Simbol petunjuk dan pengetahuan ilahi
Dalam lautan ajaran Al-Qur'an yang luas, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna luar biasa, menjadi sumber inspirasi dan petunjuk bagi umat manusia. Di antara ayat-ayat tersebut, Surat Al-Baqarah ayat 120 dan 130 menawarkan pelajaran berharga tentang hubungan manusia dengan Tuhan, pentingnya mengikuti jalan kebenaran, dan konsekuensi dari menolak petunjuk-Nya. Kedua ayat ini, meskipun berbeda konteksnya, saling melengkapi dalam memberikan gambaran utuh mengenai prinsip-prinsip fundamental ajaran Islam.
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَـِٔنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Ayat ini berbicara kepada Nabi Muhammad SAW, menegaskan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha terhadapnya kecuali jika beliau mengikuti agama mereka. Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi untuk menyatakan dengan tegas bahwa petunjuk yang sesungguhnya adalah petunjuk dari Allah. Ayat ini mengandung peringatan keras: jika Nabi mengikuti keinginan hawa nafsu mereka setelah datangnya ilmu dari Allah, maka tidak akan ada pelindung maupun penolong baginya dari Allah.
Ayat 120 ini memiliki beberapa poin penting yang dapat kita renungkan:
وَمَن يَرۡغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبۡرَٰهِيمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفۡسَهُۥۚ وَلَقَدِ ٱصۡطَفَيۡنَـٰهُ فِي ٱلدُّنۡيَاۖ وَإِنَّهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ
Ayat ini melanjutkan penekanan pada keteguhan para nabi dengan menyebut Nabi Ibrahim AS sebagai teladan. Allah SWT menyatakan bahwa tidak ada yang berpaling dari agama (millah) Ibrahim kecuali orang yang menipu dirinya sendiri. Allah telah memilihnya di dunia ini dan sesungguhnya di akhirat kelak ia termasuk orang-orang yang saleh.
Ayat 130 ini memberikan pelajaran mendalam:
Surat Al-Baqarah ayat 120 dan 130 memberikan fondasi penting bagi seorang Muslim. Ayat 120 menekankan bahwa hanya petunjuk Allah yang benar dan mengingatkan bahaya mengikuti hawa nafsu serta ajaran yang menyimpang. Sementara itu, ayat 130 mengangkat Nabi Ibrahim sebagai teladan kesalehan dan ajaran tauhid yang lurus, serta menunjukkan betapa merugikannya seseorang yang berpaling dari jalan tersebut.
Kedua ayat ini secara kolektif mengajarkan kita untuk selalu memegang teguh kebenaran ilahi, tidak terpengaruh oleh tekanan eksternal, dan menjadikan para nabi sebagai panutan dalam menjalani kehidupan. Dengan memahami dan mengamalkan isi dari kedua ayat mulia ini, seorang Muslim dapat memperkokoh imannya, menemukan arah yang benar dalam hidupnya, dan meraih kebahagiaan dunia serta akhirat. Menolak petunjuk Allah adalah kerugian terbesar, sedangkan mengikutinya adalah jalan keselamatan dan kesuksesan hakiki.