Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sering kali bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya. Sumpah ini bukan semata-mata untuk meyakinkan manusia, melainkan untuk menekankan pentingnya dan keagungan ciptaan tersebut, serta untuk membuka pintu pemahaman yang lebih dalam terhadap pesan yang ingin disampaikan. Salah satu surah yang dimulai dengan sumpah adalah Surah At-Tin, yang terdiri dari delapan ayat. Ayat-ayat permulaannya, yaitu ayat 1 hingga 3, memiliki makna yang sangat mendalam dan sarat akan hikmah.
وَالتِّيۡنِ وَالزَّيۡتُوۡنِۙ ١ وَطُوۡرِ سِيۡنِيۡنَۙ ٢ وَهٰذَا الۡبَلَدِ الۡاَمِيۡنِۙ ٣
Terjemahan dari ketiga ayat tersebut adalah sebagai berikut: "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman." Sumpah Allah SWT pada permulaan surah ini memilih tiga objek yang sangat istimewa dan memiliki signifikansi tersendiri, baik secara fisik, historis, maupun spiritual.
Objek sumpah pertama adalah "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun". Buah tin dan zaitun adalah dua jenis buah yang banyak tumbuh di wilayah Timur Tengah, khususnya di negeri-negeri Syam (seperti Palestina, Lebanon, Suriah). Keduanya dikenal memiliki khasiat yang luar biasa bagi kesehatan. Dalam kitab suci Taurat, buah tin disebutkan sebagai salah satu buah yang melimpah di tanah Kanaan yang dijanjikan. Sementara itu, minyak zaitun menjadi simbol perdamaian dan cahaya di banyak peradaban.
Dalam konteks Islam, Allah SWT mengingatkan kita akan manfaat kesehatan dari kedua buah ini, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadis. Sumpah dengan buah tin dan zaitun bisa jadi merujuk pada:
Ada pula penafsiran yang menyebutkan bahwa penyebutan buah tin merujuk pada tempat di mana Nabi Nuh AS berlabuh setelah banjir besar dan Nabi Isa AS menghabiskan masa kecilnya. Sementara buah zaitun dikaitkan dengan tempat di mana Nabi Zakariya AS dan Nabi Yahya AS menyebarkan risalahnya. Dengan menyebutkan kedua buah ini, Allah seolah menarik perhatian kita pada tempat-tempat yang penuh berkah dan sejarah kenabian.
Objek sumpah kedua adalah "dan demi bukit Sinai". Bukit Sinai (atau Gunung Tursina) adalah tempat bersejarah yang sangat penting dalam agama-agama samawi. Di bukit inilah Nabi Musa AS menerima wahyu berupa sepuluh perintah Allah (Dekalog) dan berbicara langsung dengan Allah SWT.
Penyebutan bukit Sinai dalam sumpah ini memiliki beberapa makna potensial:
Dengan demikian, Allah SWT mengingatkan manusia tentang pentingnya wahyu dan ajaran yang diturunkan kepada para nabi, termasuk Nabi Musa AS. Ini adalah fondasi dari ajaran tauhid yang dibawa oleh semua nabi.
Objek sumpah ketiga adalah "dan demi kota (Mekah) ini yang aman". Kota Mekah Al-Mukarramah, tempat Ka'bah berada, adalah kota yang sangat suci dan aman dalam pandangan Islam. Allah SWT telah menjadikannya sebagai tanah haram (suci) di mana hewan buruan tidak boleh diburu dan bahkan pepohonannya tidak boleh ditebang sembarangan.
Mengapa Allah bersumpah dengan Mekah yang aman?
Penyebutan "kota ini" mengindikasikan bahwa surah ini kemungkinan besar diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW berada di Mekah atau merujuk pada Mekah sebagai tempat yang telah diketahui oleh para pendengar. Sumpah dengan Mekah yang aman menekankan nilai kesucian, ketenangan, dan kedamaian yang ada di dalamnya, sebuah cerminan dari kedamaian spiritual yang seharusnya hadir dalam diri setiap mukmin.
Ketiga objek sumpah ini – Tin dan Zaitun, Bukit Sinai, dan Mekah yang Aman – memiliki benang merah yang kuat. Semuanya merujuk pada tempat-tempat atau hal-hal yang terkait erat dengan risalah para nabi, penurunan wahyu ilahi, dan tempat-tempat yang diberkahi. Hal ini menjadi fondasi untuk memahami pesan utama Surah At-Tin yang akan dibahas pada ayat-ayat selanjutnya.
Dengan bersumpah atas ciptaan-Nya yang memiliki nilai tinggi ini, Allah SWT ingin menarik perhatian kita pada hakikat penciptaan manusia. Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memiliki akal dan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Sumpah di awal surah ini menjadi pengantar untuk menegaskan kesempurnaan ciptaan Allah pada manusia, yang kemudian akan dikontraskan dengan keadaan orang-orang yang menyalahgunakan anugerah tersebut.
Memahami makna surat At-Tin ayat 1-3 membuka wawasan kita tentang bagaimana Allah SWT mengawali firman-Nya dengan penekanan yang kuat. Ini bukan sekadar lafaz, melainkan sebuah panggilan untuk merenungkan kebesaran ciptaan-Nya, kesucian ajaran-Nya, dan betapa berharganya anugerah yang diberikan kepada manusia.