Menyelami Keindahan Ayat-Ayat Al-Qur'an: Al Baqarah 221-230

Surah Al-Baqarah, surat terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak hikmah dan pedoman hidup bagi umat Islam. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang membahas berbagai aspek kehidupan, termasuk yang berkaitan dengan pernikahan, perceraian, dan kewajiban-kewajiban pasca-cerai. Bagian ini akan mengulas Al Baqarah ayat 221 sampai 230, menyajikan bacaan dalam tulisan Latin beserta terjemahan Bahasa Indonesianya untuk memudahkan pemahaman. Ayat-ayat ini memberikan panduan yang jelas dan adil, menegaskan prinsip-prinsip Ilahi dalam relasi manusia.

Ilustrasi: Pedoman dan Penjelasan

Ayat-Ayat Al Baqarah 221-230 Beserta Penjelasannya

وَلَا تَنكِحُوا۟ ٱلْمُشْرِكَـٰتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا۟ ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُو۟لَـٰٓئِكَ يَدْعُونَ إِلَى ٱلنَّارِ ۖ وَٱللَّهُ يَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱلْجَنَّةِ وَٱلْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِۦ وَيُبَيِّنُ آيَـٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Wa la tankiḥu l-musyrikatil ḥattā yu'min. Wa la amatum mu'minatun khairum min musyrikatin wa law a'jabattkum. Wa la tunkiḥul musyrikīna ḥattā yu'minū. Wa la 'abdum mu'minun khairum min musyrikin wa law a'jabakum. Ula'ika yad'ūna ilan-nāri, wallāhu yad'ū ilal-jannati wal-magfirati bi'idnihī wa yubayyinu āyātihī lin-nāsi la'allahum yatadhakkarūn.

Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, seorang budak perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang musyrik laki-laki dengan perempuan yang beriman, sebelum mereka beriman. Sungguh, seorang budak laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَٱعْتَزِلُوا۟ ٱلنِّسَآءَ فِى ٱلْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّـٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ

Wa yas'alūnaka 'anil-maḥīḍ, qul huwa aḏan, fa'tazilun-nisā'a fil-maḥīḍ, wa la taqrabūhunna ḥattā yaṭhurin. Fa'iḏā taṭahhar na fa'tūhunna min ḥaiṯu amarakumullāh. Innallāha yuḥibbut-tawwābīna wa yuḥibbul-mutaṭahhirīn.

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, "Itu adalah suatu kotoran (keadaan yang tidak bersih)." Maka jauhilah perempuan pada masa itu (haid), dan janganlah kamu dekati mereka sampai mereka suci kembali. Apabila mereka telah suci kembali, campurilah mereka sebagaimana (hubungan seksual) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.

نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُم مُّلَـٰقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Nisā'ukum ḥarṯun lakum, fa'tū ḥarṯakum annā shi'tum, wa qaddimū li'anfusikum. Wattaqullāha walamū annakum mulāqūh, wa basyiril mu'minīn.

Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu sebagaimana saja kamu kehendaki. Dan utamakanlah (dirimu) untuk kebaikan bagimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan bertemu dengan-Nya. Dan sampaikanlah (ajaran ini) kepada orang-orang yang beriman.

وَلَا تَجْعَلُوا۟ ٱللَّهَ عُرْضَةً لِّأَيْمَـٰنِكُمْ أَن تَبَرُّوا۟ وَتَتَّقُوا۟ وَتُصْلِحُوا۟ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Wa la taj'alullāha 'urdatan li'aimānikum an tabarrū wa tattaqū wa tuṣliḥū bainan-nās. Wallāhu samī'un 'alīm.

Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai halangan untuk berbakti dan bertakwa serta memperbaiki (kerusuhan) di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

لَا يُؤَاخِذُكُمُ ٱللَّهُ بِٱللَّغْوِ فِىٓ أَيْمَـٰنِكُمْ وَلَـٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Lā yu'ākhuḏukumullāhu bil-lagwi fī aimānikum wa lākin yu'ākhuḏukum bimā kasabat qulūbukum. Wallāhu ghafūrun ḥalīm.

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak disengaja (dalam mengucapkannya), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan (sumpah) yang disengaja oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.

لِّلَّذِينَ يُؤْلُونَ مِن نِّسَآئِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ ۖ فَإِن فَآءُو فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Lillaḏīna yu'lūna min nisā'ihim tarabbuṣu arba'ati ashur. Fa'in fā'ū fa'innallāha ghafūrun raḥīm.

Orang-orang yang melakukan ila' (sumpah tidak akan menggauli istri) dari istri-istri mereka, (menunggu) empat bulan. Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya, rujuk), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

وَإِنْ عَزَمُوا۟ ٱلطَّلَـٰقَ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Wa in 'azamut-talāqa fa'innallāha samī'un 'alīm.

Dan jika mereka berketetapan hati (menceraikan) maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

وَٱلْمُطَلَّقَـٰتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَـٰثَةَ قُرُوٓءٍ ۚ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ فِىٓ أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ ۚ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِى ذَٰلِكَ إِنْ أَرَادُوٓا۟ إِصْلَـٰحًا ۚ وَلَهُنَّ مِثْلُ ٱلَّذِى عَلَيْهِنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Wal-muṭallaqātu yatarabbaṣna bi'anfusihinna ṯalāṯata qurū'. Wa lā yaḥillu lahunna an yaktumna mā khalaqallāhu fī arḥāmihinna in kunna yu'minna billāhi wal-yaumil-ākhir. Wa bu'ūlatuhunna aḥaqqu bi-raddihinna fī ḏālika in arādū iṣlāḥā. Wa lahunna miṯlullāḏī 'alayhinna bil-ma'rūf. Wa lir-rijāli 'alayhinna darajah. Wallāhu 'azīzun ḥakīm.

Dan para perempuan yang diceraikan hendaklah menahan diri (menunggu) masa iddahnya selama tiga kali suci. Dan tidak halal bagi mereka menyembunyikan apa (kandungan) yang ada dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak merujuknya dalam (masa iddah) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Dan para perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka sesuai dengan cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada mereka. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

ٱلطَّلَـٰقُ مَرَّتَانِ ۖ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَـٰنٍ ۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَأْخُذُوا۟ مِمَّآ آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْـًٔا إِلَّآ أَن يَخَافَآ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ ٱللَّهِ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ ٱللَّهِ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا ٱفْتَدَتْ بِهِۦ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ ٱللَّهِ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

Aṭ-ṭalāqu marratān. Fa imsākum bima'rūfin au tasrīḥum bi'iḥsān. Wa lā yaḥillu lakum an ta'khuḏū mimmā ātaytumūhunna syai'an illā an yakhāfā allā yuqīmā ḥudūdal-lāh. Fa'in khiftum allā yuqīmā ḥudūdal-lāh fa lā junāḥa 'alayhimā fīmā ftaḍat bih. Tilka ḥudūdul-lāhi falā ta'tadūhā. Wa man yata'adda ḥudūdal-lāhi fa'ula'ika humuẓ-ẓālimūn.

Talak (satu kali) itu dua kali. Setelah itu, (boleh) rujuk dengan baik-baik atau menceraikan dengan baik-baik. Dan tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari apa yang telah kamu berikan kepada mereka (istri-istri), kecuali (khawatir) keduanya tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya mengenai (menebus) mahar yang diberikan untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim.

فَإِن طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُۥ مِنۢ بَعْدُ حَتَّىٰ تَنكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُۥ ۗ فَإِن طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يَتَرَاجَعَآ إِن ظَنَّآ أَن يُقِيمَا حُدُودَ ٱللَّهِ ۗ وَتِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Fa'in ṭallaqahā falā taḥillu lahu mim ba'du ḥattā tankiḥa zaujan gai rah. Fa'in ṭallaqahā falā junāḥa 'alayhimā an yutarāja'ā in ẓannā an yuqīmā ḥudūdal-lāh. Wa tilka ḥudūdul-lāhi yubayyinuhā liqaumim ya'lamūn.

Kemudian jika dia menceraikannya (talak ketiga), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sampai dia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan perempuan itu) untuk kembali (rujuk) bersama, jika keduanya (yakin) dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah yang dijelaskan-Nya kepada kaum yang mengetahui.

Makna dan Hikmah

Ayat-ayat ini memberikan arahan yang sangat rinci mengenai pernikahan dan perceraian. Dimulai dari larangan menikahi orang musyrik, hingga penjelasan mengenai hubungan seksual yang sehat, larangan menjadikan sumpah sebagai penghalang kebaikan, dan pengaturan mengenai ila' (sumpah untuk tidak menggauli istri). Bagian terpenting dari rangkaian ayat ini adalah penjelasan mengenai iddah bagi perempuan yang diceraikan, hak dan kewajiban suami istri, serta batasan-batasan talak yang telah ditetapkan Allah.

Tujuan dari aturan-aturan ini adalah untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, melindungi hak-hak perempuan, serta menegakkan keadilan dan kemaslahatan dalam masyarakat. Dengan memahami dan mengamalkan ayat-ayat ini, umat Islam diharapkan dapat membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, serta menyelesaikan persoalan rumah tangga dengan cara yang diridhai Allah. Memahami Al Baqarah ayat 221-230 latin dan artinya menjadi langkah awal yang baik untuk merenungi dan mengaplikasikan ajaran-ajaran mulia ini dalam kehidupan sehari-hari.

🏠 Homepage