Surah Al-Baqarah, juz terpanjang dalam Al-Qur'an, memuat berbagai macam ajaran dan kisah yang menjadi pedoman bagi umat Muslim. Salah satu ayat yang sarat makna dan penuh dengan tuntunan adalah ayat ke-128. Ayat ini sering kali dibacakan dalam berbagai kesempatan, baik dalam ibadah maupun dalam refleksi diri. Memahami makna Al Baqarah ayat 128 latin dapat memberikan perspektif baru tentang bagaimana menjalani kehidupan yang diridhai oleh Allah SWT.
Visualisasi kutipan terkait ujian Nabi Ibrahim, pendahulu ayat 128.
Ayat ini berbunyi:
"Robbana waj'alnaa muslimaini laka wa min dzurriyyatinaa ummatan muslimatan laka wa arinaa manaasikanaa wa tub 'alainaa, innaka antat Tawwaabur Rohiim."
(QS. Al-Baqarah: 128)
Doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam ini terbagi menjadi beberapa bagian penting yang mencerminkan inti dari keislaman. Pertama, beliau berdoa agar dirinya dan keluarganya senantiasa menjadi hamba yang tunduk (muslim) kepada Allah SWT. Permohonan ini tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keturunannya. Ini menunjukkan betapa pentingnya warisan ketakwaan dan keislaman yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Lebih lanjut, doa tersebut juga mencakup permohonan untuk ditunjukkan "manaasikana", yang diartikan sebagai "manasik kami" atau "cara-cara ibadah kami". Dalam konteks Nabi Ibrahim, ini merujuk pada tuntunan pelaksanaan ibadah haji, yang merupakan puncak dari syiar agama. Namun, secara luas, ini dapat dimaknai sebagai permohonan agar Allah menunjukkan jalan yang benar dalam beribadah, cara yang paling disukai dan diterima oleh-Nya. Ini adalah pengingat bahwa ibadah tidak boleh dilakukan sembarangan, melainkan harus berdasarkan ilmu dan tuntunan dari Sang Pencipta.
Bagian terakhir dari doa ini adalah permohonan ampunan, "wa tub 'alainaa". Kata "taubah" memiliki makna kembali. Artinya, memohon agar Allah menerima kembali taubat kita, mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuat, dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Sifat Allah yang Maha Penerima Taubat (At-Tawwab) dan Maha Penyayang (Ar-Rohiim) menjadi landasan keyakinan Nabi Ibrahim dalam memanjatkan doa ini.
Ayat ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Muslim:
Al Baqarah ayat 128 latin bukan hanya sekadar lafadz, melainkan sebuah peta jalan spiritual. Ia mengajarkan kita untuk senantiasa bermuhasabah, memperbaiki diri, serta memohon petunjuk dan ampunan kepada Allah SWT. Dengan memahami dan mengamalkan isi ayat ini, diharapkan kita dapat mengikuti jejak para nabi dan menjadi hamba yang dicintai-Nya.
Dalam setiap kesulitan, dalam setiap pilihan hidup, dan dalam setiap ibadah yang kita tunaikan, doa ini menjadi pengingat untuk selalu mengembalikan segalanya kepada Allah. Ia mengingatkan bahwa sumber kekuatan, kebenaran, dan keselamatan hanyalah dari Sang Pencipta semata.