Surah Al-Baqarah, juz kedua, memuat serangkaian ayat yang sarat dengan pelajaran dan hikmah bagi umat manusia. Di antara ayat-ayat tersebut, ayat 84 hingga 88 memiliki kedalaman makna yang sangat penting, menyoroti tentang perjanjian yang diambil Allah SWT dari Bani Israil, sekaligus menggambarkanjati diri dan konsekuensi dari tindakan mereka. Ayat-ayat ini tidak hanya menjadi narasi sejarah, tetapi juga cermin bagi umat Islam untuk merenungkan janji dan kewajiban mereka kepada Sang Pencipta.
Simbol keteguhan dan perjanjian ilahi.
Ayat 84 dari Surah Al-Baqarah memulai dengan mengingatkan kembali janji yang telah diambil Allah SWT dari Bani Israil. Perjanjian ini mencakup beberapa poin krusial: tidak menumpahkan darah sesama dari golongan mereka, tidak mengusir diri sendiri dari kampung halaman, dan menegakkan keadilan serta menghindari permusuhan. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ تُعْرِضُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat." Tetapi kemudian kamu berpaling, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu selalu menjadi pembangkang.
Meskipun perjanjian tersebut bersifat universal, yaitu kebaikan kepada sesama, keadilan, dan penegakan ibadah, fakta yang terjadi adalah Bani Israil mayoritas melanggarnya. Mereka terpecah belah oleh permusuhan internal, saling menumpahkan darah, dan bahkan mengusir sebagian dari mereka. Poin-poin ini bukan sekadar aturan sosial, melainkan fondasi moral dan spiritual yang seharusnya dijaga. Ayat ini menunjukkan betapa mudahnya manusia, bahkan dari kalangan umat pilihan, melupakan janji-janji mulia dan jatuh ke dalam kesalahan.
Ayat 85 melanjutkan dengan konsekuensi yang dihadapi mereka yang melanggar janji tersebut. Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada upaya mereka untuk melarikan diri dari hukuman. Ancaman azab duniawi dan ukhrawi digambarkan dengan jelas. Ayat ini menekankan kesakralan perjanjian dan kepatuhan mutlak kepada Allah SWT.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (dengan firman): "Janganlah kamu menumpahkan darah saudaramu dan janganlah kamu mengusir dirimu (saudaramu) dari kampung halamanmu." Kemudian kamu berikrar (mengakui) sedang kamu mempersaksikan.
Penegasan kembali janji dalam ayat 85 ini lebih spesifik pada isu darah dan pengusiran, yang merupakan pelanggaran paling nyata dalam kehidupan sosial Bani Israil saat itu. Allah SWT mengingatkan bahwa mereka telah mengakui janji ini, namun tetap saja mengingkarinya. Ini menunjukkan adanya inkonsistensi antara pengakuan lisan dan perbuatan.
Selanjutnya, ayat 86 mengungkap sisi lain dari konsekuensi ini, yaitu adanya preferensi dalam menerima Rahmat Allah. Allah SWT menjelaskan bahwa ada di antara mereka yang menjual kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Namun, balasan mereka tidak akan diringankan, bahkan tidak akan mendapat pertolongan. Ini adalah peringatan keras bagi siapa saja yang mengutamakan kesenangan duniawi dan mengabaikan kewajiban ilahi.
ثُمَّ أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ تَقْتُلُونَ أَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِنْكُمْ مِنْ دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِمْ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِنْ يَأْتُوكُمْ أُسَارَىٰ تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ ۖ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Kemudian, kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir sebagian dari kamu dari kampung halamanmu. Kamu saling membantu (menentang) mereka dalam berbuat dosa dan permusuhan. Apabila mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu, selain kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka akan diazab dengan azab yang sangat pedih. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
Di sini, Allah SWT mengecam keras sikap Bani Israil yang hanya mengimani sebagian dari Kitab Taurat dan mengingkari sebagian lainnya. Mereka hanya mengambil ajaran yang menguntungkan mereka, sementara mengabaikan yang membebani atau mengharuskan pengorbanan. Sikap pilih kasih ini adalah bentuk kekufuran yang mendalam, dan konsekuensinya adalah kehinaan di dunia serta siksaan pedih di akhirat.
Ayat 87 memberikan penekanan lebih lanjut mengenai bagaimana Allah SWT memperlakukan para nabi-Nya. Allah telah menganugerahkan Kitab kepada para nabi-Nya dan memerintahkan mereka untuk menyampaikan risalah-Nya. Namun, ketika datang kepada mereka seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada mereka (yaitu Al-Qur'an membenarkan ajaran Taurat yang asli), mereka mengingkarinya dengan penuh kesombongan. Ini menggambarkan penolakan mereka terhadap kebenaran terakhir, yaitu Islam.
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ ۖ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ ۖ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan Kami susulkan sesudahnya rasul-rasul, dan Kami berikan kepada (Isa) putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Rohulkudus. Apakah setiap datang kepadamu rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu, lalu kamu menindasnya (Rasul itu)? Sebagian kamu dustakan, sebagian kamu bunuh.
Ayat ini secara eksplisit menyebut Nabi Musa dan Nabi Isa AS, menunjukkan bahwa kebenaran ilahi itu berkesinambungan. Namun, Bani Israil tidak hanya menolak kebenaran tersebut, tetapi juga membunuh sebagian dari nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Ini adalah puncak dari kesombongan dan penolakan terhadap kehendak Tuhan.
Ayat 88 menjadi penutup rangkaian ini, yang menggambarkan keengganan mereka untuk mendengarkan perkataan yang baik. Mereka mengatakan bahwa hati mereka terkunci, padahal justru kekufuran merekalah yang mengunci hati mereka. Ini adalah peringatan keras bahwa penolakan terhadap kebenaran akan membawa akibat buruk bagi diri sendiri.
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ ۚ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ
Dan mereka (orang Yahudi) berkata, "Hati kami sudah tertutup." Tetapi Allah melaknat mereka karena kekafiran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.
Makna penting dari ayat-ayat ini bagi umat Islam adalah:
Dengan merenungkan Surah Al-Baqarah ayat 84-88, kita diajak untuk introspeksi diri, memastikan bahwa jalan hidup kita selaras dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah. Kita belajar dari sejarah Bani Israil agar tidak mengulangi kesalahan mereka, serta senantiasa memohon perlindungan dan bimbingan Allah SWT agar hati kita tetap terbuka untuk menerima kebenaran.