Dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat surah-surah yang memiliki keutamaan dan makna tersendiri, salah satunya adalah Surat At-Tin. Surat ini merupakan salah satu surah pendek yang sarat akan hikmah dan peringatan dari Allah SWT. Bagi umat Islam, memahami isi dan kandungan Al-Qur'an adalah sebuah kewajiban. Pertanyaan mengenai "Surat At-Tin berapa ayat" sering kali muncul di benak banyak orang yang ingin mempelajari surah ini lebih dalam.
Surat At-Tin adalah surah ke-95 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 8 ayat. Penamaannya, At-Tin, diambil dari kata "At-Tin" yang berarti "Buah Tin" yang disebutkan pada ayat pertama. Kehadiran buah tin dan zaitun dalam sumpah pembuka surah ini bukanlah tanpa alasan, melainkan memiliki makna simbolis yang mendalam terkait kesuburan, kesehatan, dan berbagai kenikmatan yang dianugerahkan Allah SWT.
Ayat pertama Surat At-Tin berbunyi: "Demi (buah) tin dan (buah) zaitun". Para mufassir (ahli tafsir) memiliki berbagai pandangan mengenai makna di balik sumpah ini. Sebagian berpendapat bahwa sumpah ini merujuk pada tempat tumbuhnya kedua buah tersebut, yaitu di negeri Syam (Palestina, Suriah, Yordania, Lebanon), tempat diutusnya para nabi seperti Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa AS. Sumpah di sini dapat dimaknai sebagai kesaksian atas tanah para nabi dan para rasul, yang penuh berkah dan menjadi saksi sejarah keagungan ajaran ilahi.
Pandangan lain menyebutkan bahwa buah tin dan zaitun sendiri memiliki khasiat dan kebaikan yang luar biasa. Buah tin dikenal sebagai buah yang kaya akan nutrisi, serat, vitamin, dan mineral, memberikan manfaat kesehatan yang sangat besar. Begitu pula dengan zaitun, minyaknya dikenal sebagai salah satu minyak nabati terbaik yang memiliki segudang manfaat bagi kesehatan manusia, bahkan diakui dalam dunia medis modern. Kehadiran keduanya dalam sumpah Allah SWT mengindikasikan pentingnya nikmat yang diberikan, serta bisa jadi merupakan isyarat mengenai mukjizat dan khasiat yang terkandung dalam kedua buah tersebut.
Setelah bersumpah dengan buah tin dan zaitun, serta Gunung Sinai (Thursina), Allah SWT melanjutkan dengan firman-Nya: "dan demi negeri (Mekah) yang aman ini." (QS. At-Tin: 3). Sumpah-sumpah ini bertujuan untuk menegaskan kebenaran firman Allah selanjutnya, yaitu mengenai penciptaan manusia.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4). Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dalam rupa yang paling sempurna, dengan akal, pikiran, dan fisik yang luar biasa. Manusia dianugerahi potensi untuk menjadi makhluk yang paling mulia, memiliki akal untuk berpikir, hati untuk merasakan, dan anggota badan untuk beraktivitas. Keindahan penciptaan ini merupakan bukti kekuasaan dan rahmat Allah SWT.
Namun, kesempurnaan penciptaan ini tidak serta merta menjamin manusia berada di derajat tertinggi selamanya. Allah SWT mengingatkan bahwa ada potensi manusia untuk terjatuh ke dalam kehinaan.
Allah SWT berfirman: "kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya." (QS. At-Tin: 5). Ayat ini diinterpretasikan oleh para ulama dalam beberapa cara. Ada yang memahami bahwa derajat terendah ini adalah neraka Jahanam bagi orang-orang yang kafir dan durhaka. Ada pula yang memahaminya sebagai kondisi saat manusia lemah dan membutuhkan pertolongan, seperti saat di alam rahim atau saat tua renta. Namun, yang paling ditekankan adalah bagaimana kesombongan dan kedurhakaan dapat menjatuhkan derajat manusia.
Kontras dengan potensi kejatuhan tersebut, Allah SWT kemudian menjelaskan tentang orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Firman-Nya: "kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin: 6-7). Ayat ini memberikan kabar gembira bagi hamba-Nya yang senantiasa menjaga keimanannya dan mewujudkannya dalam perbuatan nyata. Bagi mereka, disediakan balasan surgawi yang kekal dan tak terputus, sebuah kenikmatan abadi yang tiada tara.
Selanjutnya, Allah SWT berfirman: "Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) Pembalasan sesudah (adanya bukti-bukti) itu?" (QS. At-Tin: 8). Ayat terakhir ini merupakan sebuah pertanyaan retoris yang menggugah kesadaran. Allah seolah bertanya kepada manusia, setelah melihat bukti penciptaan yang sempurna, bukti kenikmatan, dan janji balasan yang pasti, mengapa masih ada yang mengingkari hari pembalasan dan kebangkitan? Ini adalah peringatan keras agar manusia tidak lalai dan senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Dengan mengetahui bahwa Surat At-Tin berjumlah 8 ayat, kita dapat lebih fokus dalam memahami setiap firman Allah yang terkandung di dalamnya. Pesan utama surah ini adalah penegasan akan kesempurnaan penciptaan manusia oleh Allah SWT, namun manusia juga memiliki potensi untuk jatuh ke derajat terendah jika mengingkari-Nya. Kunci untuk meraih derajat tertinggi adalah dengan beriman dan beramal saleh, yang akan mengantarkan pada pahala abadi di sisi Allah.