Surah Al-Baqarah, yang merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak sekali hikmah dan pelajaran berharga bagi umat manusia. Di antara ayat-ayatnya, rangkaian ayat 100 hingga 110 memiliki makna mendalam yang membahas tentang perjanjian Allah dengan Bani Israil, sifat-sifat mereka, serta penolakan mereka terhadap kebenaran yang dibawa oleh para nabi. Memahami dan merenungkan ayat-ayat ini, terutama dalam transliterasi Latin agar lebih mudah diakses, dapat memberikan pencerahan spiritual dan panduan moral bagi kita sebagai kaum Muslimin.
Ayat-ayat ini dimulai dengan pengingat akan perjanjian Allah yang agung kepada Bani Israil. Allah telah memberikan karunia-Nya kepada mereka, termasuk mengutus para rasul di antara mereka. Namun, seringkali Bani Israil mengingkari janji tersebut dan bersikap keras hati. Mereka lebih suka menolak ayat-ayat Allah dan menentang kebenaran yang datang kepada mereka, bahkan ketika kebenaran itu datang dari Allah sendiri, sebagaimana yang ditunjukkan oleh penolakan mereka terhadap Al-Qur'an dan kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ayat 100 dan 101 secara khusus menyoroti sifat Bani Israil yang gemar mengingkari perjanjian. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa setiap kali mereka membuat perjanjian, sebagian dari mereka membuangnya. Hal ini menunjukkan kebiasaan buruk mereka dalam ketidaksetiaan. Bahkan, kebanyakan dari mereka tidak beriman. Ini adalah peringatan keras bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga keimanan dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan duniawi yang dapat mengaburkan pandangan hati.
Selanjutnya, ayat-ayat ini membahas bagaimana mereka, meskipun memiliki kitab suci Taurat, justru menolak Al-Qur'an yang datang dari sisi Allah. Hal ini menunjukkan betapa butanya hati mereka karena kedengkian dan kesombongan. Mereka tahu bahwa Al-Qur'an adalah kebenaran, tetapi karena tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka atau karena datang dari nabi yang bukan dari kalangan mereka, mereka menolaknya. Ini adalah contoh ekstrem dari penolakan terhadap kebenaran yang datang dari sumber yang paling mulia.
Dari rangkaian ayat Al-Baqarah 100-110 ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting:
Berikut adalah transliterasi Latin dari ayat-ayat yang dibahas untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman bagi mereka yang belum fasih membaca Al-Qur'an dalam bahasa Arab:
أَوَ كُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Awa kullama 'aahadū 'ahdan nabadhahu farīqun minhum bal aktharuhum lā yu'minūn
(Mengapa setiap kali mereka mengikat janji, segolongan dari mereka melanggarnya? Bahkan kebanyakan dari mereka tidak beriman.)
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Wa lammā jā'ahum rasūlun min 'indillāhi musaddiqun limā ma'ahum nabadha farīqun minalladhīna ūtūl-kitāba kitāballāhi warā'a ẓuhūrihim ka'annahum lā ya'lamūn
(Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang yang diberi kitab itu melemparkan kitab Allah ke belakang punggung mereka, seolah-olah mereka tidak mengetahui.)
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لِمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Wattaba'ū mā tatlūsy-syayāṭīnu 'alā mulki Sulaimāna wa mā kafara Sulaimānu wa lakinnaş-şayāṭīna kafarū yu'allimūnan-nāsaş-siḥra wa mā unzila 'alal-malakayni bi Bābila Hārūta wa Mārūt wa mā yu'allimāni min aḥadin ḥattā yaqūlā innamā naḥnu fitnatun falā takfur fayata'allamūna minhumā mā yufarriquna bihi bainal-mar'i wa zaujih wa mā hum bi ḍārrīna bihi min aḥadin illā bi'idhnillāh wa yata'allamūna mā yaḍurruhum wa lā yanfa'uhum wa laqad 'alimū limani-shtrāhu mā lahu fil-ākhirati min khalāq wa labi'sa mā sharaw bihī anfusahum laū kānū ya'lamūn
(Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setanlah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babilon, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan seorang pun (kepada mereka) sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah engkau kafir." Maka mereka (manusia) belajar dari keduanya (tentang) sihir yang dapat memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Padahal mereka tidak dapat membinasakan seorang pun dengan sihir kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, tidak memberi manfaat, dan tidak memberi mudarat kepadanya. Dan sesungguhnya mereka sudah tahu barang siapa menukarnya (dengan sihir) maka tiada lagi (keuntungan) baginya di akhirat, dan amat buruklah perbuatan yang mereka jual dirinya dengannya, jika mereka mengetahui.)
وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Wa laū annahum āmanū wattqaw lamathūbatun min 'indillāhi khayrun law kānū ya'lamūn
(Dan sekiranya mereka beriman dan bertakwa, sesungguhnya pahala dari Allah itu lebih baik, sekiranya mereka mengetahui.)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Yā ayyuhalladhīna āmanū lā taqūlū rā'inā wa qūlū unẓurnā wasma'ū wa lil-kāfirīna 'adābun alīm
(Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan (kepada Rasul) 'ra'ina' dan katakanlah 'unzurna' serta dengarkanlah. Dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih.)
مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Mā yawaddu-lladhīna kafarū min ahlil-kitābi wa lāl-musyrikīna an yunzala 'alaikum min khayrin min rabbikum wallāhu yakhtaṣṣu bi raḥmatihi man yashā' wallāhu ẓul-faḍlil-'aẓīm
(Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya suatu kebaikan dari Tuhanmu kepada kamu. Padahal Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk mendapat) rahmat-Nya, dan Allah pemilik karunia yang besar.)
مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Mā nansakhu min āyatin aw nūnsihā na'ti bi khayrin minhā aw mithlihā alam ta'lam anna-llāha 'alā kulli shai'in qadīr
(Tidaklah Kami ubah sesuatu ayat atau Kami lupakan, niscaya Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang serupa dengannya. Tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?)
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Alam ta'lam anna-llāha lahu mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā lakum min dūni-llāhi min waliyyin wa lā naṣīr
(Tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi; dan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.)
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
Am turīdūna an tas'alū rasūlakum kamā su'ila Mūsā min qablu wa man yatabaddalil-kufra bil-īmāni faqad ḍalla sawā'as-sabīl
(Atau apakah kamu hendak meminta kepada Rasulmu seperti permintaan yang telah dimohonkan kepada Musa dahulu? Dan barang siapa menukar kemudahan dengan kekafiran, maka sungguh, dia telah sesat dari jalan yang lurus.)
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُرَدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Wadda katsīrun min ahlil-kitābi laū yuriddūnakum min ba'di īmānikum kuffāran ḥasadan min 'indi anfusihim min ba'di mā tabayyana lahumul-ḥaqqu fa'fū waṣfaḥū ḥattā ya'tiya-llāhu bi'amrihī inna-llāha 'alā kulli shai'in qadīr
(Banyak orang ahli kitab menginginkan agar kamu menjadi kafir setelah kamu beriman, karena rasa iri hati (yang timbul) dari diri mereka sendiri, setelah jelas bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.)
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Wa aqīmūṣ-ṣalāta wa ātūz-zakāta wa mā tuqaddimū li'nfisikum min khayrin tajidūhu 'inda-llāhi inna-llāha bimā ta'malūna baṣīr
(Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu kelak, kamu pasti akan mendapatinya (balasan) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.)
Dengan mempelajari dan mengamalkan isi kandungan ayat-ayat mulia ini, semoga hati kita senantiasa terjaga dari kekufuran, kesombongan, dan ketidaksetiaan. Semoga kita selalu menjadi hamba Allah yang beriman, bertakwa, dan senantiasa berbuat kebaikan demi meraih keridhaan-Nya.