Surat Al-Baqarah, sebagai surat terpanjang dalam Al-Qur'an, kaya akan ayat-ayat yang penuh makna dan menjadi pedoman bagi umat Islam. Di antara rangkaian ayat-ayatnya, rentang ayat 170 hingga 180 memuat dialog penting antara manusia dan pemimpin spiritual mereka, serta penegasan mengenai mengikuti ajaran Allah SWT. Ayat-ayat ini menggarisbawahi pentingnya mengikuti tuntunan wahyu, bukan sekadar warisan nenek moyang atau tradisi yang telah mendarah daging tanpa dasar yang kuat.
Pada permulaan rentang ayat ini, Allah SWT berfirman mengenai orang-orang musyrik yang ketika dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah." Mereka menjawab, "Bahkan kami akan mengikuti kebiasaan nenek moyang kami." (QS. Al-Baqarah: 170). Pernyataan ini menggambarkan sebuah sikap yang lazim ditemui, di mana seseorang lebih memilih untuk berpegang teguh pada tradisi dan kebiasaan yang diwariskan turun-temurun, meskipun kebiasaan tersebut mungkin bertentangan dengan petunjuk ilahi. Sikap ini menunjukkan adanya ketakutan akan perubahan, keengganan untuk berpikir kritis, dan keterikatan pada identitas kolektif yang dibangun di atas warisan budaya semata.
Dialog ini kemudian dilanjutkan dengan penegasan bahwa mengikuti nenek moyang, bahkan jika nenek moyang tersebut tidak menggunakan akal dan tidak mendapatkan petunjuk, adalah sebuah kesesatan. Allah SWT berfirman: "Akan tetapi (mereka akan mengikuti) jejak setan." (QS. Al-Baqarah: 168). Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak semua yang dianggap tradisi atau kebiasaan adalah baik dan benar. Setan selalu berusaha menyesatkan manusia, dan salah satu cara termudahnya adalah dengan memanfaatkan keengganan manusia untuk keluar dari zona nyaman tradisi mereka.
Kemudian, Allah SWT menunjukkan celah logika bagi mereka yang hanya mengikuti nenek moyang. Allah berfirman: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutilah apa yang telah Allah turunkan,' mereka berkata, 'Tidak, tetapi kami hanya mengikuti nenek moyang kami.' (Mengapa mereka mengikuti nenek moyang mereka?) Padahal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak pula mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 170). Ayat ini secara gamblang menyerang fondasi argumen mereka. Mengikuti sesuatu yang tidak memiliki pengetahuan dan petunjuk adalah tindakan yang sia-sia dan justru menjauhkan dari kebenaran.
Berbeda dengan kaum yang menolak wahyu, Allah SWT mengarahkan umat-Nya untuk mengikuti petunjuk yang diturunkan. Sebagian besar dari ayat-ayat ini menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai panduan utama dalam kehidupan. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati dan keselamatan dunia akhirat hanya dapat dicapai dengan mengikuti jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Ayat-ayat ini mendorong kita untuk senantiasa merenungi dan memahami ajaran-ajaran Allah. Penting untuk bertanya, apakah kebiasaan dan keyakinan yang kita anut selaras dengan firman-Nya? Jika tidak, maka sudah seharusnya kita berani untuk berubah dan kembali kepada tuntunan yang hakiki. Mengikuti kebenaran bukan berarti menolak seluruh tradisi, melainkan menyaringnya agar sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi.
Kepatuhan kepada Allah SWT adalah inti dari keimanan. Hal ini tercermin dalam banyak ayat yang menyerukan untuk menaati-Nya dan Rasul-Nya. Dengan mengikuti ajaran-Nya, manusia tidak hanya mendapatkan kebaikan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat. Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa tujuan hidup adalah untuk beribadah dan mengabdi kepada Sang Pencipta, bukan sekadar mengikuti jejak langkah manusia lain tanpa pertimbangan yang matang.
Surat Al-Baqarah ayat 170-180 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya berpikir kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh kebiasaan atau tradisi yang tidak memiliki dasar yang kuat. Di era modern ini, di mana informasi begitu mudah diakses, kita perlu lebih cermat dalam memilah mana yang benar dan mana yang salah. Mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW adalah kunci untuk mendapatkan kebahagiaan hakiki dan terhindar dari kesesatan.
Dialog dalam ayat-ayat ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa bertanya dan mencari kebenaran. Jangan sampai kita hanya menjadi pengikut tanpa pemahaman, hanya karena tradisi atau ajaran orang tua. Kesadaran akan tanggung jawab pribadi di hadapan Allah SWT harus menjadi motivasi utama dalam menjalani kehidupan. Ayat-ayat ini adalah cahaya yang memandu kita, jika kita mau membuka hati dan pikiran untuk menerimanya.
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutilah apa yang telah Allah turunkan,' mereka berkata, 'Tidak, tetapi kami hanya mengikuti nenek moyang kami.' (Mengapa mereka mengikuti nenek moyang mereka?) Padahal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak pula mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 170)
Renungan mendalam terhadap ayat-ayat ini akan menumbuhkan kesadaran untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Ini adalah jalan keselamatan yang ditawarkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia.