Surat At-Tin adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam tentang penciptaan manusia dan hakikatnya. Surat ini menekankan keindahan ciptaan Allah SWT, kesempurnaan bentuk manusia, dan konsekuensi dari mengingkari nikmat-Nya. Berikut adalah bacaan lengkap Surat At-Tin ayat 1 hingga 8, beserta transliterasi dan terjemahannya.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيۡتُونِ
Wat-tīni waz-zaytūn
Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,
وَطُورِ سِينِينَ
Wa ṭūri Sīnīn
dan demi Gunung Sinai,
وَهَـٰذَا ٱلۡبَلَدِ ٱلۡأَمِينِ
Wa hādhāl-baladil-amīn
dan demi negeri (Mekah) yang aman ini.
Dalam empat ayat pertama ini, Allah SWT bersumpah dengan beberapa ciptaan-Nya yang memiliki nilai simbolis tinggi. Buah tin dan zaitun sering diartikan sebagai simbol kesuburan, kesehatan, dan kebaikan. Gunung Sinai adalah tempat di mana Nabi Musa AS menerima wahyu dari Allah SWT. Sedangkan Makkah Al-Mukarramah adalah kota yang diberkahi dan menjadi pusat peribadatan umat Islam. Sumpah ini menunjukkan betapa pentingnya hal-hal yang disebutkan dan menjadi pengantar untuk menjelaskan keagungan penciptaan manusia.
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ
Laqad khalaqnal-insāna fī aḥsani taqwīm
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Ayat kelima ini adalah inti dari penekanan Surat At-Tin. Allah SWT menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk fisik dan mental yang paling sempurna. Postur tubuh yang tegak, akal pikiran yang cerdas, kemampuan untuk belajar, merasakan, dan berinteraksi, semuanya adalah bentuk kesempurnaan yang dianugerahkan kepada manusia. Kesempurnaan ini membedakan manusia dari makhluk lainnya dan memberikan tanggung jawab besar kepadanya.
ثُمَّ رَدَدۡنَـٰهُ أَسۡفَلَ سَـٰفِلِينَ
Thumma radadnāhu asfala sāfilīn
Kemudian, Kami mengembalikannya (ke tempat) serendah-rendahnya.
Ayat keenam ini memberikan perspektif yang lebih luas mengenai nasib manusia. Ada beberapa interpretasi mengenai maksud dari "serendah-rendahnya". Sebagian ulama menafsirkan ini merujuk pada kondisi manusia saat ia berada di usia tua, lemah dan renta, atau bahkan bisa merujuk pada keadaan manusia yang paling hina jika ia durhaka dan menolak ajaran Allah SWT, hingga menjadi lebih rendah dari binatang. Ini adalah pengingat bahwa kesempurnaan penciptaan tidaklah menjamin keselamatan akhirat jika manusia tidak mensyukurinya dan tidak taat kepada Penciptanya.
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٍ
Illal-ladhīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti falahum ajrun ghairu mamnūn
kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.
Ayat ketujuh ini memberikan harapan dan pengecualian yang sangat penting. Allah SWT menyatakan bahwa golongan yang selamat dari kehinaan adalah mereka yang memiliki dua kriteria utama: iman kepada Allah SWT dan para Rasul-Nya, serta amal saleh, yaitu perbuatan baik yang dilakukan sesuai tuntunan agama. Bagi mereka yang memenuhi kedua syarat ini, disediakan pahala yang tak terputus dan tak pernah berkurang, sebuah imbalan abadi di sisi Allah SWT.
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعۡدُ بِٱلدِّينِ
Famā yukadhdhubuka ba‘du bid-dīn
Maka apakah yang membuatmu mendustakan (hari) pembalasan setelah (keterangan yang jelas) ini?
Ayat kedelapan sekaligus penutup dari rangkaian ayat ini, menjadi sebuah pertanyaan retoris yang ditujukan kepada manusia. Setelah Allah SWT menjelaskan tentang kesempurnaan penciptaan, potensi kehinaan, serta jalan keselamatan melalui iman dan amal saleh, masih adakah alasan bagi manusia untuk mendustakan hari pembalasan? Pertanyaan ini mengajak setiap individu untuk merenungkan kembali kehidupannya, kekuasaan Allah SWT, dan konsekuensi dari setiap perbuatannya. Surat At-Tin memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.
Membaca dan merenungkan Surat At-Tin ayat 1-8 dapat meningkatkan keimanan dan kesadaran kita akan tanggung jawab sebagai manusia yang telah diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, sehingga mendapatkan pahala yang tiada putus-putusnya.