Al Baqarah 127-128

Ilustrasi: Simbol keagungan dan wahyu ilahi.

Surat Al Baqarah Ayat 127 dan 128 Beserta Artinya

Surat Al-Baqarah, yang merupakan surat terpanjang dalam Al-Qur'an, sarat dengan berbagai tuntunan, kisah para nabi, dan prinsip-prinsip kehidupan. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, terdapat ayat ke-127 dan 128 yang berbicara tentang fondasi keluarga yang kokoh, peran Ibrahim AS, dan kesungguhan dalam beribadah.

Ayat 127: Fondasi Rumah Tangga Nabi Ibrahim AS

Ayat ini menjelaskan bagaimana Allah SWT mengangkat derajat Nabi Ibrahim AS. Beliau merupakan sosok yang sangat dihormati, bahkan menjadi pemimpin bagi umat manusia. Kisah ini menegaskan pentingnya membangun keturunan yang saleh dan berpegang teguh pada ajaran agama.

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), 'Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'"

Dalam ayat ini, kita melihat bagaimana Nabi Ibrahim AS bersama putranya, Ismail AS, bersungguh-sungguh membangun Ka'bah. Ini bukan hanya sekadar pembangunan fisik, melainkan juga fondasi spiritual bagi umat manusia. Doa mereka, "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami," menunjukkan kerendahan hati dan kesadaran mereka bahwa segala sesuatu berasal dari Allah SWT dan hanya Dia yang berhak menerima amal ibadah. Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya ketulusan dalam setiap perbuatan, serta doa yang berkelanjutan agar setiap usaha kita diterima oleh-Nya.

Lebih dari itu, fokus pada pondasi menunjukkan arti penting dari dasar yang kuat. Dalam membangun rumah tangga, masyarakat, atau bahkan negara, fondasi yang kokoh adalah kunci keberhasilan jangka panjang. Fondasi ini mencakup nilai-nilai moral, spiritual, dan keimanan yang ditanamkan sejak dini. Doa Nabi Ibrahim dan Ismail menjadi teladan bagi kita untuk selalu memohon pertolongan dan penerimaan dari Allah dalam setiap langkah kehidupan.

Ayat 128: Kesungguhan dalam Ketakwaan dan Keislaman

Ayat berikutnya melanjutkan kisah keluarga Nabi Ibrahim AS, menekankan tentang kesungguhan mereka dalam menjalankan perintah Allah dan ketakwaan mereka. Ayat ini juga menggambarkan keutamaan umat Nabi Muhammad SAW yang mengikuti jejak para nabi terdahulu.

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, dan (juga) anak keturunan kami, umat yang berserah diri kepada-Mu. Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (manasik) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh Engkaulah Yang Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang."

Doa yang dilantunkan oleh Ibrahim dan Ismail dalam ayat ini sangat komprehensif. Mereka tidak hanya memohon agar diri mereka menjadi Muslim (orang yang berserah diri kepada Allah), tetapi juga memohon agar keturunan mereka menjadi umat yang taat dan tunduk kepada-Nya. Permohonan ini mencerminkan keinginan yang mendalam untuk melestarikan ajaran Islam dan meneruskannya dari generasi ke generasi. Mereka juga memohon agar ditunjukkan cara-cara beribadah yang benar (manasik) dan memohon ampunan atas segala kesalahan.

Ayat 128 ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mendidik keturunan agar menjadi pribadi yang bertakwa. Menjadi seorang Muslim bukanlah sekadar identitas, melainkan sebuah pilihan hidup yang melibatkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Doa untuk keturunan adalah bagian integral dari tanggung jawab orang tua. Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita akan sifat Allah yang Maha Menerima tobat (At-Tawwab) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim). Betapa pun banyak dosa yang kita lakukan, pintu tobat selalu terbuka lebar, dan rahmat Allah selalu meliputi hamba-Nya yang bertaubat dengan tulus.

Kedua ayat ini, 127 dan 128 dari surat Al-Baqarah, merupakan permata hikmah yang mengajarkan tentang pentingnya fondasi keimanan yang kuat, ketulusan dalam beribadah, tanggung jawab mendidik keturunan, serta keagungan sifat Allah SWT. Dengan merenungkan dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kita dapat membangun kehidupan pribadi dan keluarga yang lebih sakinah, mawaddah, warahmah, serta menjadi hamba Allah yang senantiasa dekat dengan-Nya.

🏠 Homepage