Ilustrasi simbolis dari Ka'bah
Surat Al-Baqarah merupakan surat terpanjang dalam Al-Qur'an, yang sarat dengan ajaran, hukum, dan kisah-kisah para nabi. Salah satu ayat yang memiliki makna mendalam terkait dengan sejarah Islam dan para leluhur umat Muslim adalah ayat ke-127. Ayat ini menceritakan tentang Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan putranya, Ismail 'alaihissalam, saat mereka meninggikan pondasi Ka'bah di Mekkah. Ayat ini tidak hanya menjadi pengingat akan asal-usul ibadah haji, tetapi juga menegaskan keikhlasan dan ketundukan mereka kepada Allah SWT.
Wa idz yarfa'u ibroohiimu al-qawaa'ida minal-baiti wa ismaa'iilu robbanaa taqobbal minnaa, innaka antas-samii'ul-'aliim.
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
Ayat ini membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah pembangunan tempat ibadah pertama di muka bumi, yaitu Ka'bah. Nabi Ibrahim 'alaihissalam, yang diutus sebagai nabi dan bapak para nabi, bersama putranya, Nabi Ismail 'alaihissalam, bekerja keras untuk mendirikan kembali atau membangun pondasi Ka'bah atas perintah Allah SWT. Momen ini menunjukkan beberapa pelajaran penting:
Momen pembangunan Ka'bah ini terjadi pada masa ketika Mekkah masih merupakan lembah yang tandus dan belum ramai dihuni. Allah SWT telah berjanji akan menjadikan Ka'bah sebagai pusat ibadah bagi seluruh umat manusia, dan Nabi Ibrahim adalah agen pelaksana janji tersebut. Kisah ini menjadi dasar penting bagi umat Islam dalam memahami sejarah rumah ibadah tertua di dunia dan awal mula syariat haji yang merupakan salah satu rukun Islam.
Doa Nabi Ibrahim dan Ismail tersebut juga menjadi teladan bagi setiap Muslim. Ketika kita melakukan kebaikan, sekecil apapun itu, hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allah agar amalan tersebut diterima. Keikhlasan dalam beramal, disertai dengan doa agar diterima, adalah kunci utama diterimanya setiap ibadah di sisi Allah SWT. Keutamaan membangun Ka'bah bukan hanya terletak pada fisik bangunan, tetapi lebih kepada semangat pengorbanan, ketaatan, dan keikhlasan yang ditanamkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, terutama yang berkaitan dengan ibadah dan pengabdian kepada Allah, harus dilandasi oleh niat yang murni dan permohonan agar diterima. Kesadaran bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui adalah motivator terbesar untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi larangan-Nya. Keutamaan surat Al-Baqarah ayat 127 ini adalah pelajaran abadi tentang pentingnya pondasi spiritual yang kokoh, kerja sama yang baik, dan doa yang tulus dalam membangun segala aspek kehidupan.