Keutamaan Iman dan Ketaatan

Ilustrasi: Ketaatan sebagai Jembatan Menuju Kebenaran

Al Baqarah Ayat 81-90: Tafsir dan Bacaan Latin

Surah Al-Baqarah, ayat 81 hingga 90, merupakan bagian penting dalam Al-Qur'an yang membahas tentang pentingnya keimanan yang murni, konsekuensi dari mengingkari janji Allah, dan ketinggian derajat orang-orang yang beriman serta beramal saleh. Ayat-ayat ini juga menyentuh kisah Nabi Musa AS dan Bani Israil, menyoroti sifat-sifat mereka serta bagaimana Allah memberikan wahyu dan mukjizat kepada mereka.

Ayat 81: Janji yang Terbatas

بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُۥٓ أَجْرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Balā man aslama wajhahū lillāhi wa huwa muhsinun faluhu ajruhu 'inda rabbihī wa lā khawfun 'alayhim wa lā hum yaḥzanūn
Bahkan, barang siapa menyerahkan dirinya kepada Allah sedang dia berbuat baik, maka dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

Ayat ini menegaskan bahwa keselamatan dan pahala yang hakiki hanya bagi mereka yang murni niatnya kepada Allah (menyerahkan diri sepenuhnya) dan disertai dengan perbuatan baik (ihsan). Ini adalah prinsip universal keimanan yang tidak terbatas pada golongan atau ras tertentu.

Ayat 82: Konsekuensi Mengingkari Janji

وَأُولَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Wa ulā'ika aṣḥābun-nāri hum fīhā khālidūn
Dan orang-orang yang mengingkari serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Ayat 82 ini adalah kelanjutan dari pembahasan sebelumnya, yang secara implisit merujuk pada mereka yang tidak memenuhi kriteria di ayat 81. Bagi mereka yang mengingkari, mendustakan, dan menolak kebenaran Allah, balasan mereka adalah kekal di dalam neraka.

Ayat 83: Janji Lain dan Pelanggaran Bani Israil

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَآتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ
Wa idz akhaḏnā mītsāqa banī isrā'īla lā ta'budūna illallāha wa bil-wālidayni iḥsānan wa ḏil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qūlū lin-nāsi ḥusnan wa aqīmūṣ-ṣalāta wa ātūz-zakāta ṯumma tawallaytum illā qalīlam mimmankum wa antum mu'riḍūn
Dan ingatlah, ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, (yaitu) janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian kamu berpaling, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu selalu menjadi orang yang tidak mempedulikan.

Ayat ini membawa kita pada kisah Nabi Musa AS dan Bani Israil. Allah mengambil perjanjian dari mereka untuk menegakkan tauhid, berbuat baik kepada sesama (orang tua, kerabat, yatim, miskin), bertutur kata yang baik, serta mendirikan salat dan menunaikan zakat. Namun, sebagian besar dari mereka mengingkari janji ini, menunjukkan pola perilaku mereka yang seringkali ingkar dan berpaling dari ajaran Allah.

Ayat 84-86: Pelanggaran dan Konsekuensinya

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَآءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُونَ أَنفُسَكُم مِّن دِيَٰرِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ ثُمَّ أَنتُمْ هَٰٓؤُلَآءِ تَقْتُلُونَ أَنفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِّنكُم مِّن دِيَٰرِهِمْ تَظَٰهَرُونَ عَلَيْهِم بِٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوٰنِ وَإِن يَأْتُوكُمْ أُسَٰرَىٰ تُفَٰدُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ وَأَنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ ٱلْكِتَٰبِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ ٱلْعَذَابِ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Wa idz akhaḏnā mītsāqakum lā tasfikūna dimā'akum wa lā tukhrijūna anfusakum mim diyārikum ṯumma aqrartum wa antum tašhadūn ṯumma antum hā'ulā'i taqtulūna anfusakum wa tukhrijūna farīqam mimminkum mim diyārihim taẓāharūna 'alayhim bil-iṯmi wal-'udwāni wa in ya'tūkum usārā tufādūhum wa huwa muḥarramun 'alaykum ikhrājukum wa antum tu'minūna biba'ḍil-kitābi wa takfurūna bib a'ḍi famā jazā'u man yaf'al ḏālika minkum illā khizyun fil-ḥayātid-dun'yā wa yawmal-qiyāmati yuraddūna ilā asyaddil-'aḏābi wallāhu bighāfilin 'ammā ta'malūn
Dan ingatlah, ketika Kami mengambil perjanjian dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (sesama Bani Israil) dan tidak akan mengusir dirimu (saudaramu) dari kampung halamanmu. Kemudian kamu (Bani Israil) mengakui perjanjian itu, sedang kamu mempersaksikan. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesama Bani Israil) dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halaman mereka, kamu bantu-membantu (memusuhi) mereka dengan dosa dan permusuhan. Apabila mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (terlarang) bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebagian kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu selain kehinaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka akan ditolak ke dalam azab yang sangat keras. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.

Ayat-ayat ini secara rinci memaparkan pengingkaran janji Bani Israil. Mereka diperintahkan untuk tidak menumpahkan darah sesama mereka dan tidak mengusir dari kampung halaman. Namun, mereka malah saling membunuh, mengusir, dan membantu musuh dalam kejahatan. Ironisnya, mereka beriman pada sebagian isi kitab suci (Taurat) tetapi mengingkari sebagian lainnya. Konsekuensi dari tindakan ini adalah kehinaan di dunia dan siksaan yang berat di akhirat. Ayat ini mengingatkan bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan.

Ayat 87-90: Mukjizat, Kelalaian, dan Keutamaan Wahyu

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ وَقَفَّيْنَا مِنۢ بَعْدِهِۦ بِٱلرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ ٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَيَّدَّٰهُ بِرُوحِ ٱلْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَآءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ ٱسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَقَالُوا۟ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَل لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَّا يُؤْمِنُونَ وَلَمَّا جَآءَهُمْ كِتَٰبٌ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا۟ مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُوا۟ كَفَرُوا۟ بِهِۦ فَلَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ بِئْسَمَا ٱشْتَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ أَن يَكْفُرُوا۟ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بَغْيًا أَن يُنَزِّلَ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ فَبَآءُو بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ وَلِلْكَٰفِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Wa laqad ātaynā Mūsā al-kitāba wa qaffaynā mim ba'dihi bir-rusuli wa ātaynā 'Īsabna Maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu bi-rūḥil-qudusi afakullamā jā'akum rasūlum bimā lā tahwā anfusukumustakbartum fafarīqan kaḏḏabtum wa farīqan taqtulūn wa qālū qulūbunā ġulfun bal la'anahu-llāhu bikufrihim faqālīlam mā yu'minūn wa lammā jā'ahum kitābum min 'indillāhi muṣaddiqul-limā ma'ahum wa kānū min qablu yastaftaḥūna 'alallāḏīna kafarū falammā jā'ahum mā 'arafū kafarū bihī fala'natu-llāhi 'alal-kāfirīn bi'samā ištaraw bihī anfusahum an yakfurū bimā anzala-llāhu bagyan an yunazzila-llāhu min faḍlihī 'alā man yasyā'u min 'ibādihī fabā'ū biġaḍabin 'alā ġaḍabiw wa lil-kāfirīna 'aḏābum muhīn
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulkan sesudahnya rasul-rasul, dan Kami telah memberikan bukti-bukti (mukjizat) kepada 'Isa putra Maryam dan memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Mengapa setiap datang seorang rasul kepadamu (membawa) sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu, kamu menyombongkan diri? Sebagian kamu dustakan, sebagian kamu bunuh. Dan mereka berkata, "Hati kami tertutup." Tetapi Allah melaknat mereka karena kekafiran mereka; sedikit sekali mereka yang beriman. Dan ketika datang kepada mereka Kitab dari Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, padahal mereka sebelumnya biasa memohon kemenangan (atas orang kafir) dengan kitab itu, lalu setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka kenal, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka Allah melaknat orang-orang yang ingkar. Sangat buruklah (sangkanya) mereka menjual diri mereka dengan kekafiran mereka terhadap apa yang telah diturunkan Allah (Al-Qur'an), karena mereka dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka di atas murka, dan bagi orang-orang kafir akan ada azab yang menghinakan.

Ayat-ayat terakhir ini menggambarkan bagaimana Allah memberikan wahyu dan rasul kepada Bani Israil, termasuk Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS. Namun, mereka seringkali menunjukkan kesombongan dan penolakan terhadap rasul yang datang dengan ajaran yang tidak sesuai hawa nafsu mereka. Mereka bahkan membunuh sebagian rasul dan menolak kitab suci yang datang kemudian (Al-Qur'an), padahal sebelumnya mereka menantikan kemenangan dengan kitab tersebut. Penolakan ini disebabkan oleh kedengkian mereka terhadap karunia Allah yang diberikan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Akibatnya, mereka mendapat murka dari Allah, dan bagi orang-orang kafir disediakan azab yang menghinakan.

Kesimpulan

Kumpulan ayat Al-Baqarah 81-90 memberikan pelajaran mendalam tentang pentingnya keikhlasan dalam beribadah, konsekuensi dari mengingkari janji Allah dan ajaran-Nya, serta ujian keimanan yang dihadapi oleh umat terdahulu. Kisah Bani Israil menjadi cermin bagi umat Islam agar senantiasa menjaga keimanan, berpegang teguh pada seluruh ajaran Al-Qur'an, dan menjauhi kesombongan serta kedengkian agar terhindar dari murka Allah dan meraih keselamatan di dunia serta akhirat.

🏠 Homepage