Ilustrasi: Refleksi dan Ketenangan Batin
Surat Al-Baqarah, sebagai surat terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan kekayaan makna dan petunjuk ilahi yang tak terhingga. Di antara ayat-ayatnya yang penuh hikmah, rentang ayat 188 hingga 200 menawarkan pelajaran berharga mengenai berbagai aspek kehidupan seorang mukmin, mulai dari larangan memakan harta secara batil, ajakan untuk bersedekah, hingga panduan dalam berjihad dan menghadapi tantangan. Memahami kandungan ayat-ayat ini bukan sekadar membaca teks, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk meresapi tuntunan Sang Pencipta demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ayat 188 Surat Al-Baqarah secara tegas melarang umat Islam memakan harta orang lain dengan cara yang batil atau tidak benar. Ini mencakup berbagai bentuk kecurangan, penipuan, pencurian, riba, suap, hingga penggunaan hak orang lain secara zalim. Larangan ini menegaskan pentingnya kejujuran dan keadilan dalam setiap aspek muamalah (interaksi ekonomi). Harta yang diperoleh dengan cara haram tidak akan membawa keberkahan, justru berpotensi mendatangkan siksa di dunia dan akhirat.
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.
Selanjutnya, ayat 189 dan 190 mengalihkan perhatian pada sisi lain dari pengelolaan harta, yaitu anjuran untuk bersedekah dan berjihad di jalan Allah. Ayat 189 berbicara tentang pertanyaan mengenai apa yang harus diinfakkan. Jawaban bijaknya adalah infaklah dari hal-hal yang baik, karena Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ini mengajarkan agar dalam bersedekah kita tidak memberikan sesuatu yang buruk atau sisa yang tidak berharga, melainkan harta yang terbaik yang kita miliki.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ اللَّهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang pada bulan itu adalah dosa besar; menghalangi (manusia) dari jalan Allah, keingkaran kepada-Nya, (dan menghalangi orang beribadah) di Masjidilharam, serta mengusir penduduknya dari padanya, adalah lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan fitnah itu lebih besar (dosanya) dari pembunuhan." Mereka tidak akan henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu, kalau saja mereka sanggup. Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Ayat 190 secara spesifik memerintahkan untuk berjihad (berjuang) di jalan Allah. Perintah ini bukan sekadar mengangkat senjata, tetapi juga meliputi perjuangan dalam menegakkan kebenaran, melawan kezaliman, dan membela agama. Namun, perintah ini juga dibatasi dengan etika perang dalam Islam, yaitu janganlah kamu memerangi orang yang memerangi kamu di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di sana. Perintah ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan perang yang adil dan proporsional, bukan agresi yang membabi buta.
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Dan berperanglah kamu di jalan Allah dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ayat 191 hingga 193 menegaskan betapa seriusnya dosa kekufuran, fitnah, dan permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Ayat 191 membandingkan kekufuran dan fitnah dengan pembunuhan, menyatakan bahwa keduanya lebih besar dosanya di sisi Allah. Kekufuran adalah penolakan terhadap kebenaran ilahi, sementara fitnah adalah segala bentuk penyiksaan, penindasan, atau upaya untuk menjauhkan manusia dari agama Allah. Perjuangan kaum Quraisy untuk mengusir umat Islam dari Makkah dan menghalangi mereka dari Masjidilharam juga digambarkan sebagai perbuatan yang sangat tercela.
Ayat 192 kembali menegaskan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ini memberikan harapan bahwa taubat dan kembali ke jalan yang benar akan selalu diterima. Namun, ayat 193 juga mengingatkan bahwa jika permusuhan dan penindasan terus berlanjut hingga tidak ada lagi fitnah (kekacauan dan penindasan) dan agama Allah tegak sepenuhnya, maka Allah akan membalas dan menghentikan permusuhan tersebut.
Ayat 194 menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan keluarga dalam situasi perang, yaitu tidak melakukan pelanggaran seperti membunuh musuh yang telah menyerah atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji di medan perang. Perang harus dilakukan sesuai aturan dan etika, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Memasuki ayat 195, fokus kembali bergeser pada pentingnya bersedekah dan berinfak di jalan Allah. Ayat ini menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah. Ini merupakan dorongan kuat agar umat Islam tidak kikir dalam berbagi, karena harta yang dibelanjakan di jalan kebaikan akan kembali dalam bentuk yang lebih besar dan penuh keberkahan.
أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
Mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta menyuruh kepada kemakrufan dan mencegah dari kemunkaran dan bersegera kepada pelbagai kebajikan; dan mereka itulah orang-orang termasuk golongan orang-orang saleh.
Ayat 196 memberikan panduan lengkap mengenai pelaksanaan ibadah haji dan umrah, serta bagaimana menyelesaikan ibadah tersebut dengan sempurna. Ini mencakup aturan mengenai ihram, kurban, dan pencukuran rambut. Pemahaman mengenai rincian ibadah ini sangat penting bagi setiap Muslim yang ingin menunaikan haji dan umrah.
Ayat 197 menggarisbawahi pentingnya perbekalan dalam perjalanan, baik itu bekal duniawi maupun bekal spiritual berupa taqwa. Taqwa adalah bekal terbaik yang akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ayat ini juga mengingatkan agar senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan, termasuk saat melakukan perjalanan ibadah.
Ayat 198 dan 199 kembali berbicara tentang muamalah dan cara mencari rezeki yang halal. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, namun penekanan diberikan pada pentingnya berdagang dan mencari penghidupan yang baik tanpa melakukan kecurangan atau melanggar syariat.
Puncak dari rangkaian ayat ini adalah ayat 200 yang mencakup doa klasik "Rabbana Atina fid Dunya Hasanatan wa fil Akhirati Hasanatan wa Qina 'Adzaban Naar". Doa ini mengajarkan kita untuk memohon kebaikan di dunia dan di akhirat, serta memohon perlindungan dari siksa neraka. Doa ini mencakup seluruh aspek kehidupan, baik materi maupun spiritual, dan menunjukkan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Tuhannya.
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
Kemudian apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka zikirlah (mengingat) Allah, sebagaimana kamu mengingat bapak-bapakmu, bahkan berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami (balasan) di dunia", dan tidak ada baginya (bagian) di akhirat.
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Ayat-ayat ini merupakan permata petunjuk yang tak ternilai harganya. Dengan merenungi makna surat Al-Baqarah ayat 188 hingga 200, kita diajak untuk senantiasa menjaga kejujuran, gemar bersedekah, berjuang di jalan kebenaran dengan adab yang benar, menjauhi segala bentuk kemaksiatan, dan memohon kepada Allah SWT kebaikan dunia dan akhirat. Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan untuk mengamalkan ajaran-ajaran mulia ini dalam kehidupan sehari-hari.