Ilustrasi pohon tin dan buahnya.
Banyak pertanyaan yang mungkin muncul di benak umat Islam ketika membaca atau mempelajari Al-Qur'an. Salah satu pertanyaan yang kerap terdengar adalah mengenai asal-usul sebuah surat, khususnya jika nama surat tersebut diambil dari objek atau fenomena alam. Surat At Tin, yang memiliki arti "Buah Tin", merupakan salah satu surat dalam Al-Qur'an yang namanya merujuk pada sebuah buah yang disebutkan dalam ayat pertamanya. Namun, pertanyaan yang lebih spesifik adalah, surat At Tin diambil dari ayat ke berapa? Sebenarnya, nama surat tidak diambil berdasarkan nomor urut ayatnya, melainkan dari tema atau objek yang disebutkan di awal surat tersebut.
Surat At Tin adalah surat ke-95 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyyah, artinya diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surat ini memiliki jumlah 8 ayat. Sebagaimana namanya, surat ini diawali dengan sumpah Allah SWT menggunakan buah tin dan buah zaitun. "Demi (buah) tin dan (buah) zaitun," begitu bunyi ayat pertama dari surat ini. Sumpah ini menjadi penanda penting yang memberikan gambaran awal mengenai kedalaman makna yang terkandung di dalam surat ini.
Penamaan surat dalam Al-Qur'an seringkali diambil dari kata atau frasa yang unik dan menonjol di awal surat. Dalam kasus Surat At Tin, kata "At Tin" (التين) yang berarti "buah tin" secara eksplisit disebutkan pada ayat pertama. Buah tin sendiri memiliki makna simbolis yang kaya dalam berbagai tradisi keagamaan dan budaya, seringkali diasosiasikan dengan kesuburan, kesehatan, dan keberkahan. Para ulama menafsirkan bahwa Allah SWT bersumpah dengan buah tin dan buah zaitun sebagai penekanan terhadap pentingnya objek-objek tersebut, serta sebagai isyarat untuk merenungkan nikmat Allah yang terkandung di dalamnya.
Buah tin dan zaitun dikenal sebagai buah-buahan yang tumbuh di daerah Syam (Palestina dan sekitarnya), tempat di mana banyak para nabi diutus, termasuk Nabi Isa Al-Masih. Keduanya juga merupakan buah-buahan yang kaya akan nutrisi dan manfaat. Penekanan pada keduanya dalam permulaan surat ini mengisyaratkan adanya pesan ilahi yang sangat penting terkait penciptaan manusia dan tujuan hidupnya.
Setelah bersumpah dengan buah tin dan zaitun, serta menyebutkan Gunung Sinai (tempat Nabi Musa AS menerima wahyu) dan negeri Makkah yang aman, Allah SWT kemudian melanjutkan firman-Nya dengan menyatakan: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At Tin: 4). Ayat ini menjadi inti dari surat At Tin, yang menjelaskan mengenai kemuliaan ciptaan manusia. Manusia dianugerahi akal, perasaan, dan kemampuan untuk berpikir, yang membedakannya dari makhluk lain.
Namun, kemuliaan ini tidak serta merta bertahan selamanya. Allah SWT mengingatkan bahwa jika manusia mengingkari nikmat dan petunjuk-Nya, serta berbuat kezaliman, maka derajat kemuliaannya bisa diturunkan. Sebaliknya, bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, akan mendapatkan pahala yang tak terputus. Pesan ini memberikan gambaran yang seimbang mengenai potensi manusia, baik untuk mencapai kesempurnaan maupun terjatuh dalam kehinaan.
Oleh karena itu, ketika kita berbicara tentang Surat At Tin, yang perlu dipahami adalah bahwa namanya berasal dari penyebutan buah tin pada ayat pertamanya, bukan dari nomor urut ayatnya. Surat ini, dengan segala kekayaannya, mengajak kita untuk merenungkan asal-usul penciptaan manusia, nikmat-nikmat Allah yang berlimpah, serta konsekuensi dari pilihan hidup yang kita ambil. Setiap ayat dalam surat ini memiliki kedalaman makna yang patut untuk terus dipelajari dan direnungkan demi kebaikan diri di dunia dan akhirat.