Simbol pengetahuan, pemahaman, dan cahaya ilahi.
Dalam lautan ajaran Al-Qur'an, setiap ayat memuat hikmah dan petunjuk yang mendalam bagi umat manusia. Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan dan membutuhkan pemahaman seksama adalah Surah Al-Baqarah ayat 102. Ayat ini membicarakan tentang praktik sihir dan bagaimana hal tersebut dapat memecah belah hubungan, serta menekankan bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan pengetahuan Allah semata. Memahami ayat ini secara komprehensif dapat memberikan perspektif yang jernih tentang kekuatan gaib, godaan dunia, dan pentingnya bertawakal kepada Sang Pencipta.
وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Dan mereka tidak dapat memberi mudarat (bahaya) dengan sihir itu kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan diri mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa siapa yang menukarnya (dengan sihir), tidak ada baginya keuntungan (yang kekal) di akhirat, dan amat buruklah perbuatan mereka menjual diri mereka (dengan sihir), kalau mereka mengetahui."
Ayat 102 Surah Al-Baqarah ini muncul dalam konteks kisah Nabi Sulaiman AS, yang merupakan seorang nabi yang dianugerahi kekayaan, kekuasaan, dan mukjizat luar biasa oleh Allah. Di tengah kebesaran dan hikmah yang dimilikinya, orang-orang Yahudi pada masa itu mencoba mendiskreditkan kenabiannya dengan mengatakan bahwa ia memperoleh semua itu bukan karena kenabian, melainkan karena sihir. Mereka kemudian mengeluarkan dua malaikat, Harut dan Marut, yang konon mengajarkan sihir kepada manusia.
Poin utama yang ditekankan oleh ayat ini adalah bahwa tidak ada kekuatan yang dapat mencelakakan seseorang kecuali dengan izin Allah. Ini adalah prinsip fundamental dalam akidah Islam. Sihir, meskipun nyata dan dapat menimbulkan efek tertentu, kekuatannya terbatas dan tunduk pada kehendak Ilahi. Hal ini berarti bahwa orang yang beriman tidak perlu terlalu takut pada sihir atau kekuatan supranatural lainnya, karena mereka dilindungi oleh Allah selama mereka bertakwa dan tidak melanggar batasan-Nya.
Ayat ini juga menyindir para pelaku sihir yang mempelajari ilmu yang sebenarnya mencelakakan diri mereka sendiri dan tidak memberikan manfaat yang hakiki. Mereka mungkin mendapatkan kepuasan sesaat, kekuatan semu, atau kemampuan untuk memanipulasi orang lain, namun semua itu berujung pada kerugian di dunia dan akhirat. Mereka menukarkan kebahagiaan abadi dan keridhaan Allah dengan kesenangan sesaat yang penuh dengan dosa dan celaka.
Kalimat terakhir ayat, "Dan amat buruklah perbuatan mereka menjual diri mereka (dengan sihir), kalau mereka mengetahui," mengandung peringatan keras. Ini menunjukkan betapa bodohnya orang yang menukarkan potensi diri yang mulia dan kehidupan akhirat yang penuh kenikmatan dengan hal-hal yang merusak dan menipu. Jika saja mereka memiliki ilmu dan pemahaman yang benar tentang hakikat kehidupan dan konsekuensi perbuatan mereka, mereka tidak akan pernah memilih jalan sihir.
Dalam Islam, sihir diakui sebagai sesuatu yang ada, namun tidak dipandang sebagai kekuatan independen yang dapat mengalahkan kehendak Allah. Praktik sihir dianggap sebagai perbuatan dosa besar yang dilarang dan dapat membawa pelakunya keluar dari lingkaran Islam jika ia meyakini bahwa sihir itu memiliki kekuatan sendiri di luar Allah. Ayat ini juga mengajarkan bahwa mempelajari sihir dengan tujuan untuk menggunakannya adalah dilarang karena berpotensi menimbulkan mudarat dan tidak memiliki faedah spiritual.
Penting untuk membedakan antara keyakinan pada sihir yang berasal dari jin dan setan dengan keyakinan pada kekuatan Allah. Orang yang beriman harus senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari segala macam kejahatan, termasuk sihir. Bacaan ayat-ayat Al-Qur'an, dzikir, dan doa adalah benteng terkuat bagi seorang Muslim.
Ayat 102 Surah Al-Baqarah mengingatkan kita untuk senantiasa menyandarkan segala urusan kepada Allah, tidak tertipu oleh kekuatan-kekuatan semu yang ditawarkan dunia, dan untuk menggunakan akal serta ilmu yang Allah berikan untuk kebaikan, bukan untuk kemudaratan. Pemahaman yang benar tentang ayat ini memperkuat keimanan kita dan melindungi diri dari kesesatan.