Simbol visual dari amarah yang meledak dan sulit dikendalikan.
Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan "naik pitam". Ungkapan ini kerap digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tiba-tiba menjadi sangat marah. Namun, apa sebenarnya arti dari "naik pitam"? Mari kita telaah lebih dalam makna dan nuansa di balik frasa ini.
Secara harfiah, "naik pitam" merujuk pada kondisi emosional di mana seseorang kehilangan kendali diri akibat luapan amarah. Amarah ini bisa dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kekecewaan, frustrasi, ketidakadilan, hingga hal-hal sepele yang terakumulasi. Ketika seseorang dikatakan "naik pitam", ia biasanya menunjukkan perilaku yang tidak rasional, seperti berteriak, menggebrak, mengeluarkan kata-kata kasar, atau bahkan melakukan tindakan fisik.
Kata "pitam" sendiri memiliki beberapa arti dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Salah satunya adalah "sakit ayan (epilepsi)" atau "pingsan". Ketika dikaitkan dengan amarah, "pitam" di sini lebih mengarah pada kondisi kehilangan kesadaran diri, seperti terbius atau terperangkap dalam emosi yang sangat kuat sehingga rasionalitas terabaikan. Amarah yang meluap ini membuat seseorang seolah "tidak sadar" akan apa yang ia lakukan dan ucapkan.
Naik pitam bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa sebab. Ada berbagai pemicu yang dapat membuat seseorang mencapai titik didih emosionalnya:
Perilaku marah yang meledak-ledak, atau naik pitam, seringkali membawa dampak negatif, baik bagi individu yang mengalaminya maupun bagi orang di sekitarnya. Hubungan interpersonal bisa rusak, reputasi tercoreng, dan bahkan bisa berujung pada konsekuensi hukum jika tindakan kekerasan terjadi.
Bagi individu itu sendiri, emosi yang terkendali dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Stres kronis akibat mudah marah bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, gangguan pencernaan, dan masalah tidur. Selain itu, kebiasaan naik pitam dapat menciptakan citra diri yang negatif dan menghambat perkembangan pribadi.
Memahami arti dari naik pitam artinya adalah langkah awal. Langkah selanjutnya adalah belajar bagaimana mengelola amarah agar tidak sampai pada titik meledak. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:
Mengendalikan amarah bukanlah tentang menekan emosi, melainkan tentang mengelolanya dengan cara yang sehat dan konstruktif. Dengan memahami naik pitam artinya dan dampaknya, kita dapat berusaha untuk lebih bijak dalam merespons situasi yang memicu emosi.