Asam Urat pada Wanita: Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Asam urat, yang secara medis dikenal sebagai hiperurisemia, adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam urat dalam darah terlalu tinggi. Meskipun sering diasosiasikan dengan pria, kondisi ini juga dapat menyerang wanita, terutama setelah menopause. Memahami asam urat pada wanita sangat penting untuk pencegahan dan penanganan dini agar terhindar dari komplikasi yang lebih serius.
Apa Itu Asam Urat dan Mengapa Bisa Muncul pada Wanita?
Asam urat adalah produk limbah alami yang dihasilkan tubuh saat memecah purin. Purin adalah zat yang ditemukan dalam beberapa jenis makanan dan juga diproduksi oleh tubuh kita. Sebagian besar asam urat larut dalam darah, melewati ginjal, dan dikeluarkan melalui urine. Namun, jika tubuh memproduksi terlalu banyak asam urat atau ginjal tidak dapat mengeluarkannya dengan efisien, kadar asam urat dalam darah dapat meningkat.
Pada wanita, risiko terkena asam urat cenderung meningkat setelah masa menopause. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen diketahui berperan dalam membantu ginjal mengeluarkan asam urat dari tubuh. Ketika kadar estrogen menurun, kemampuan ginjal untuk membuang asam urat juga ikut berkurang, sehingga meningkatkan risiko penumpukan kristal asam urat di persendian.
Faktor Risiko Asam Urat pada Wanita
Selain perubahan hormonal pasca-menopause, beberapa faktor lain dapat meningkatkan risiko asam urat pada wanita, antara lain:
Genetik (Riwayat Keluarga): Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat asam urat, risiko Anda untuk mengalaminya juga meningkat.
Pola Makan Tidak Sehat: Konsumsi makanan tinggi purin secara berlebihan, seperti daging merah, jeroan, makanan laut tertentu (sarden, teri, kerang), serta minuman manis dan beralkohol dapat memicu lonjakan asam urat.
Obesitas atau Berat Badan Berlebih: Kelebihan berat badan dapat meningkatkan produksi asam urat dan menurunkan kemampuannya untuk dikeluarkan oleh ginjal.
Kondisi Medis Tertentu: Beberapa penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan sindrom metabolik dapat berkaitan dengan peningkatan risiko asam urat.
Penggunaan Obat-obatan Tertentu: Diuretik, aspirin dosis rendah, dan beberapa obat imunosupresan dapat memengaruhi kadar asam urat.
Dehidrasi: Kurang minum dapat membuat urine lebih pekat, sehingga mengurangi kemampuan ginjal mengeluarkan asam urat.
Gejala Asam Urat pada Wanita
Gejala asam urat paling umum adalah serangan gout (radang sendi asam urat). Gejala ini bisa muncul tiba-tiba, seringkali di malam hari, dan dapat menyebabkan:
Nyeri sendi yang intens, seringkali pada jempol kaki, namun bisa juga terjadi pada pergelangan kaki, lutut, siku, atau pergelangan tangan.
Sendi terasa panas, bengkak, dan kemerahan.
Keterbatasan gerak pada sendi yang terkena.
Kulit di area sendi yang terkena bisa tampak mengkilap dan memerah.
Jika tidak ditangani, serangan gout bisa datang berulang dan semakin parah, bahkan dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen dan pembentukan tophi (benjolan kristal asam urat di bawah kulit).
Bagaimana Cara Mendiagnosis Asam Urat?
Diagnosis asam urat biasanya melibatkan beberapa langkah:
Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis: Dokter akan menanyakan gejala Anda, riwayat kesehatan, dan pola makan.
Tes Darah: Mengukur kadar asam urat dalam darah (serum urate level). Namun, kadar asam urat normal tidak selalu menyingkirkan gout, begitu pula sebaliknya.
Pemeriksaan Cairan Sendi (Aspirasi Sendi): Mengambil sedikit cairan dari sendi yang terkena untuk diperiksa di bawah mikroskop. Kehadiran kristal urat menandakan diagnosis gout.
Pencitraan: Rontgen, USG, atau CT scan dapat membantu melihat kerusakan sendi atau keberadaan tophi.
Mengatasi dan Mengelola Asam Urat pada Wanita
Tujuan penanganan asam urat adalah untuk meredakan serangan akut, mencegah serangan berulang, dan mencegah komplikasi jangka panjang seperti batu ginjal atau kerusakan sendi. Pendekatan penanganan meliputi:
1. Perubahan Gaya Hidup dan Pola Makan
Ini adalah pilar utama dalam pengelolaan asam urat jangka panjang:
Batasi Makanan Tinggi Purin: Kurangi konsumsi daging merah, jeroan, beberapa jenis ikan (sarden, teri, makarel), dan kerang.
Hindari Minuman Manis dan Beralkohol: Terutama minuman yang mengandung fruktosa tinggi dan alkohol (bir dan minuman keras).
Perbanyak Konsumsi Air Putih: Minum minimal 8 gelas air per hari untuk membantu ginjal mengeluarkan asam urat.
Pilih Karbohidrat Kompleks: Ganti karbohidrat olahan dengan biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran.
Konsumsi Buah Ceri: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah ceri (atau jus ceri) dapat membantu menurunkan kadar asam urat.
Kelola Berat Badan: Turunkan berat badan secara bertahap jika Anda obesitas. Hindari diet ketat atau puasa ekstrem karena dapat memicu serangan asam urat.
2. Obat-obatan
Dokter mungkin meresepkan obat-obatan untuk:
Meredakan Nyeri dan Peradangan Saat Serangan Akut: Meliputi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kolkhisin, atau kortikosteroid.
Menurunkan Kadar Asam Urat Jangka Panjang: Obat seperti Allopurinol atau Febuxostat bekerja dengan mengurangi produksi asam urat atau membantu tubuh mengeluarkannya. Pengobatan ini biasanya diperlukan jika Anda mengalami serangan berulang atau memiliki kadar asam urat yang sangat tinggi.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rencana penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda. Pengobatan mandiri tanpa saran medis dapat berisiko.