SUMBER

Cara Menulis Daftar Pustaka dari Buku Kemendikbud

Menulis daftar pustaka yang akurat dan terstruktur adalah salah satu keterampilan fundamental dalam penyusunan karya ilmiah, tugas sekolah, skripsi, tesis, dan berbagai bentuk tulisan akademis lainnya. Buku-buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) seringkali menjadi sumber rujukan utama, terutama dalam konteks pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, memahami cara menuliskannya dalam daftar pustaka sangatlah penting. Panduan ini akan membahas secara rinci langkah-langkahnya.

Mengapa Daftar Pustaka Penting?

Sebelum melangkah ke cara penulisannya, mari kita pahami kembali pentingnya daftar pustaka. Daftar pustaka berfungsi sebagai:

Komponen Penting dalam Penulisan Daftar Pustaka

Secara umum, setiap entri daftar pustaka, termasuk buku, memerlukan beberapa informasi kunci. Untuk buku, komponen yang paling sering diminta meliputi:

Namun, perlu dicatat bahwa gaya penulisan daftar pustaka bisa bervariasi tergantung pada panduan atau format yang diminta oleh institusi pendidikan atau jurnal ilmiah. Gaya yang paling umum digunakan adalah APA (American Psychological Association), MLA (Modern Language Association), dan Chicago Style. Untuk keperluan akademis di Indonesia, seringkali digunakan pedoman yang disesuaikan, namun prinsip dasarnya tetap sama.

Format Penulisan Daftar Pustaka Buku Kemendikbud

Buku-buku dari Kemendikbud biasanya memiliki ciri khas, seperti seringkali dicetak oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, atau badan lain di bawah Kemendikbud. Berikut adalah format umum yang bisa Anda ikuti, dengan contoh yang disesuaikan:

1. Format Umum

Format dasar untuk buku adalah:

Nama Belakang, Nama Depan. (Tahun Terbit). Judul Buku. Kota Terbit: Nama Penerbit.

2. Format Khusus Buku Kemendikbud

Dalam praktiknya, buku Kemendikbud seringkali memiliki struktur penerbit yang sedikit berbeda. Kadang-kadang, tidak ada "kota terbit" spesifik yang dicantumkan selain nama institusi penerbitnya. Berikut adalah variasi yang sering ditemui dan cara menuliskannya:

Kasus: Buku dengan Penulis Tunggal/Ganda dan Penerbit Institusional

Jika buku memiliki penulis yang jelas dan diterbitkan oleh badan di bawah Kemendikbud, formatnya bisa seperti ini:

Nama Belakang, Nama Depan. (Tahun Terbit). Judul Buku. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Contoh:

Wibowo, Anton. (2020). Kajian Kurikulum Merdeka. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Kasus: Buku Tanpa Nama Penulis yang Jelas (Buku Teks Kurikulum)

Beberapa buku teks kurikulum mungkin tidak mencantumkan nama penulis individu secara eksplisit, melainkan mencantumkan institusi sebagai penanggung jawab. Dalam kasus ini, institusi penerbit bisa dijadikan entri utama.

Nama Institusi. (Tahun Terbit). Judul Buku. Kota Terbit: Nama Penerbit.

Contoh:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Buku Siswa Matematika Kelas X. Jakarta: Kemendikbud.

Atau jika tidak ada kota terbit spesifik:

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2021). Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek. Jakarta: Kemendikbud.

3. Penulisan Nama Pengarang

Nama pengarang ditulis dengan urutan:

Contoh:

4. Penulisan Judul Buku

Judul buku ditulis miring (italic). Jika ada sub-judul, pisahkan dengan titik dua.

Contoh:

Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia: Dari Budi Utomo hingga Kemerdekaan

5. Penulisan Kota dan Penerbit

Cantumkan kota tempat buku diterbitkan, diikuti titik dua, lalu nama penerbit.

Untuk buku Kemendikbud, 'kota terbit' seringkali adalah Jakarta. 'Penerbit' biasanya merujuk pada badan di bawah Kemendikbud.

Contoh:

Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Perhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang tepat.

Tips Tambahan

Menguasai cara menulis daftar pustaka dari buku Kemendikbud adalah langkah penting untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik dan terstruktur. Dengan mengikuti panduan di atas, Anda dapat menyajikan sumber rujukan Anda secara profesional dan kredibel.

🏠 Homepage