Ilustrasi bulan sabit, bintang, dan cahaya simbolik.
Surat Al-Falaq, yang merupakan salah satu dari dua surat perlindungan dalam Al-Qur'an (bersama dengan An-Nas), memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Islam. Surat pendek ini diturunkan untuk mengajarkan manusia cara memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala macam keburukan dan bahaya yang mungkin menimpa, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Kitab tafsir klasik, Tafsir Jalalain, memberikan penjelasan rinci mengenai ayat-ayat surat Al-Falaq, membantu pembaca memahami esensi dan manfaatnya.
Tafsir Jalalain, yang disusun oleh Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan dilanjutkan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, dikenal karena keringkasannya, kejelasannya, dan kedalaman maknanya. Dalam menafsirkan Surat Al-Falaq, para mufassir ini menjelaskan setiap ayat secara sistematis, menyoroti kosakata Arab yang digunakan, serta konteks penurunan ayat tersebut.
Ayat pertama ini memulai surat dengan perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW, dan secara implisit kepada seluruh umat Islam, untuk memohon perlindungan kepada "Rabb al-Falaq". Kata "Falaq" secara harfiah berarti 'celah' atau 'terbelah'. Dalam konteks ini, "Rabb al-Falaq" dapat diartikan sebagai Tuhan yang menciptakan fajar. Fajar adalah awal dari hari baru, yang membelah kegelapan malam. Ini melambangkan kekuatan ilahi dalam mengusir kegelapan dan menghadirkan cahaya serta kehidupan baru. Dalam Tafsir Jalalain, dijelaskan bahwa berlindung kepada Tuhan yang menciptakan fajar adalah simbol berlindung kepada kekuatan tertinggi yang mampu mengatasi segala kegelapan, kesulitan, dan kejahatan.
Ayat kedua memperluas cakupan perlindungan yang diminta. "Syarrin ma khalaq" berarti 'dari kejahatan segala sesuatu yang Dia ciptakan'. Para mufassir sepakat bahwa ini mencakup semua bentuk kejahatan yang berasal dari makhluk ciptaan Allah. Ini bisa berupa kejahatan manusia, jin, binatang buas, racun, penyakit, atau fenomena alam yang merusak. Penjelasan dalam Tafsir Jalalain menekankan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah memiliki potensi kebaikan dan keburukan, tergantung pada bagaimana ia digunakan atau bagaimana kita menghadapinya. Dengan memohon perlindungan, kita mengakui bahwa hanya Allah yang mampu menjaga kita dari dampak buruk dari ciptaan-Nya.
Ayat ketiga secara spesifik menyebutkan "kejahatan malam apabila telah gelap gulita" (ghasiqin idha waqaba). Malam hari seringkali diasosiasikan dengan kegelapan, ketidakamanan, dan potensi munculnya kejahatan. Makhluk-makhluk yang bersembunyi di kegelapan, seperti pencuri, penjahat, hewan buas, atau bahkan gangguan dari jin dan setan, cenderung lebih aktif di malam hari. Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa permohonan perlindungan ini mencakup agar kita dijaga dari segala bahaya yang mungkin timbul ketika kegelapan malam menyelimuti, baik bahaya fisik maupun spiritual.
Ayat keempat ini menjadi fokus penting dalam pemahaman surat Al-Falaq, terutama dalam konteks perlindungan dari sihir dan ilmu hitam. "Naffathat" merujuk pada wanita (meskipun bisa juga merujuk pada pria yang melakukan praktik serupa) yang meniupkan pada ikatan-ikatan ('uqad). Ini secara umum diartikan sebagai praktik sihir atau tenung, di mana para pelaku membuat ikatan-ikatan pada tali atau benda lain sambil membacakan mantra-mantra tertentu, dengan tujuan merusak atau mencelakai orang lain. Tafsir Jalalain menyoroti bahwa ini adalah bentuk kejahatan yang halus namun sangat berbahaya, yang dampaknya bisa merusak hubungan antar manusia, kesehatan, atau bahkan akal pikiran. Dengan memohon perlindungan kepada Allah, kita dijauhkan dari pengaruh sihir dan tipu daya makhluk yang berusaha mencelakai kita dengan cara-cara gaib.
Ayat terakhir ini melengkapi perlindungan yang diminta dengan menyebutkan "kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki" (hasidin idha hasada). Hasad atau dengki adalah sifat tercela yang berasal dari hati yang tidak rela melihat orang lain mendapatkan nikmat atau kebahagiaan. Orang yang hasad mungkin secara aktif berusaha mencelakai orang lain, baik melalui ucapan, perbuatan, maupun melalui doa-doa buruk yang ditujukan kepada targetnya, atau bahkan melalui sihir yang dipicu oleh kedengkiannya. Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa kedengkian bisa muncul dalam berbagai bentuk dan dapat menyebabkan kerugian besar bagi orang yang didengki. Surat Al-Falaq mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah dari kejahatan jenis ini, yang seringkali tidak disadari oleh pelakunya atau korbannya.
Tafsir Jalalain dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa membaca surat Al-Falaq, bersama dengan surat Al-Ikhlas dan An-Nas, memiliki banyak keutamaan. Surat ini adalah benteng perlindungan bagi seorang Muslim dari berbagai macam marabahaya, baik yang datang dari makhluk halus maupun makhluk kasar. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan agar membaca ketiga surat ini di pagi dan sore hari, serta sebelum tidur, sebagai sarana penjagaan diri. Memahami makna di balik setiap ayat melalui tafsir seperti Jalalain akan semakin meningkatkan kekhusyukan dan keyakinan kita saat membacanya. Ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah bentuk komunikasi langsung dengan Sang Pencipta, memohon pertolongan dan perlindungan-Nya dalam menghadapi kerasnya kehidupan.