Surah At-Tin: Urutan, Makna, dan Keutamaan

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ Demi (buah) tin dan (buah) zaitun

Ilustrasi Surah At-Tin

Dalam lautan kitab suci Al-Qur'an yang penuh dengan petunjuk dan hikmah, setiap surah memiliki posisinya sendiri yang teratur dan makna yang mendalam. Pertanyaan mengenai "surah at tin urutan ke" merupakan salah satu pertanyaan umum yang sering muncul di kalangan umat Muslim yang ingin memahami struktur dan isi Al-Qur'an secara lebih baik. Memahami urutan surah tidak hanya sekadar mengetahui nomornya, tetapi juga memberikan perspektif tentang bagaimana Al-Qur'an disusun, meskipun penyusunannya didasarkan pada wahyu ilahi, bukan urutan kronologis penurunan ayat atau surah.

Posisi Surah At-Tin dalam Al-Qur'an

Surah At-Tin adalah surah ke-95 dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Surah ini termasuk dalam golongan surah-surah pendek yang memiliki makna yang sangat kaya dan padat. Ia terletak di juz' amma, juz terakhir dari Al-Qur'an, dan diturunkan di Mekkah, sehingga digolongkan sebagai surah Makkiyyah.

Nama Surah: At-Tin (التين)

Arti Nama: Buah Tin

Urutan dalam Mushaf: 95

Jumlah Ayat: 8 ayat

Golongan Wahyu: Makkiyyah (diturunkan di Mekkah)

Tempat dalam Juz': Juz' 30 (Juz 'Amma)

Kandungan dan Makna Surah At-Tin

Pembukaan surah ini dengan sumpah demi "buah tin dan zaitun" (وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ) menunjukkan betapa pentingnya kedua buah tersebut, baik secara harfiah maupun simbolis. Para ulama menafsirkan sumpah ini dengan berbagai sudut pandang. Ada yang berpendapat bahwa buah tin dan zaitun adalah buah-buahan yang sangat bermanfaat dan dikenal di wilayah Timur Tengah, melambangkan berkah dan kebaikan. Ada pula yang menafsirkan buah tin sebagai tempat diutusnya Nabi Nuh AS (Gunung Judi) dan buah zaitun sebagai tempat diutusnya Nabi Isa AS (Baitul Maqdis).

Lebih dari itu, sumpah ini seringkali mengawali penekanan pada suatu hal yang penting. Dalam Surah At-Tin, setelah sumpah tersebut, Allah SWT berfirman:

"Dan demi Gunung Sinai (Thur), Dan demi negeri (Mekkah) yang aman ini." (QS. At-Tin: 2-3)

Penyebutan tempat-tempat mulia seperti Gunung Sinai dan Mekkah ini semakin memperkuat makna kesucian dan keberkahan yang terkandung dalam sumpah awal surah. Allah SWT sering menggunakan sumpah dengan ciptaan-Nya untuk menunjukkan keagungan dan kekuasaan-Nya, serta untuk menarik perhatian manusia pada tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Selanjutnya, Allah SWT menyatakan:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4)

Ayat ini adalah inti dari penekanan surah ini. Manusia diciptakan dalam bentuk fisik yang sempurna, akal yang cerdas, dan potensi untuk meraih kedudukan yang mulia. Kesempurnaan penciptaan ini merupakan anugerah terbesar dari Allah SWT.

Namun, Allah juga mengingatkan bahwa kesempurnaan penciptaan ini dapat berbalik menjadi kerendahan jika manusia mengingkarinya:

"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya." (QS. At-Tin: 5)

Ayat ini menunjuk kepada kondisi manusia yang tersesat, mengingkari nikmat Allah, berbuat kemaksiatan, dan akhirnya terjerumus ke dalam kehinaan dunia dan akhirat. Ini adalah peringatan keras agar manusia tidak menyalahgunakan anugerah akal dan kebebasan memilihnya.

Setelah itu, Allah menegaskan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh:

"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin: 6)

Ayat ini memberikan harapan dan kabar gembira. Kebinasaan hanya bagi mereka yang ingkar. Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah, mengesakan-Nya, membenarkan rasul-Nya, dan mengerjakan amal-amal saleh sesuai tuntunan agama, maka mereka akan mendapatkan balasan kebaikan yang tiada terputus di akhirat kelak, yaitu surga.

Surah diakhiri dengan pertanyaan retoris yang menantang:

"Maka apakah yang membuatmu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya bukti-bukti) itu?" (QS. At-Tin: 7)

Pertanyaan ini sangat kuat untuk menggugah kesadaran manusia. Dengan segala bukti keesaan Allah, kesempurnaan penciptaan, dan janji balasan, mengapa masih ada manusia yang ragu dan mendustakan adanya hari pembalasan dan kebangkitan?

Terakhir, Allah SWT berfirman:

"Bukankah Allah Hakim yang Paling Adil?" (QS. At-Tin: 8)

Ayat penutup ini menegaskan bahwa pada akhirnya, Allah SWT adalah Hakim yang Maha Adil. Tidak ada kezaliman sedikit pun dalam keputusan-Nya. Setiap amal akan dibalas setimpal. Keyakinan ini seharusnya menumbuhkan ketenangan dan kepasrahan seorang mukmin.

Keutamaan Membaca Surah At-Tin

Membaca Al-Qur'an secara keseluruhan memiliki keutamaan yang luar biasa. Khusus untuk Surah At-Tin, beberapa riwayat hadis menyebutkan keutamaan membacanya dalam shalat atau dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun tidak ada hadis yang secara eksplisit menyebutkan keutamaan khusus yang sangat besar hanya karena membaca Surah At-Tin, namun seperti surah-surah lainnya, membacanya dengan tadabbur (merenungkan makna) akan memberikan pencerahan spiritual dan ketenangan hati. Memahami makna "surah at tin urutan ke" dan kandungannya adalah langkah awal untuk mengaplikasikan ajaran-ajarannya dalam kehidupan.

Sebagai surah Makkiyyah, At-Tin banyak berbicara tentang keesaan Allah, pentingnya iman, dan peringatan tentang hari akhir. Ini adalah fondasi penting dalam ajaran Islam. Dengan menghafal dan memahami surah ini, seorang Muslim dapat senantiasa mengingat tujuan penciptaannya dan kewajibannya untuk beriman serta beramal saleh.

🏠 Homepage