Menyelami Makna Al-Baqarah Ayat 75-80: Refleksi Kekufuran dan Ambisi Manusia

Surah Al-Baqarah, sebagai surah terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan berbagai hikmah dan pelajaran bagi umat manusia. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, terdapat rangkaian ayat 75 hingga 80 yang menyoroti secara mendalam tentang sifat kekufuran dan berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian kaum Yahudi terhadap ajaran Allah. Ayat-ayat ini bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan peringatan abadi yang relevan untuk direnungkan oleh setiap Muslim.

Tanda-tanda Kekufuran yang Nyata

Ayat 75 dari Surah Al-Baqarah (QS. 2:75) membuka diskusi dengan menegaskan bahwa sebagian kaum Yahudi telah mengingkari tanda-tanda kebenaran yang jelas. Mereka secara terang-terangan menolak ayat-ayat Allah dan kemudian mencoba untuk memutarbalikkan makna kitab suci mereka demi kepentingan diri sendiri.

"Apakah kamu (hai orang-orang mukmin) mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, sedang mereka mengetahui?"

(QS. Al-Baqarah: 75)

Ayat ini secara gamblang menunjukkan sifat keengganan mereka untuk menerima kebenaran. Perubahan makna kitab suci yang mereka lakukan bukanlah karena ketidaktahuan, melainkan kesengajaan untuk menyembunyikan kebenaran dan menyesatkan orang lain. Tindakan semacam ini merupakan bentuk kekufuran yang paling parah, yaitu menolak kebenaran meskipun telah mengetahuinya.

Perlakuan Terhadap Janji Allah

Selanjutnya, ayat 76 (QS. 2:76) mengungkap bagaimana mereka berinteraksi dengan janji-janji Allah. Mereka yang mengaku beriman kepada Taurat, namun sebagian dari mereka ketika bertemu dengan kaum mukmin, mereka mengatakan, "Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami." Padahal, ketika beriman kepada Al-Qur'an, mereka mengingkarinya, yang sebenarnya adalah membenarkan kitab-kitab mereka sendiri.

"Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: 'Kami beriman.' Dan apabila sebahagian mereka kepada sebahagian yang lain dalam rahasia, mereka berkata: 'Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, agar mereka dapat membantah kamu dengan kitab (Taurat) itu di hadapan Tuhanmu? Tidakkah kamu mengerti?'"

(QS. Al-Baqarah: 76)

Ini menunjukkan adanya kemunafikan dalam diri sebagian mereka. Mereka bersikap berbeda di hadapan orang mukmin dan di hadapan sesama mereka sendiri. Mereka takut jika rahasia penolakan mereka terhadap Al-Qur'an terbongkar, yang akan menjadi bukti kemunafikan mereka di hadapan Allah.

Konsekuensi Perilaku yang Melampaui Batas

Ayat 77 (QS. 2:77) melanjutkan tentang konsekuensi dari perbuatan mereka yang terus-menerus melampaui batas. Allah menegaskan bahwa Dia mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka tampakkan. Ini menekankan sifat Maha Mengetahui Allah yang mencakup segala sesuatu.

"Dan tidakkah mereka (orang Yahudi) mengetahui bahwasanya Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka tampakkan?"

(QS. Al-Baqarah: 77)

Ayat 78 (QS. 2:78) kemudian membahas tentang "ummiyyin" (orang yang tidak dapat membaca dan menulis kitab suci) di antara mereka, yang menganggap bahwa mereka tidak akan disentuh api neraka kecuali hanya beberapa hari yang ditentukan. Mereka berpegang teguh pada tradisi dan interpretasi yang salah mengenai kitab suci mereka, bahkan berani mengklaim surga secara eksklusif tanpa dasar yang kuat.

"Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), melainkan sekadar angan-angan kosong, dan mereka tidak lain hanyalah menduga-duga."

(QS. Al-Baqarah: 78)

Ini menunjukkan bahaya dari taklid buta dan mengandalkan perkiraan tanpa ilmu yang benar. Mereka lebih percaya pada tradisi dan interpretasi nenek moyang mereka daripada pada wahyu Allah yang murni.

Permintaan Aneh dan Penolakan Kebenaran

Puncak dari rangkaian ayat ini adalah ayat 79 dan 80 (QS. 2:79-80), yang mengungkapkan permintaan aneh dan penolakan mereka terhadap ayat-ayat Allah yang jelas. Mereka menantang Allah untuk menunjukkan Dzat-Nya secara terang-terangan agar mereka beriman.

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu berkata: 'Ini dari Allah.' padahal ia bukan dari Allah. agar dengan jalan demikian mereka menukar sedikit (harga dunia) dengan dia. Maka kecelakaanlah bagi mereka, dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaanlah bagi mereka dari apa yang mereka peroleh."

(QS. Al-Baqarah: 79)

Ayat 79 secara khusus mengutuk orang-orang yang memalsukan kitab suci mereka, mengklaimnya berasal dari Allah padahal bukan. Mereka melakukan ini demi keuntungan duniawi.

"Dan mereka (kaum Yahudi) berkata: 'Kami tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali hanya beberapa hari saja.' Katakanlah: 'Apakah kamu mengambil janji dari Allah, maka Allah akan memegang janji-Nya, ataukah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?'"

(QS. Al-Baqarah: 80)

Ayat 80 menampilkan argumen mereka yang sangat sombong, mengklaim hanya akan merasakan siksa neraka dalam waktu singkat. Padahal, ini hanyalah angan-angan kosong mereka yang bertentangan dengan keadilan Allah. Permintaan aneh untuk melihat Allah secara langsung adalah bentuk kesombongan dan penolakan atas kebenaran yang telah disampaikan melalui para nabi dan kitab-kitab-Nya.

Pelajaran Berharga

Rangkaian ayat Al-Baqarah 75-80 memberikan pelajaran berharga bagi kita. Pertama, pentingnya berpegang teguh pada kebenaran dan menolak segala bentuk pemalsuan atau penafsiran yang menyimpang dari ajaran Allah. Kedua, peringatan terhadap sifat munafik dan kemunafikan dalam beragama. Ketiga, kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, sehingga tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari pengawasan-Nya. Keempat, menghindari kesombongan dan mengandalkan angan-angan kosong dalam urusan agama, melainkan mencari ilmu dan memahami ajaran-Nya dengan benar.

Renungan terhadap ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa introspeksi diri, memperkuat keimanan, dan berpegang teguh pada tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam agar kita tidak tergolong dalam golongan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah.

🏠 Homepage