Islam Ahmadiyah merupakan salah satu gerakan keagamaan dalam Islam yang didirikan pada akhir abad ke-19 oleh Mirza Ghulam Ahmad di Qadian, India Britania. Gerakan ini mengklaim Mirza Ghulam Ahmad sebagai seorang nabi dan mesias yang dijanjikan untuk era modern, yang kehadirannya merupakan pemenuhan nubuat Islam tentang kedatangan Imam Mahdi dan Mesias. Ajaran inti Islam Ahmadiyah berakar pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, namun dengan penafsiran dan penekanan yang khas.
Simbol sederhana merepresentasikan ajaran Islam.
Salah satu aspek penting dari ajaran Ahmadiyah adalah pemahaman mereka mengenai kenabian. Mereka percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah "Khatamun-Nabiyyin" (penutup para nabi) dalam arti bahwa tidak ada nabi baru yang dapat membawa syariat baru setelah beliau. Namun, mereka menafsirkan konsep ini secara luas, memperbolehkan adanya nabi-nabi yang datang sebagai "bayangan" atau "pengikut" dari Nabi Muhammad SAW, yang datang untuk meneruskan ajaran beliau dan untuk membimbing umat manusia di zamannya. Mirza Ghulam Ahmad diyakini sebagai nabi semacam itu, yang datang untuk menegakkan kembali ajaran Islam yang murni dan menyebarkan perdamaian global.
Islam Ahmadiyah sangat menekankan pada nilai-nilai perdamaian, cinta kasih universal, dan pelayanan kemanusiaan. Mereka menolak kekerasan dalam penyebaran agama dan menganjurkan dialog antaragama serta pemahaman lintas budaya. Misi utama mereka adalah menyebarkan ajaran Islam yang damai ke seluruh dunia melalui dakwah, pendidikan, dan kegiatan sosial.
Prinsip Kunci: Islam Ahmadiyah memegang teguh prinsip 'Cinta untuk Semua, Kebencian untuk Siapa Pun' (Love for All, Hatred for None) sebagai moto utama dalam menyebarkan ajaran Islam yang damai.
Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1835 di Qadian, sebuah desa di Punjab, India. Sejak muda, ia menunjukkan minat yang mendalam pada studi agama dan menghabiskan banyak waktunya untuk berdoa dan merenung. Pada usia 40 tahun, ia mengklaim menerima wahyu ilahi dan mulai menyatakan dirinya sebagai Mujaddid (pembaharu) abad ke-14 Hijriah, serta Mesias yang dijanjikan dan Imam Mahdi. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kejayaan Islam, menyatukan umat manusia di bawah ajaran Islam yang murni, dan melawan berbagai bentuk penyimpangan agama dan kebohongan.
Klaim ini tentu saja menimbulkan kontroversi besar di kalangan ulama Muslim tradisional pada masanya. Namun, Mirza Ghulam Ahmad terus mengembangkan ajarannya, menulis banyak buku, dan mendirikan Jemaat Muslim Ahmadiyah pada tahun 1889. Setelah kematiannya pada tahun 1908, kepemimpinan Jemaat dilanjutkan oleh para Khalifah yang berturut-turut, yang terus memimpin dan mengembangkan Jemaat hingga saat ini.
Sejak didirikan, Islam Ahmadiyah telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Jemaat ini aktif dalam kegiatan dakwah internasional, mendirikan masjid, pusat keagamaan, dan lembaga pendidikan di banyak negara. Mereka juga dikenal melalui penerbitan literatur keagamaan, termasuk terjemahan Al-Qur'an ke dalam berbagai bahasa, serta program-program kemanusiaan melalui organisasi seperti Humanity First.
Meskipun memiliki pengikut yang tersebar di lebih dari 200 negara, Islam Ahmadiyah menghadapi berbagai tantangan dan penolakan dari sebagian besar komunitas Muslim lainnya yang tidak mengakui klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Di beberapa negara, pengikut Ahmadiyah menghadapi diskriminasi dan bahkan penganiayaan. Namun, Jemaat Ahmadiyah tetap teguh pada prinsip-prinsip ajaran mereka, berupaya untuk menyebarkan pesan perdamaian dan toleransi.
Islam Ahmadiyah melihat dirinya sebagai sebuah gerakan restorasi dan reformasi Islam, yang bertujuan untuk mengembalikan kesucian ajaran Islam dan menyajikannya dalam format yang relevan bagi dunia modern.
Dengan penekanannya pada perdamaian, akal budi, dan pelayanan kemanusiaan, Islam Ahmadiyah terus berupaya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat global, sambil menavigasi lanskap keagamaan yang kompleks dan seringkali penuh tantangan.