Surah Al-Baqarah, surah terpanjang dalam Al-Qur'an, dibuka dengan rangkaian ayat-ayat yang sangat fundamental. Tiga ayat pertama, Surah Al-Baqarah ayat 1-3, seringkali dibahas secara mendalam karena signifikansinya yang luar biasa dalam menata fondasi keimanan seorang Muslim. Sementara itu, ayat keempat dan kelima, yang merupakan bagian dari Surah Al-Baqarah 1 5, melanjutkan penjelasan mengenai karakteristik orang-orang yang bertakwa, yang mana mereka inilah yang akan mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Mari kita telaah bersama makna dan keutamaan dari Surah Al-Baqarah 1 5 ini.
Alif Lam Mim.
Ayat pertama ini merupakan salah satu dari beberapa kelompok ayat dalam Al-Qur'an yang dikenal sebagai "huruf-huruf muqatta'ah" atau huruf-huruf terpotong. Para ulama memiliki berbagai pandangan mengenai makna pasti dari huruf-huruf ini. Namun, yang paling dominan adalah bahwa ini adalah salah satu mukjizat Al-Qur'an yang tidak dapat ditiru oleh manusia. Huruf-huruf ini merupakan bagian dari bahasa Arab yang kita kenal, namun ketika dirangkai seperti ini, maknanya tidak dapat dipahami secara literal. Allah SWT menunjukkannya sebagai tanda bahwa Al-Qur'an adalah kalam-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan keindahan serta kerumitannya melampaui kemampuan manusia untuk menciptakannya.
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
Ayat kedua ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah sebuah kitab yang sempurna, tanpa cacat atau keraguan sedikit pun mengenai kebenarannya. Ini adalah wahyu dari Allah SWT, sumber segala kebenaran. Lebih penting lagi, Al-Qur'an ini adalah petunjuk. Namun, petunjuk ini bukan untuk semua orang tanpa pandang bulu. Al-Qur'an secara spesifik ditujukan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Ini menyiratkan bahwa hanya mereka yang memiliki kesadaran untuk takut kepada Allah, yang berusaha menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan perintah-Nya, yang akan mampu membuka hati dan pikirannya untuk menerima petunjuk Al-Qur'an.
Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka.
Ayat ketiga ini mulai menguraikan lebih lanjut siapa saja yang termasuk dalam kategori orang-orang bertakwa tersebut. Poin pertama adalah keimanan kepada hal-hal gaib. Hal-hal gaib ini mencakup keyakinan terhadap Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Ini adalah fondasi iman yang membedakan seorang mukmin. Tanpa keyakinan pada hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala namun diyakini berdasarkan wahyu, keimanan seseorang belumlah sempurna. Kedua, mereka mendirikan salat. Salat adalah tiang agama dan merupakan ibadah fisik dan spiritual yang paling utama. Mendirikannya dengan benar menunjukkan kepatuhan dan kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya. Ketiga, mereka menafkahkan sebagian rezeki yang telah Allah berikan. Ini menunjukkan kedermawanan dan rasa syukur atas nikmat Allah, serta kepedulian terhadap sesama, yang merupakan bagian penting dari karakter seorang Muslim yang bertakwa.
Dan orang-orang yang beriman kepada Kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan Kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Melanjutkan uraian tentang orang-orang yang bertakwa, ayat keempat ini menambah dua poin penting. Pertama, mereka beriman pada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Qur'an. Ini menunjukkan pengakuan mereka terhadap kenabian Muhammad dan kebenaran risalah yang dibawanya. Kedua, mereka juga beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur'an, seperti Taurat, Injil, dan Zabur. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah penganut agama samawi yang utuh, yang memahami bahwa ajaran para nabi pada dasarnya adalah sama, yaitu menyeru kepada tauhid dan ketaatan kepada Allah. Keimanan mereka tidak terbatas pada satu wahyu saja, melainkan pada seluruh rangkaian wahyu Ilahi yang diakui kebenarannya. Yang tak kalah penting, mereka memiliki keyakinan yang teguh akan adanya kehidupan akhirat. Kepercayaan pada hari pertanggungjawaban ini menjadi motivasi kuat untuk berbuat baik dan menghindari keburukan di dunia, karena setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat kelima ini adalah penutup dari serangkaian ayat yang menjelaskan ciri-ciri orang bertakwa. Ayat ini menegaskan kembali bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut (beriman pada yang gaib, mendirikan salat, menafkahkan rezeki, beriman pada Al-Qur'an dan kitab-kitab sebelumnya, serta yakin akan akhirat) adalah orang-orang yang benar-benar berada di atas petunjuk yang lurus dari Tuhan mereka. Mereka tidak tersesat dalam kegelapan kebatilan, melainkan berada di jalan kebenaran yang terang benderang. Lebih dari itu, mereka adalah orang-orang yang beruntung, atau al-muflihun. Keberuntungan di sini bukan sekadar kesuksesan duniawi, tetapi kemenangan yang hakiki, yaitu keberhasilan meraih kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Ini adalah janji Allah yang pasti bagi mereka yang senantiasa berpegang teguh pada ajaran-Nya.
Memahami Surah Al-Baqarah 1 5 bukan hanya sekadar menghafal teksnya, tetapi meresapi makna di baliknya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Ciri-ciri yang disebutkan dalam ayat-ayat ini adalah tangga-tangga yang perlu kita daki untuk mencapai derajat ketakwaan dan keberuntungan yang dijanjikan oleh Allah SWT.