliki pendirian atas suatu apa pun.' Padahal mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui berkata serupa dengan perkataan mereka. Maka Allah akan menghakimi mereka pada hari Kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan."

Ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa perselisihan dan klaim kebenaran mutlak yang dipegang oleh masing-masing kelompok, tanpa dasar ilmu yang benar atau tanpa mengakui kebenaran dari pihak lain, adalah sebuah kesesatan. Mereka, meskipun memegang kitab suci, justru saling mengingkari kebenaran ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Ini adalah potret bagaimana manusia bisa terjebak dalam fanatisme kelompok dan kesombongan intelektual, padahal inti dari ajaran para nabi adalah tauhid, yaitu pengesaan Allah SWT.

Allah SWT kemudian menegaskan dalam ayat-ayat berikutnya (114-119) bahwa Dia tidak akan ridha dengan orang-orang yang merusak masjid-Nya, menghalang-halangi penyebutan nama-Nya di dalamnya, serta menolak untuk mengakui kebenaran wahyu-Nya. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَىٰ فِي خَرَابِهَا ۚ أُولَٰئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ ۚ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalang-halangi untuk mengingat nama Allah di masjid-masjid-Nya dan berusaha merusaknya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut. Mereka mendapat kehinaan di dunia dan siksa yang besar di akhirat."

Ayat ini memberikan peringatan keras bagi siapa saja yang berani merusak tempat-tempat ibadah dan menghalang-halangi orang lain untuk berzikir dan beribadah kepada Allah. Ini mencakup tindakan fisik maupun perusakan secara ideologis atau dengan menimbulkan ketakutan.

Mengimani Apa yang Turun dan Menegakkan Kebenaran

Selanjutnya, ayat 118 dan 119 menjadi penegasan kembali tentang pentingnya penerimaan kebenaran yang datang dari Allah, bukan sekadar mengikuti hawa nafsu atau tradisi yang keliru. Allah berfirman:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ

"Dan kalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi (mereka) senantiasa berselisih."

Meskipun Allah berkuasa menjadikan semua manusia satu umat, namun perbedaan adalah sebuah kenyataan yang dikehendaki untuk menguji manusia. Kuncinya adalah bagaimana manusia menyikapi perbedaan tersebut. Ayat 119 melanjutkan:

إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Maka terpenuhilah janji Tuhan-Ku, 'Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahanam ini dengan jin dan manusia semuanya.'"

Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa perbedaan dalam keyakinan dan praktik keagamaan akan terus ada. Namun, Allah memberikan rahmat kepada orang-orang yang memilih untuk berpegang teguh pada kebenaran dan mengikuti petunjuk-Nya. Sebaliknya, mereka yang menolak kebenaran dan memilih jalan kesesatan, ancamannya adalah neraka.

Inti dari Al Baqarah ayat 113-119 adalah seruan untuk bersatu di atas kebenaran tauhid, menjauhi perselisihan yang tidak berdasar, serta menjaga kehormatan rumah-rumah Allah. Ajaran ini sangat relevan bagi umat Islam di mana pun berada, sebagai pengingat untuk terus belajar, introspeksi diri, dan senantiasa merujuk pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber kebenaran yang tidak pernah berubah.

🏠 Homepage