Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang terdiri dari 114 surat. Setiap surat memiliki nama, tema, dan makna tersendiri. Salah satu surat yang pendek namun sarat makna adalah Surat At-Tin. Pertanyaan mengenai surat At-Tin terdapat dalam urutan ke berapa dalam Al-Qur'an sering muncul di kalangan pembaca dan pelajar Al-Qur'an. Jawabannya adalah Surat At-Tin menempati urutan ke-95 dalam mushaf Al-Qur'an.
Surat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyyah, yang berarti diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Meskipun hanya terdiri dari delapan ayat, Surat At-Tin mengandung pesan-pesan fundamental mengenai penciptaan manusia, potensi, dan keharusan untuk menjaga kesucian diri. Penempatan surat ini pada urutan ke-95 menempatkannya di akhir juz ke-30 Al-Qur'an, bersama dengan surat-surat pendek lainnya yang sering dibaca dalam shalat sehari-hari.
Nama "At-Tin" sendiri diambil dari ayat pertama surat ini, yaitu "Demi (buah) tin dan (buah) zaitun." Buah tin dan zaitun adalah dua jenis buah yang memiliki nilai gizi tinggi dan sering dikaitkan dengan tempat-tempat suci serta kehidupan yang diberkahi dalam tradisi agama-agama samawi. Keistimewaan kedua buah ini menjadi pembuka sumpah Allah SWT yang menandakan pentingnya kandungan surat ini.
Surat ini dimulai dengan sumpah Allah SWT atas buah tin dan zaitun, yang kemudian dilanjutkan dengan sumpah atas gunung Sinai (Thur Sinin) dan negeri Mekkah yang aman (Baladil Amin). Sumpah-sumpah ini digunakan Allah SWT untuk menegaskan kebenaran mengenai penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3)
"Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, dan demi Gunung Sinai, dan demi kota (Mekkah) ini yang aman,"
Selanjutnya, Surat At-Tin menjelaskan tentang penciptaan manusia yang memiliki potensi luar biasa. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4)
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Ayat ini menekankan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk fisik dan akal yang sempurna, memiliki kemampuan untuk berpikir, belajar, berkreasi, dan berinteraksi. Potensi ini adalah anugerah terbesar dari Sang Pencipta. Namun, potensi tersebut dapat terdegradasi jika manusia tidak mensyukurinya dan justru menuruti hawa nafsu yang menjerumuskan.
Setelah menegaskan kesempurnaan penciptaan manusia, Allah SWT kemudian menjelaskan bahwa sebagian manusia akan tergelincir dari jalan kebenaran. Mereka akan menjadi rendah dan hina jika tidak memanfaatkan potensi akalnya untuk beriman dan beramal saleh.
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6)
"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya."
Kondisi "tempat yang serendah-rendahnya" dapat diartikan sebagai keadaan hina di dunia karena kekafiran dan kemaksiatan, atau azab yang pedih di akhirat kelak. Sebaliknya, bagi mereka yang memilih jalan keimanan dan amal saleh, disediakan pahala yang tak terhingga.
Ayat-ayat selanjutnya mempertegas tentang realitas Hari Pembalasan, di mana setiap amal akan diperhitungkan.
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8)
"Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) Pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah adalah Hakim yang paling adil?"
Allah SWT mengingatkan manusia agar tidak mengingkari Hari Kiamat dan pertanggungjawaban atas perbuatan mereka. Pertanyaan retoris di akhir surat ini menekankan keadilan mutlak Allah SWT sebagai hakim tertinggi. Tidak ada keraguan sedikit pun mengenai kekuasaan dan keadilan-Nya dalam memberikan balasan yang setimpal.
Keberadaan Surat At-Tin pada urutan ke-95 Al-Qur'an menggarisbawahi pentingnya surat ini dalam ajaran Islam. Beberapa hikmah yang dapat dipetik antara lain:
Dengan memahami kandungan dan urutan Surat At-Tin, umat Islam diharapkan dapat merenungi hakikat penciptaan diri, senantiasa menjaga kesucian diri melalui iman dan amal saleh, serta mempersiapkan diri untuk menghadap pertemuan dengan Allah SWT. Urutannya yang berada di akhir mushaf mengingatkan pembaca untuk menutup bacaan Al-Qur'an dengan surat-surat pendek yang penuh makna, menjaga semangat keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.