Surah Al-Baqarah, ayat 59 hingga 70, merupakan salah satu bagian dari Al-Qur'an yang mengisahkan sebuah peristiwa luar biasa yang melibatkan Nabi Musa AS dan kaumnya. Ayat-ayat ini tidak hanya menceritakan tentang sebuah mukjizat, tetapi juga sarat akan pelajaran berharga mengenai keyakinan, ketaatan, dan kehati-hatian dalam berinteraksi dengan wahyu ilahi.
Peristiwa ini terjadi ketika Bani Israil berada di bawah kepemimpinan Nabi Musa AS. Suatu ketika, di tengah masyarakat mereka, terjadi sebuah pembunuhan misterius. Seorang pria kaya tewas tanpa diketahui siapa pelakunya, menimbulkan ketegangan dan kecurigaan di antara mereka. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengungkap pelaku pembunuhan tersebut, mereka kemudian mendatangi Nabi Musa AS untuk memohon petunjuk dari Allah SWT.
"Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang diri lalu kamu saling tuduh-menuduh (tentang membunuh itu), padahal Allah akan menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan." (Al-Baqarah: 72)
Allah SWT, melalui wahyu kepada Nabi Musa AS, memberikan perintah yang tampak sederhana namun penuh tantangan: untuk menyembelih seekor sapi betina. Namun, bukan sembarang sapi betina, melainkan yang memiliki kriteria spesifik: bukan sapi yang sudah tua renta untuk membajak tanah, bukan pula yang masih dara untuk diperah susunya, melainkan sapi yang pertengahan antara itu.
Perintah ini awalnya disambut dengan pertanyaan-pertanyaan berulang dari Bani Israil, yang menunjukkan adanya keraguan dan keinginan untuk membatasi tugas yang diberikan. Mereka seolah ingin mengetahui detail sekecil mungkin, bahkan sampai pada warna sapi yang diminta, yaitu sapi yang kuning, yang warnanya menarik perhatian orang yang melihatnya.
"Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.' Mereka berkata: 'Mengapa kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan?' Musa menjawab: 'Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang jahil.'" (Al-Baqarah: 67)
"Mereka berkata: 'Mohonkanlah (tolong) kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menjelaskan kepada kami apa sapi itu, karena sesungguhnya orang-orang (yang mendengar cerita kami) menipu kami, dan sesungguhnya kami jika Allah menghendaki, pasti akan mendapat petunjuk.'" (Al-Baqarah: 70)
Nabi Musa AS dengan sabar menjawab setiap pertanyaan mereka, menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan hal tersebut sebagai ujian dan cara untuk mengungkap kebenaran pembunuhan tersebut. Setiap kali mereka bertanya, Allah menambah detail kriteria sapi tersebut, semakin mempersulit pencarian mereka. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk tidak menunda-nunda atau mempersulit perintah agama dengan berbagai pertanyaan yang tidak perlu.
Akhirnya, setelah pencarian yang cukup mendalam, mereka menemukan sapi yang sesuai dengan semua kriteria yang disebutkan. Sesuai perintah, sapi itu disembelih. Kemudian, dengan izin Allah SWT, bagian dari tubuh sapi tersebut digunakan untuk memukul jenazah orang yang terbunuh.
"Lalu Kami berfirman: 'Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu.' Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang yang mati, dan Allah memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." (Al-Baqarah: 73)
Sungguh sebuah mukjizat yang luar biasa, jenazah itu hidup sesaat, lalu menunjuk pelakunya. Dengan demikian, kebenaran pun terungkap, dan pelaku pembunuhan berhasil diidentifikasi. Peristiwa ini menjadi bukti nyata akan kekuasaan Allah SWT dan kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Musa AS.
Kisah sapi betina ini mengajarkan kita beberapa pelajaran penting:
Al-Baqarah ayat 59-70 adalah pengingat abadi bahwa di setiap perintah Allah, terdapat hikmah dan kebaikan yang mungkin tidak selalu dapat kita pahami secara langsung. Kejadian ini menegaskan bahwa ketaatan, keikhlasan, dan keyakinan yang teguh adalah kunci untuk meraih petunjuk dan pertolongan-Nya.