Ayat Latin dan Terjemahannya
"Ulaaa-ika 'alaa hudim mir rabbihim wa ulaaa-ika humul muflihuun"
Artinya: "Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Kontekstualisasi Ayat: Siapa "Mereka" Itu?
Untuk memahami kedalaman makna dari Al-Baqarah ayat 5, penting untuk melihat konteks ayat sebelumnya. Ayat ini merupakan kelanjutan dari deskripsi tentang orang-orang bertakwa (muttaqin) yang disebut dalam Al-Baqarah ayat 2 dan ayat 3. Ayat kedua menyatakan, "Kitab Al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." Kemudian, ayat ketiga menjelaskan ciri-ciri mereka yang bertakwa, yaitu:
- Mereka yang beriman pada yang gaib.
- Mereka yang mendirikan salat.
- Mereka yang menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
- Mereka yang beriman pada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan yang diturunkan sebelummu.
- Mereka yang yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Dengan demikian, ketika Al-Baqarah ayat 5 menyebut "Mereka itulah...", ia merujuk pada kelompok orang yang memiliki karakteristik tersebut. Ayat ini kemudian menegaskan dua janji besar dari Allah SWT bagi hamba-Nya yang memenuhi kriteria ketakwaan itu.
Petunjuk dari Tuhan (Huda mir Rabbihim)
Frasa "alaa hudim mir rabbihim" mengandung makna yang sangat mendalam. "Huda" berarti petunjuk, bimbingan, atau jalan yang benar. Kata "mir rabbihim" menunjukkan bahwa petunjuk ini datang langsung dari Tuhan semesta alam. Ini bukan sekadar nasihat biasa, melainkan wahyu ilahi yang sempurna dan teruji.
Bagi orang-orang yang bertakwa, petunjuk ini tidak hanya berupa informasi, tetapi juga kekuatan dan dorongan untuk mengikutinya. Allah SWT membimbing langkah-langkah mereka, menerangi jalan mereka di tengah kegelapan dunia, dan menjauhkan mereka dari kesesatan. Bimbingan ini mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari keyakinan akidah, cara beribadah, hingga akhlak dan muamalah. Kehidupan mereka menjadi terarah, penuh makna, dan senantiasa dalam keridaan Allah.
Orang-orang yang Beruntung (Humul Muflihuun)
Bagian kedua dari ayat ini, "wa ulaaa-ika humul muflihuun", menjelaskan buah dari ketakwaan yang berlandaskan pada petunjuk Ilahi. Kata "muflihuun" berasal dari akar kata "falah" yang berarti sukses, beruntung, mencapai tujuan, atau selamat. Ini adalah keberuntungan hakiki yang tidak bisa diukur dengan materi semata.
Keberuntungan yang dimaksud meliputi:
- Kesuksesan di Dunia: Mereka akan dimudahkan dalam urusan-urusannya, dilindungi dari berbagai marabahaya, dan diberikan ketenangan jiwa. Rezeki mereka diberkahi, dan mereka mampu menjalani hidup dengan penuh rasa syukur.
- Keselamatan di Akhirat: Ini adalah puncak dari keberuntungan. Mereka akan terhindar dari siksa neraka dan dikumpulkan di surga-Nya yang penuh kenikmatan abadi. Mereka akan meraih kebahagiaan sejati yang tidak pernah terputus.
- Menemukan Tujuan Hidup: Dengan petunjuk Allah, mereka mampu memahami esensi penciptaan dan tujuan hidup mereka, yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Kehidupan mereka menjadi berarti dan terarah.
Penggunaan kata "humul muflihuun" (mereka itulah orang-orang yang beruntung) menekankan eksklusivitas. Tidak semua orang bisa meraih keberuntungan ini. Hanya mereka yang benar-benar mengaplikasikan ajaran ketakwaan, yang senantiasa mencari petunjuk Allah dalam setiap langkahnya.
Implikasi untuk Kehidupan Sehari-hari
Al-Baqarah ayat 5 memberikan motivasi yang luar biasa bagi setiap Muslim. Ia mengingatkan bahwa jalan menuju kesuksesan sejati, baik di dunia maupun akhirat, telah terbentang jelas dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Kuncinya adalah ketakwaan yang dijalankan secara konsisten.
Untuk menjadi bagian dari "mereka" yang mendapatkan petunjuk dan keberuntungan, kita perlu:
- Memperdalam Keimanan: Mengokohkan keyakinan pada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qada serta qadar.
- Menjaga Salat: Melaksanakannya dengan khusyuk dan tepat waktu sebagai tiang agama.
- Bersedekah dan Berinfak: Mengeluarkan sebagian harta di jalan Allah dengan ikhlas.
- Mempelajari Al-Qur'an: Membaca, memahami, dan mengamalkan isinya sebagai petunjuk utama.
- Meyakini Akhirat: Menjadikan kesadaran akan kehidupan setelah mati sebagai pengingat untuk berbuat baik.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ketakwaan ini dalam kehidupan sehari-hari, kita sedang berjalan di atas rel petunjuk Ilahi. Keberuntungan yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam Al-Baqarah ayat 5 akan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup kita, mengantarkan kita pada kebahagiaan yang abadi.