Simbol kehati-hatian dan pertanggungjawaban.
Surah Al-Baqarah, juz terakhirnya, menutup dengan tiga ayat yang sarat makna dan kedalaman spiritual: ayat 281, 282, dan 283, serta tiga ayat berikutnya yang melengkapi pesan penting bagi umat manusia. Ayat-ayat ini tidak hanya mengatur muamalah (hubungan antarmanusia), khususnya dalam hal transaksi finansial dan utang-piutang, tetapi juga menegaskan kembali kekuasaan dan rahmat Allah SWT. Ayat-ayat terakhir Surah Al-Baqarah ini ibarat sebuah kapsul waktu yang menyimpan nasihat abadi mengenai keadilan, integritas, dan kepercayaan kepada Sang Pencipta.
Ayat 281: Ancaman kepada yang Lalai dan Janji Kebaikan.
Ayat 281 merupakan ayat terakhir yang diturunkan mengenai hukum Islam. Ayat ini secara tegas mengingatkan kita akan hari di mana setiap jiwa akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuatnya. Allah berfirman, "Dan peliharalah diri kamu dari (azab) hari yang pada hari itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap diri akan diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya." (QS. Al-Baqarah: 281). Ayat ini menekankan urgensi untuk selalu sadar akan pengawasan Allah dan mempersiapkan diri untuk menghadap-Nya. Setiap amalan, sekecil apapun, akan diperhitungkan. Ancaman yang tersirat di dalamnya adalah pengingat agar kita tidak berlaku curang, menipu, atau merugikan orang lain, terutama dalam urusan harta. Sebaliknya, ayat ini juga membawa kabar gembira bagi mereka yang senantiasa berbuat baik dan menjaga amanah.
Ayat 282: Ayat Terpanjang tentang Utang-Piutang dan Pencatatan Transaksi.
Selanjutnya, ayat 282 adalah ayat terpanjang dalam Al-Qur'an. Ayat ini memberikan panduan detail mengenai pencatatan transaksi utang-piutang. Tujuannya adalah untuk mencegah perselisihan, kesalahpahaman, dan kelalaian dalam kewajiban finansial. Ayat ini memerintahkan agar penulisan utang dilakukan dengan jujur, dicatat oleh juru tulis yang adil, dan tidak ada yang menolak untuk mencatatnya. Pihak yang berutang pun diperintahkan untuk mendiktekan dan bertakwa kepada Allah Tuhannya serta tidak mengurangi sedikitpun dari utangnya. Jika yang berutang itu bodoh, lemah, atau tidak mampu mendiktekan, maka hendaklah walinya mendiktekan dengan adil. Diperintahkan pula untuk mengadakan dua orang saksi laki-laki, atau jika tidak ada dua laki-laki, maka satu laki-laki dan dua perempuan, agar jika salah seorang lupa, yang lain dapat mengingatkannya. Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya kejelasan, kejujuran, dan saksi dalam setiap transaksi agar terhindar dari masalah di kemudian hari.
Ayat 283: Tanggung Jawab Menyimpan Amanah.
Ayat 283 melanjutkan pembahasan tentang amanah dan tanggung jawab. Ditegaskan bahwa barang yang dititipkan (amanah) harus dikembalikan kepada pemiliknya. Barangsiapa yang menyembunyikan kesaksian padahal ia mengetahuinya, maka sesungguhnya hatinya berdosa. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ayat ini menggarisbawahi pentingnya integritas dan kejujuran. Menyimpan amanah, baik itu harta benda maupun kesaksian, adalah sebuah kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Ketidakjujuran dalam menyimpan amanah, termasuk menyembunyikan kebenaran saat bersaksi, adalah dosa besar. Kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi setiap tindakan kita seharusnya menjadi motivasi terbesar untuk selalu berlaku jujur dan amanah.
Ayat 284-286: Kekuasaan Allah, Rahmat, dan Batasan Kewajiban.
Ketiga ayat terakhir, yaitu 284, 285, dan 286, mengalihkan fokus kembali kepada keagungan dan kekuasaan Allah SWT. Ayat 284 menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Allah akan memperhitungkan apa yang tersembunyi dalam hati setiap manusia. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak ada satupun yang luput dari pengetahuan Allah, bahkan niat tersembunyi sekalipun.
Ayat 285 adalah penegasan keimanan. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Setiap pahala kebaikan yang dilakukannya akan berpulang kepadanya, dan setiap siksa kejahatan yang dilakukannya juga akan menimpanya. Umat Islam diingatkan untuk berdoa, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau telah membebani orang-orang sebelum kami." (QS. Al-Baqarah: 286). Doa ini mengajarkan kerendahan hati dan pengakuan akan keterbatasan diri di hadapan Allah.
Ayat 286 sendiri merupakan penutup yang indah, menguatkan bahwa Allah adalah Pelindung dan Penolong kita. Allah tidak membebani hamba-Nya melebihi kesanggupannya. Hamba dianjurkan untuk memohon pertolongan kepada Allah dan tidaklah memikul dosa orang lain. Keseluruhan ayat 281-286 memberikan gambaran komprehensif tentang kehidupan seorang Muslim: berinteraksi dengan jujur dalam urusan duniawi, menjaga amanah, dan senantiasa menyandarkan diri serta memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap keadaan, dengan keyakinan penuh bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Memahami dan mengamalkan pesan-pesan dalam ayat-ayat ini adalah kunci menuju kehidupan yang lebih berkah dan diridhai.