Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, adalah samudera hikmah dan petunjuk ilahi yang tak ada habisnya untuk digali. Setiap ayatnya menyimpan makna mendalam yang dapat membimbing kehidupan manusia menuju kebaikan dunia dan akhirat. Salah satu ayat yang sarat akan pesan penting adalah Surah Al-Baqarah ayat 122. Ayat ini mengingatkan kita tentang anugerah istimewa yang diberikan Allah SWT kepada Bani Israil, dan bagaimana mereka seharusnya bersyukur atas nikmat tersebut.
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) Wahai Bani Israil! Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan (ingatlah) bahwa Aku telah melebihkan kamu atas (segala) umat.
Ayat ini turun di tengah-tengah penjelasan mengenai bagaimana umat-umat terdahulu, terutama Bani Israil, menghadapi ujian dan perintah Allah. Allah SWT dalam ayat ini secara spesifik memanggil Bani Israil untuk mengingat kembali nikmat-nikmat yang telah Dia limpahkan. Kata "nikmat" di sini mencakup berbagai karunia yang luar biasa, mulai dari keselamatan dari perbudakan Firaun, terbelahnya Laut Merah, turunnya mann (makanan lezat) dan salwa (burung sejenis puyuh), hingga pengutusan para nabi dan rasul dari kalangan mereka.
Lebih lanjut, ayat ini menegaskan keistimewaan Bani Israil pada masanya, yaitu "Aku telah melebihkan kamu atas (segala) umat." Kelebihan ini bukanlah semata-mata kebanggaan atau dasar kesombongan, melainkan amanah dan ujian. Kelebihan ini merujuk pada berbagai keutamaan yang mereka terima, seperti diturunkannya kitab suci Taurat, diutusnya banyak nabi dan rasul dari keturunan mereka, serta kesempatan untuk memimpin agama pada masa itu. Allah SWT memberikan anugerah ini sebagai sarana untuk menguji sejauh mana mereka mensyukuri dan menggunakan kelebihan tersebut di jalan-Nya.
Meskipun ayat ini ditujukan kepada Bani Israil, terdapat pelajaran universal yang dapat dipetik oleh umat Islam di seluruh zaman. Pertama, pentingnya kesadaran akan nikmat Allah. Kita seringkali terlena oleh urusan duniawi dan melupakan betapa banyak nikmat yang Allah berikan setiap detiknya, mulai dari kesehatan, keluarga, rezeki, hingga nikmat iman dan Islam itu sendiri. Mengingat nikmat Allah adalah langkah awal untuk menumbuhkan rasa syukur.
Kedua, ayat ini mengajarkan bahwa keutamaan atau kelebihan yang diberikan Allah bukanlah untuk disombongkan, melainkan untuk dijalankan amanahnya. Umat Muslim saat ini, dengan nikmat Islam yang sempurna dan Al-Qur'an sebagai petunjuk terakhir, memiliki tanggung jawab yang besar. Kita adalah umat terbaik yang diciptakan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surah Ali 'Imran ayat 110. Tanggung jawab ini menuntut kita untuk menyebarkan kebaikan, menegakkan keadilan, dan menjadi teladan bagi segenap umat manusia.
Ketiga, ayat ini mengingatkan kita akan konsekuensi dari pengingkaran dan ketidakbersyukuran. Sejarah Bani Israil menunjukkan bahwa mereka seringkali mengingkari nikmat Allah, membangkang terhadap perintah-Nya, bahkan membunuh para nabi-Nya. Akibatnya, mereka kehilangan banyak keutamaan dan mendapat murka Allah. Ini menjadi peringatan keras bagi kita agar senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah melalui ketaatan dan rasa syukur, serta tidak menyia-nyiakan amanah kelebihan yang telah diberikan.
Mensyukuri nikmat Allah tidak cukup hanya diucapkan lisan. Syukur yang sejati diwujudkan dalam tindakan nyata.
Surah Al-Baqarah ayat 122 adalah pengingat abadi tentang pentingnya kesadaran, rasa syukur, dan tanggung jawab. Dengan merenungi ayat ini, semoga kita dapat senantiasa bersyukur atas segala karunia Allah dan menggunakan kelebihan yang kita miliki di jalan yang diridhai-Nya, sehingga kita menjadi umat yang benar-benar beruntung di dunia dan akhirat.