Musim kompetisi di tahun 2015 menjadi periode yang begitu dinanti oleh para penggemar AS Roma. Di bawah komando pelatih Rudi Garcia di awal musim dan kemudian dilanjutkan oleh Luciano Spalletti, tim Giallorossi menampilkan performa yang menarik, penuh gairah, dan sarat ambisi. Meskipun tidak selalu berakhir dengan trofi, perjalanan Roma di musim tersebut meninggalkan jejak yang kuat dalam ingatan para tifosi.
Di Serie A, AS Roma berjuang keras untuk mempertahankan posisinya di papan atas klasemen. Persaingan dengan tim-tim kuat lainnya seperti Juventus, Napoli, dan Lazio membuat setiap pertandingan menjadi krusial. Roma menunjukkan kualitas permainan yang solid, dengan serangan yang tajam dan lini pertahanan yang cukup kokoh. Momen-momen kemenangan dramatis dan performa individu yang gemilang menghiasi perjalanan mereka di liga domestik. Para pemain seperti Francesco Totti, Daniele De Rossi, Radja Nainggolan, dan Mohamed Salah menjadi tulang punggung tim, memberikan kontribusi besar baik dalam hal gol maupun daya juang.
Di kancah Eropa, AS Roma berpartisipasi dalam Liga Champions. Meskipun langkah mereka di kompetisi paling bergengsi di Eropa tersebut tidak sejauh yang diharapkan, setiap pertandingan selalu menyajikan drama tersendiri. Menghadapi tim-tim raksasa Eropa merupakan ujian berat sekaligus kesempatan untuk mengukur kekuatan tim. Pertandingan di kandang sendiri, Stadio Olimpico, selalu bergemuruh dengan dukungan luar biasa dari para penggemar yang setia. Atmosfer yang tercipta menjadi motivasi tambahan bagi para pemain untuk memberikan yang terbaik.
Musim ini menampilkan beberapa pemain yang menjadi sorotan berkat performa impresif mereka. Kehadiran Francesco Totti, sang legenda hidup, masih memberikan inspirasi dan momen-momen magis di lapangan, meskipun usianya semakin bertambah. Daniele De Rossi menjadi jenderal lapangan tengah yang tangguh, memimpin rekan-rekannya dengan semangat juang yang tak kenal lelah. Radja Nainggolan membuktikan dirinya sebagai gelandang box-to-box yang dinamis, mampu mengganggu permainan lawan dan memberikan ancaman dari lini kedua. Kedatangan Mohamed Salah di pertengahan musim memberikan dimensi baru dalam serangan Roma dengan kecepatan dan dribblingnya yang memukau.
Gaya permainan AS Roma di musim ini cenderung agresif dan menyerang. Tim berusaha menguasai bola, membangun serangan dari lini belakang, dan memanfaatkan kecepatan pemain sayap untuk membongkar pertahanan lawan. Pressing tinggi juga menjadi salah satu taktik yang sering diterapkan untuk merebut bola di area berbahaya lawan. Pelatih berusaha menanamkan filosofi permainan yang atraktif dan menghibur, yang disukai oleh para penggemar. Kemenangan diraih bukan hanya dengan skor, tetapi juga dengan cara bermain yang membanggakan.
Setiap musim pasti menyisakan beberapa pertandingan yang sulit dilupakan. Bagi para penggemar AS Roma, musim ini juga memiliki momen-momen tersebut. Gol-gol indah yang dicetak dalam situasi genting, penyelamatan gemilang dari penjaga gawang, atau bahkan semangat juang luar biasa saat tertinggal namun mampu bangkit adalah hal-hal yang terus dikenang. Kemenangan melawan rival sekota Lazio selalu menjadi pertandingan yang paling ditunggu dan paling emosional. Pertandingan-pertandingan tersebut bukan hanya soal tiga poin, tetapi juga soal harga diri dan kebanggaan.
Meskipun trofi belum berhasil diraih pada musim itu, semangat kebersamaan dan perjuangan yang ditunjukkan oleh para pemain AS Roma patut diapresiasi. Mereka bermain dengan hati, membela lambang serigala di dada dengan bangga. Dukungan tak henti-hentinya dari Curva Sud menjadi sumber kekuatan utama tim. AS Roma 2015 adalah bukti bahwa sepak bola lebih dari sekadar permainan; ia adalah tentang gairah, dedikasi, dan kecintaan yang mendalam dari para penggemarnya. Musim ini mungkin telah berlalu, namun kenangannya akan terus hidup di hati setiap Romanisti.