Illustration: Ilustrasi visual teks Arab ayat ke-4 dari Surat At Tin beserta terjemahannya.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sering kali mengingatkan hamba-Nya tentang kebesaran ciptaan-Nya sebagai bukti nyata dari kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Salah satu surat yang kaya akan makna dan refleksi adalah Surat At Tin. Surat yang terdiri dari delapan ayat ini dibuka dengan sumpah Allah atas buah tin dan zaitun, serta tempat-tempat suci lainnya, yang memiliki makna mendalam. Artikel ini akan fokus pada pembahasan Surat At Tin ayat ke-4 dan arti pentingnya.
Surat At Tin merupakan surat ke-95 dalam urutan mushaf Al-Qur'an, diturunkan di Mekkah (tergolong surat Makkiyyah). Surat ini dimulai dengan:
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِۙ
"Demi (buah) tin dan zaitun,"
وَطُورِ سِينِينَۙ
"dan demi Gunung Sinai,"
وَلَيْلِ هَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِۙ
"dan demi negeri (Mekkah) yang aman ini."
Setelah menyebutkan beberapa sumpah yang sarat makna dan simbolisme dari alam serta tempat-tempat bersejarah yang penuh berkah, Allah SWT kemudian melanjutkan dengan firman-Nya di ayat keempat:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Ayat ini adalah inti dari pembahasan kita. Frasa "dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ - ahsani taqwim) mengandung makna yang luar biasa tentang kesempurnaan penciptaan manusia. Para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan beberapa aspek dari kesempurnaan bentuk fisik dan akal manusia ini:
1. Kesempurnaan Fisik: Manusia diciptakan dengan bentuk fisik yang paling proporsional dan harmonis. Kita memiliki struktur tulang yang kuat, organ-organ vital yang terlindungi, kemampuan bergerak yang luwes, indra yang lengkap (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, peraba), serta kemampuan berpikir dan berbicara. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia dianugerahi keunggulan dalam hal bentuk fisik dan fungsi-fungsinya.
2. Akal dan Fitrah: Selain fisik, kesempurnaan ini juga mencakup pemberian akal yang tajam, kemampuan membedakan yang baik dan buruk (fitrah), serta kemampuan untuk belajar, berinovasi, dan berinteraksi sosial. Manusia memiliki potensi untuk mencapai kemuliaan yang tinggi, bahkan lebih mulia dari para malaikat, jika ia menggunakan potensi akal dan fitrahnya untuk taat kepada Allah.
3. **Keunikan Penciptaan:** Ayat ini menegaskan keunikan penciptaan manusia. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian menciptakan keturunannya dari air mani (sperma). Proses penciptaan ini bukanlah kebetulan, melainkan rancangan sempurna dari Sang Pencipta yang Maha Bijaksana.
4. **Potensi Moral dan Spiritual:** Bentuk terbaik ini juga menyiratkan potensi moral dan spiritual yang dimiliki manusia. Dengan akal dan hati nuraninya, manusia diberi pilihan untuk berbuat baik atau buruk. Kesempurnaan ini adalah amanah yang harus dijaga dan dikembangkan untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain, serta untuk mencapai ridha Allah.
Sumpah-sumpah di awal surat (At Tin ayat 1-3) berfungsi untuk menekankan kebenaran firman Allah di ayat berikutnya. Buah tin dan zaitun sering diartikan sebagai simbol kesehatan, kebaikan, dan kemakmuran yang diberikan Allah kepada manusia. Gunung Sinai adalah tempat Nabi Musa menerima wahyu, dan Mekkah adalah kota yang aman serta tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan pusat agama Islam. Semua ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada manusia.
Namun, Allah tidak hanya menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, tetapi juga memberikan potensi untuk menjadi sangat rendah nilainya jika ia mengingkari kebenaran dan berbuat kezaliman. Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat selanjutnya:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَۙ
"kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,"
Ini adalah sebuah peringatan keras bahwa kesempurnaan penciptaan bukanlah jaminan mutlak kesuksesan di akhirat. Jika manusia tidak bersyukur, menyalahgunakan karunia akal dan fisiknya untuk maksiat, dan mengingkari ayat-ayat Allah, maka ia akan terjerumus ke dalam kehinaan dunia dan akhirat.
Selanjutnya, Allah kembali mengingatkan bahwa ada pengecualian bagi mereka yang beriman dan beramal saleh:
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
"kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; maka mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya."
Surat At Tin ayat ke-4 memberikan kita pelajaran berharga. Kita diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, sebuah anugerah yang tidak ternilai. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat ini dengan:
Memahami Surat At Tin ayat ke-4 adalah sebuah langkah untuk lebih menghargai diri sendiri sebagai ciptaan Allah yang istimewa, sekaligus menjadi pengingat agar tidak menyia-nyiakan karunia tersebut.