Surah Al-Baqarah, juzuk kedua, memuat ayat-ayat yang sarat akan sejarah, peringatan, dan janji Allah SWT. Di antara ayat-ayat penting tersebut adalah rentang ayat 49 hingga 57, yang secara spesifik mengingatkan kaum Bani Israil akan nikmat-nikmat besar yang telah dianugerahkan Allah dan juga ujian berat yang pernah mereka hadapi. Ayat-ayat ini menjadi pengingat abadi bagi umat manusia tentang kekuasaan Allah, janji-Nya, dan konsekuensi dari keingkaran serta kesabaran.
Ayat 49 menjadi pembuka kisah ini dengan tegas mengingatkan Bani Israil akan hari ketika Allah menyelamatkan mereka dari kaum Firaun. "Dan (ingatlah), ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan para pengikutnya, sedang kamu menyaksikan." (QS. Al-Baqarah: 49). Peristiwa ini adalah salah satu mukjizat terbesar yang Allah berikan kepada Nabi Musa AS dan kaumnya. Laut terbelah dua, menciptakan jalan bagi Bani Israil untuk melarikan diri, sementara Firaun dan pasukannya yang mengejar justru ditenggelamkan saat mencoba mengikuti jejak mereka. Ini adalah bukti nyata keagungan Allah yang mampu mengendalikan seluruh alam semesta, termasuk hukum alam yang kita kenal.
Namun, setelah diselamatkan, ujian bagi Bani Israil belum berakhir. Ayat 50 melanjutkan, "Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (untuk memberi Taurat) selama empat puluh malam, kemudian kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sesudah (kematian) Musa, dan kamu adalah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah: 50). Di sini, Allah mengingatkan tentang kelemahan Bani Israil yang mudah tergoda. Seolah belum cukup dengan penindasan Firaun, mereka justru membuat berhala anak lembu untuk disembah ketika Nabi Musa sedang bermunajat kepada Allah di Gunung Sinai. Kesalahan ini menunjukkan betapa rapuhnya iman mereka dan betapa mudahnya mereka kembali kepada kesyirikan, meskipun telah merasakan langsung pertolongan Allah.
Meskipun melakukan kesalahan fatal, Allah Maha Pengampun. Ayat 51 dan 52 menjelaskan, "Kemudian setelah itu Kami maafkan kamu, agar kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 51). Allah memberikan kesempatan kedua, memaafkan mereka dari dosa menyembah anak lembu. Ini adalah bentuk kemurahan hati Allah yang tak terhingga. "Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan Furqaan (pembeda antara yang hak dan batil), agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 52). Allah juga memberikan kitab Taurat yang berisi petunjuk dan hukum sebagai pedoman hidup mereka. Namun, pertanyaannya adalah, apakah mereka benar-benar bersyukur dan memanfaatkan nikmat tersebut?.
Ayat-ayat selanjutnya mengungkapkan bahwa Bani Israil seringkali mengingkari janji dan menolak petunjuk Allah. "Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri dengan menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertobatlah kepada Penciptamu, dan bunuhlah dirimu. Itulah yang lebih baik bagimu di sisi Penciptamu, dan Allah akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.'" (QS. Al-Baqarah: 54). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan tobat yang sangat berat, yaitu saling membunuh di antara mereka sebagai penebus dosa kesyirikan. Ini menunjukkan betapa seriusnya dosa tersebut di mata Allah.
Bahkan setelah melalui proses tobat yang berat, ujian kesabaran dan penerimaan wahyu terus berlanjut. "Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: 'Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sampai kami melihat Allah dengan terang.' Karena itu, kamu disambar halilintar, sedang kamu melihat." (QS. Al-Baqarah: 55). Ini adalah puncak ketidakpercayaan dan keangkuhan mereka. Mereka meminta untuk melihat Allah secara langsung, suatu permintaan yang mustahil bagi manusia dan hanya akan mendatangkan murka Allah. Akibatnya, mereka disambar petir dan mati.
Namun, sekali lagi, Allah menunjukkan sifat Maha Pengampun dan Maha Kuasa-Nya. "Kemudian sesudah itu Kami hidupkan kamu kembali, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 56). Setelah semua Bani Israil mati tersambar petir, Allah membangkitkan mereka kembali. Ini adalah mukjizat yang luar biasa, sebuah kesempatan emas bagi Bani Israil untuk merenungi kesalahan mereka dan kembali kepada jalan yang benar. Namun, sejarah mencatat bahwa mereka seringkali kembali ingkar.
Puncak dari rangkaian kisah ini terdapat pada ayat 57, "Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa, (yaitu) makanan-makanan yang baik. Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS. Al-Baqarah: 57). Allah terus menerus memberikan nikmat kepada Bani Israil, bahkan ketika mereka sedang mengembara di padang pasir setelah keluar dari Mesir. Awan melindungi mereka dari panas terik matahari, dan manna serta salwa (makanan sejenis embun manis dan burung puyuh) diturunkan langsung dari langit. Nikmat ini adalah wujud nyata kasih sayang dan perhatian Allah kepada hamba-Nya.
Ayat-ayat Surah Al-Baqarah 49-57 memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam. Pertama, pentingnya mengenang nikmat-nikmat Allah dan tidak melupakannya. Kedua, mengingatkan kita akan bahaya kesyirikan dan pentingnya menjaga tauhid. Ketiga, mengajarkan tentang sifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang Allah yang selalu membuka pintu tobat. Keempat, menyoroti pentingnya kesabaran dalam menghadapi ujian dan ketaatan terhadap perintah Allah. Terakhir, ayat-ayat ini menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Allah, dan manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
Dengan memahami dan merenungi ayat-ayat ini, diharapkan kita dapat lebih bersyukur atas nikmat yang diberikan, lebih berhati-hati dalam menjaga keimanan, dan senantiasa memohon ampunan serta rahmat dari Allah SWT. Kisah Bani Israil adalah cermin bagi kita, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan terus berjalan di jalan yang diridhai-Nya.