Menyelami Hikmah Al-Baqarah: Ayat 146 dan 200

"Orang-orang yang Kami beri Kitab..." "...dan seorang Mukmin yang berakal..."

Dalam lautan hikmah Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memberikan panduan mendalam bagi umat manusia. Surah Al-Baqarah, sebagai surah terpanjang, menyimpan berbagai pelajaran berharga. Di antara sekian banyak ayat, Al-Baqarah ayat 146 dan ayat 200 memiliki posisi yang signifikan dalam menjelaskan karakteristik hamba Allah yang sesungguhnya, serta dorongan untuk terus berjuang di jalan-Nya. Memahami kedua ayat ini secara mendalam akan membuka jendela pemahaman tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menjalani kehidupannya di dunia ini.

Al-Baqarah Ayat 146: Mengenal Orang-Orang yang Diberi Kitab

Ayat 146 dari Surah Al-Baqarah berbicara tentang orang-orang yang diberi Al-Kitab (terutama dari kalangan Yahudi dan Nasrani) yang mengetahui kebenaran tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil) kepada mereka, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri; tetapi sesungguhnya sebagian dari mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui(nya)."

Ayat ini menyoroti sebuah fenomena yang sangat disayangkan. Allah Ta'ala memberitahukan bahwa orang-orang yang telah diberi kitab suci sebelumnya, seperti Taurat dan Injil, sesungguhnya memiliki pengetahuan yang jelas mengenai kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka mengenalnya persis seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa tanda-tanda kenabian, ciri-ciri fisik, dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah dijelaskan dalam kitab-kitab mereka sebelumnya.

Namun, yang menjadi poin krusial dari ayat ini adalah tindakan sebagian dari mereka yang secara sengaja menyembunyikan kebenaran tersebut. Mereka mengetahui hakikat kenabian Muhammad, namun karena berbagai alasan – seperti kesombongan, fanatisme golongan, atau kepentingan duniawi – mereka memilih untuk menutup-nutupi fakta tersebut dari umat mereka. Sikap ini adalah pengkhianatan terhadap amanah ilmu yang telah Allah berikan.

Dari ayat ini, kita dapat memetik pelajaran penting:

Al-Baqarah Ayat 200: Perenungan tentang Akhirat dan Kebaikan

Beranjak ke ayat 200, kita menemukan gambaran tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin berdoa dan memohon kepada Allah, terutama ketika teringat akan kehidupan akhirat dan pentingnya berbuat baik di dunia.

فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Kemudian apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut nenek moyangmu atau (bahkan) lebih keras lagi penyebutannya. Maka di antara manusia ada yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"."

Ayat ini turun berkaitan dengan kebiasaan sebagian kaum Arab Jahiliyah yang berdzikir dengan menyebut nenek moyang mereka dengan bangga setelah menyelesaikan ritual haji. Namun, Allah mengajarkan sebuah bentuk dzikir yang jauh lebih mulia dan bernilai, yaitu dzikir kepada Allah. Dzikir ini bahkan dianjurkan agar lebih semangat dan lebih mendalam daripada kebanggaan mereka terhadap leluhur.

Lebih lanjut, ayat ini mengisahkan tentang doa yang dipanjatkan oleh sebagian manusia. Doa ini mencakup dua permintaan utama yang saling melengkapi:

Permintaan ini adalah inti dari doa seorang mukmin yang cerdas. Ia tidak hanya memikirkan kesenangan sesaat di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi. Kemudian, sebagai pelengkap dari kedua kebaikan tersebut, ia memohon perlindungan dari siksa neraka, yang merupakan kerugian terbesar dan kekalahan yang nyata.

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

Dengan merenungkan Al-Baqarah ayat 146 dan 200, seorang mukmin diingatkan untuk senantiasa menjaga lisannya dari menyembunyikan kebenaran, serta mengarahkan hatinya untuk senantiasa berdzikir dan memohon kebaikan dunia serta akhirat kepada Allah Ta'ala. Kedua ayat ini adalah kompas spiritual yang membimbing kita menuju keridhaan Ilahi.

🏠 Homepage