Dalam khazanah kitab suci Al-Qur'an, setiap surat memiliki keunikan dan kedalaman makna tersendiri. Salah satu surat pendek yang sering dibaca dan memiliki keutamaan besar adalah Surat Al-Falaq. Surat ini merupakan bagian dari surah-surah pendek yang menghiasi juz terakhir Al-Qur'an, dikenal juga sebagai surah makkiyah atau madaniyah, tergantung pada periode penurunan wahyunya. Namun, untuk Surat Al-Falaq, para ulama sepakat bahwa ia termasuk dalam golongan surat Madaniyah, yang berarti diturunkan di Kota Madinah setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah. Penentuan ini didasarkan pada konteks dan ayat-ayat yang terkandung di dalamnya, yang seringkali berkaitan dengan tuntunan praktis dan perlindungan bagi umat Islam di lingkungan yang baru terbentuk.
Surat Al-Falaq memiliki nomor urut 113 dalam mushaf Al-Qur'an dan terdiri dari 5 ayat. Ia bersama dengan Surat An-Nas membentuk sepasang surat yang dikenal sebagai "Mu'awwidzatain," yang berarti dua surat yang memohon perlindungan. Keduanya diturunkan sebagai penawar dan perlindungan dari berbagai keburukan dan gangguan. Sebagai surat Madaniyah, penurunannya terjadi ketika Nabi Muhammad SAW dan umat Islam sedang menghadapi berbagai tantangan, baik dari kaum munafik, Yahudi di Madinah, maupun ancaman fisik dari kaum Quraisy yang masih memusuhi. Oleh karena itu, makna perlindungan yang terkandung dalam Surat Al-Falaq menjadi sangat relevan pada masa itu dan terus relevan hingga kini bagi seluruh umat Islam.
Berikut adalah bacaan Surat Al-Falaq beserta terjemahannya:
Surat Al-Falaq secara garis besar mengajarkan umat Islam untuk senantiasa memohon perlindungan hanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu, termasuk waktu subuh yang melambangkan awal dari segala sesuatu yang baru dan terangnya hari. Ayat pertama ini menegaskan tauhid dan kepasrahan total kepada Sang Pencipta.
Ayat kedua, "Dari kejahatan makhluk-Nya," mencakup segala bentuk keburukan yang ada di alam semesta, baik yang terlihat maupun yang tidak, baik yang berasal dari manusia, jin, maupun hewan, serta segala macam marabahaya yang bisa menimpa. Ini adalah permohonan perlindungan dari segala ancaman yang diciptakan oleh Allah.
Selanjutnya, ayat ketiga, "dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita," secara spesifik memohon perlindungan dari kegelapan malam. Malam seringkali diasosiasikan dengan ketakutan, bahaya, dan persembunyian kejahatan. Dengan memohon perlindungan dari kegelapan, kita memohon agar dijauhkan dari segala mara bahaya yang berpotensi muncul saat malam tiba.
Ayat keempat, "dan dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang mengembuskan pada buhul-buhul," merujuk pada kejahatan sihir dan santet, yang pada masa itu merupakan ancaman nyata bagi masyarakat. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an memberikan panduan untuk menghadapi segala bentuk gangguan gaib yang berpotensi merusak ketenangan hidup.
Terakhir, ayat kelima, "dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki," adalah permohonan perlindungan dari sifat iri dan dengki yang seringkali mendorong seseorang untuk berbuat jahat. Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, dan memohon perlindungan dari Allah adalah cara terbaik untuk terhindar dari dampaknya, baik bagi diri sendiri maupun dari orang lain yang memiliki sifat tersebut.
Keutamaan Surat Al-Falaq sangatlah besar. Nabi Muhammad SAW sendiri sangat menganjurkan umatnya untuk membaca surat ini, terutama saat hendak tidur, setelah shalat, dan ketika merasa terancam oleh sesuatu. Ia diriwayatkan bersabda, "Hai Uqbah bin Amir, maukah engkau aku ajarkan dua surat termulia yang dibaca oleh para nabi sebelummu?" Aku menjawab, "Tentu saja wahai Rasulullah." Lalu beliau mengajarkan kepadaku surat Al-Mu'awwidzatain (yaitu Al-Falaq dan An-Nas). (HR. Ahmad)
Membaca Surat Al-Falaq secara rutin dapat menumbuhkan ketenangan hati, keyakinan pada pertolongan Allah, dan benteng pertahanan diri dari segala macam keburukan, baik yang bersifat fisik maupun spiritual. Surat ini mengingatkan kita bahwa sumber perlindungan sejati hanyalah Allah SWT, dan dengan bertawakal serta memohon kepada-Nya, kita akan senantiasa terjaga dari marabahaya.