Memahami Keagungan Surah Al Baqarah: Ayat 120 hingga 130

Ilustrasi Visual Kebijaksanaan Kitab Suci Al Baqarah: 120-130 - Pedoman Hidup Umat Muslim

Surah Al-Baqarah, sebagai surah terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan segudang hikmah dan petunjuk bagi umat Islam. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, rentang ayat 120 hingga 130 menawarkan pemahaman mendalam tentang hakikat keimanan, hubungan dengan Allah SWT, dan interaksi dengan sesama. Ayat-ayat ini tidak hanya membacakan kisah masa lalu, tetapi juga memberikan panduan etika dan moral yang relevan sepanjang masa. Memahami dan merenungkan makna di balik ayat-ayat ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang tak ternilai harganya.

Ayat 120: Penolakan Kaum Yahudi dan Konversi Qiblat

Ayat 120 dimulai dengan teguran kepada kaum Yahudi yang tidak akan pernah puas dengan Islam, bahkan jika Nabi Muhammad SAW mengikuti keinginan mereka. Allah SWT berfirman:

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ ٱلۡهُدَىٰ هُدَى ٱللَّهِۗ أٓيَٰتُهُۥ يُتۡلَىٰ عَلَيۡكَ كَذَٰلِكَۖ وَلَوِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan merasa senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)'. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah ilmu datang kepadamu, Allah tidak akan menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al-Baqarah: 120)

Ayat ini mengingatkan bahwa kebenaran yang dibawa oleh Islam adalah mutlak dari Allah SWT. Upaya untuk menyenangkan semua pihak dengan mengorbankan prinsip kebenaran adalah sia-sia dan justru menjauhkan dari perlindungan ilahi. Di sini juga tersirat mengenai perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah di Mekkah, sebuah peristiwa penting yang menegaskan keindependentan Islam dari tradisi-tradisi sebelumnya.

Ayat 121-123: Konsekuensi Mengikuti Petunjuk dan Keutamaan Orang Beriman

Selanjutnya, ayat 121-123 menjelaskan tentang orang-orang yang diberikan kitab dan menerimanya sebagaimana mestinya, yaitu dengan mengimaninya dan mengikuti petunjuk di dalamnya.

ٱلَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ ٱلْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

"Orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa tidak beriman kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. Al-Baqarah: 121)

يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتِىَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّى فَضَّلْتُكُمْ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ

"Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku karuniakan kepadamu dan (ingatlah) bahwa Aku telah melebihkan kamu atas umat-umat yang lain (pada masamu)." (QS. Al-Baqarah: 122)

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا لَّا تَجْزِى نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَٰعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ

"Dan peliharalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, bahkan tidak akan diterima pembelaan dari seorang pun, dan tidak akan diterima tebusan darinya, dan mereka (orang-orang kafir) tidak akan mendapat pertolongan." (QS. Al-Baqarah: 123)

Ayat-ayat ini menekankan pentingnya membaca dan memahami kitab suci, serta mengikuti petunjuknya dengan benar. Mereka yang menerimanya dengan tulus akan meraih keimanan dan keuntungan dunia akhirat, sementara yang mengingkarinya akan merugi. Allah SWT juga mengingatkan Bani Israil akan nikmat-Nya dan keutamaan yang pernah mereka miliki, serta mengingatkan mereka akan hari kiamat yang penuh pertanggungjawaban. Ini adalah pengingat universal bagi seluruh umat manusia akan pentingnya berbuat baik dan takut kepada hari perhitungan.

Ayat 124-129: Ujian Nabi Ibrahim dan Peninggalan Keturunannya

Bagian ini beralih ke kisah Nabi Ibrahim AS, yang diuji dengan berbagai perintah dan ujian oleh Allah SWT, dan beliau menunaikannya dengan sempurna.

وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِـۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّٰلِمِينَ

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu Ibrahim menyempurnakannya. Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi sekalian manusia.' Ibrahim memohon: 'Dan jadikanlah di antara keturunanku (pemimpin-pemimpin).' Allah berfirman: 'Janji-Ku ini tidak mengenai orang yang zalim.'" (QS. Al-Baqarah: 124)

Kisah Nabi Ibrahim AS adalah teladan kepatuhan mutlak kepada Allah. Ujian-ujian yang diberikan-Nya menunjukkan kesempurnaan imannya. Permohonan beliau agar keturunannya juga menjadi imam menunjukkan kerinduannya untuk menyebarkan kebaikan dan kepemimpinan yang saleh. Namun, Allah menegaskan bahwa janji-Nya hanya untuk orang-orang yang tidak zalim. Ini adalah pelajaran penting bahwa kepemimpinan dan kedudukan tinggi dalam agama membutuhkan kesucian diri dan kejauhan dari kezaliman.

Ayat selanjutnya (125-129) menjelaskan lebih lanjut tentang peran Nabi Ibrahim dalam membangun Ka'bah dan bagaimana ia mendoakan umat yang akan datang.

وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِـۧمَ مُصَلَّىٰ ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِـۧمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

"Dan (ingatlah), ketika Kami jadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman; dan jadikanlah sebahagian dari maqam Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: 'Bersihkanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang iktikaf, orang-orang yang rukuk dan sujud.'" (QS. Al-Baqarah: 125)

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِـۧمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ آمِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: 'Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada siapa yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.' Allah berfirman: 'Dan siapa yang tidak beriman, maka kelak akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa ia menjalani siksa neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.'" (QS. Al-Baqarah: 126)

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِـۧمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan binaan Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami terimalah (amal kami) ini. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'" (QS. Al-Baqarah: 127)

رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

"'Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (junjungan kami) dari keturunan kami, umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadat (haji) kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'" (QS. Al-Baqarah: 128)

رَبَّنَا وَٱبْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ آيَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَابَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

"'Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, mengajarkan mereka Al Kitab dan Al Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.'" (QS. Al-Baqarah: 129)

Kisah pembangunan Ka'bah ini mengajarkan tentang pentingnya kesucian tempat ibadah, keikhlasan dalam beramal, dan doa yang terus-menerus. Doa Nabi Ibrahim agar diutus seorang rasul dari keturunannya yang akan mengajarkan Al-Qur'an dan Hikmah kemudian terjawab dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW.

Ayat 130: Penolakan Ajaran Ibrahim oleh Orang yang Menipu Diri

Terakhir, ayat 130 mengisahkan tentang penolakan terhadap ajaran Nabi Ibrahim AS oleh orang-orang yang pada hakikatnya menipu diri sendiri.

وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَٰهِـۧمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفْسَهُۥ ۚ وَلَقَدِ ٱصْطَفَيْنَٰهُ فِى ٱلدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُۥ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

"Dan tidak ada orang yang membenci agama Ibrahim kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al-Baqarah: 130)

Ayat ini menegaskan bahwa menolak ajaran para nabi, khususnya Ibrahim, adalah bentuk kebodohan diri. Ajaran para nabi adalah jalan kebaikan dan kebenaran yang telah teruji. Mereka yang menolaknya sejatinya merugikan diri sendiri. Allah menegaskan bahwa Nabi Ibrahim AS telah dipilih oleh-Nya dan merupakan orang yang saleh.

Hikmah dan Refleksi

Sepuluh ayat ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Pertama, pentingnya memegang teguh kebenaran dari Allah SWT dan tidak terpengaruh oleh keinginan pihak lain yang menyimpang. Kedua, keharusan untuk membaca, memahami, dan mengamalkan isi kitab suci. Ketiga, peringatan tentang hari kiamat dan pertanggungjawaban individu. Keempat, teladan kepemimpinan spiritual melalui kisah Nabi Ibrahim AS, yang menunjukkan bahwa kedudukan tinggi hanya bagi orang-orang yang saleh dan jauh dari kezaliman. Kelima, penekanan pada kesucian hati dan tempat ibadah, serta pentingnya doa. Terakhir, penolakan terhadap ajaran yang luhur adalah tindakan menipu diri sendiri.

Dengan merenungkan Surah Al-Baqarah ayat 120-130, kita diajak untuk terus mengoreksi diri, memperdalam pemahaman agama, dan berusaha keras untuk menjadi hamba Allah yang saleh dan patuh. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendapatkan petunjuk dan perlindungan-Nya.

🏠 Homepage