Dzikir Al Ma'tsurat Sore: Benteng Perlindungan Menjelang Malam

Ilustrasi Cahaya Petunjuk dan Kitab Suci Sebuah gambar yang melambangkan cahaya petunjuk yang muncul dari sebuah kitab suci yang terbuka, mewakili Dzikir.

Dzikir Al Ma'tsurat: Sumber Cahaya dan Petunjuk di Akhir Hari.

Pendahuluan: Memahami Keagungan Al Ma'tsurat

Al Ma'tsurat, sebuah kompilasi dzikir dan doa yang disusun oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna, merupakan harta karun spiritual bagi setiap Muslim. Kompilasi ini bukan sekadar kumpulan bacaan biasa, melainkan rangkaian wirid yang bersumber kuat dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, dirancang untuk membentuk benteng perlindungan diri, penguatan jiwa, serta pengokohan ikatan tauhid pada pagi dan sore hari. Versi "Sore" (Masa'an) secara khusus dibaca setelah Ashar hingga terbenamnya matahari (Maghrib), menandai transisi penting dari aktivitas dunia menuju waktu istirahat dan munajat.

Waktu sore hari memiliki keutamaan yang luar biasa dalam Islam. Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk memperbanyak dzikir pada waktu ini. Sesi dzikir sore menjadi momen introspeksi, saat seorang hamba mengakui keterbatasan dirinya di hadapan kebesaran Allah, memohon ampunan atas kelalaian di siang hari, dan meminta perlindungan dari segala bahaya yang mungkin muncul di malam hari. Melaksanakan dzikir Al Ma'tsurat sore secara rutin adalah wujud nyata dari ketaatan yang konsisten, menjauhkan hati dari kelalaian, dan menjamin ketenangan batin.

Kandungan Al Ma'tsurat Sore disusun secara sistematis, dimulai dari ayat-ayat penjagaan, permohonan ampunan (Istighfar), pengakuan akan keesaan dan kekuasaan Allah (Tawhid), hingga doa spesifik untuk perlindungan, kesehatan, dan keberkahan. Setiap bagian memiliki peran krusial, membentuk struktur perlindungan spiritual yang menyeluruh. Melalui wirid ini, seorang Muslim menegaskan bahwa kekuasaan, kerajaan, dan pujian adalah milik Allah semata, baik di ujung hari maupun di awal hari yang baru.

Keutamaan Dzikir Al Ma'tsurat sore melampaui sekadar pahala bacaan. Ia mendidik hati untuk selalu mengingat Allah (Dzikrullah) dalam setiap keadaan. Ketika kegelapan malam mulai menyelimuti, hati yang telah dibentengi dengan dzikir akan merasa tenang dan aman. Ini adalah investasi spiritual jangka panjang, memastikan bahwa meskipun tubuh beristirahat, jiwa tetap terjaga dalam lindungan Ilahi. Dzikir ini adalah pengakuan bahwa hidup dan mati, gerak dan diam, semuanya berada di bawah kekuasaan Allah Yang Maha Pengatur, menegaskan peran kita sebagai hamba yang senantiasa membutuhkan pertolongan-Nya.

Ilustrasi Perlindungan dan Benteng Spiritual Sebuah perisai yang dikelilingi oleh kaligrafi Arab yang bercahaya, melambangkan perlindungan ilahi melalui Dzikir.

Dzikir sebagai Perisai yang Melindungi Hati dan Raga.

Susunan Dzikir Al Ma'tsurat Sore dan Tadabburnya (Wirid Kedua)

Dzikir Al Ma'tsurat sore dimulai dengan rangkaian bacaan pembuka, dilanjutkan dengan inti dzikir harian, dan diakhiri dengan rangkaian penutup. Kita akan membedah setiap bagian secara mendalam, memahami makna spiritual dan tuntutan praktisnya.

1. Permulaan Dzikir: Memohon Perlindungan (Ta'awudz dan Basmalah)

Setiap ibadah yang bernilai harus dimulai dengan niat yang lurus dan permohonan perlindungan dari godaan setan. Ini adalah kunci pembuka hati menuju kejernihan spiritual.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A’udzu billahi minasy-syaithanir-rajim.
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Tadabbur Ta'awudz: Mengosongkan Diri

Ta'awudz adalah deklarasi awal bahwa kita tidak mampu melawan kejahatan setan tanpa bantuan Allah. Dalam konteks dzikir sore, ini penting karena setan paling aktif saat transisi waktu, memanfaatkan kelelahan manusia. Dengan mengucapkan Ta'awudz, kita secara aktif membersihkan hati dan pikiran dari bisikan negatif yang mungkin muncul setelah seharian berinteraksi dengan dunia, mempersiapkan diri untuk fokus total pada Allah.

2. Pembuka Pertama: Al-Fatihah dan Ayat Kursi

Al-Fatihah adalah inti Al-Qur'an, sementara Ayat Kursi adalah ayat teragung yang dikenal sebagai benteng perlindungan paling kuat.

Analisis Ayat Kursi: Fondasi Tauhid (Ayat 255, Surah Al-Baqarah)

Ayat Kursi merupakan intisari akidah. Kehadirannya di awal dzikir sore bertujuan untuk mengukuhkan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya pelindung yang kekal. Ayat ini harus dibaca dengan penuh penghayatan, bukan sekadar diucapkan.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ

Frasa ‘Al-Hayyul Qayyum’ (Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri) adalah porosnya. Al-Hayy (Maha Hidup) berarti hidup-Nya tidak didahului ketiadaan dan tidak akan diakhiri kefanaan. Qayyum (Berdiri Sendiri) berarti Dia tidak membutuhkan ciptaan-Nya sedikit pun, bahkan semua ciptaan bergantung penuh pada-Nya. Merenungkan kedua nama ini saat sore hari memberi kepastian bahwa meskipun dunia sedang bergerak menuju kegelapan, sumber kehidupan dan sandaran kita tetap kekal abadi.

لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ

“Dia tidak mengantuk dan tidak tidur.” Kontras yang tajam dengan makhluk fana yang butuh istirahat. Kesadaran bahwa penjaga kita tidak pernah lengah memberi rasa aman yang tak tergantikan. Keamanan ini mencakup keamanan fisik dari bahaya malam dan keamanan spiritual dari godaan.

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ

“Milik-Nya lah apa yang ada di langit dan di bumi.” Ini adalah penegasan kedaulatan universal. Jika segala sesuatu adalah milik-Nya, maka memohon perlindungan kepada-Nya adalah langkah yang paling logis. Dzikir ini mengingatkan kita untuk melepaskan kepemilikan duniawi yang bersifat sementara sebelum malam menjelang.

Ayat Kursi menjanjikan perlindungan hingga pagi tiba bagi yang membacanya di sore hari. Ini adalah garansi keamanan ilahi yang bersifat total, mencakup perlindungan dari jin, manusia jahat, dan bencana. Konsentrasi saat membaca Ayat Kursi adalah ibadah yang sangat mendalam dan berpengaruh pada ketenangan tidur serta kualitas malam kita.

3. Penutup Surah Mu'awwidzat (Pelindung)

Tiga surah terakhir Al-Qur'an—Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas—dibaca masing-masing tiga kali pada waktu sore. Fungsinya adalah perlindungan komprehensif dari segala jenis kejahatan.

A. Surat Al-Ikhlas (Tiga Kali)

Surat yang menyentuh inti tauhid. Membacanya tiga kali sama dengan mengkhatamkan sepertiga Al-Qur'an. Dalam dzikir sore, Al-Ikhlas menegaskan pengakuan bahwa Allah adalah Al-Ahad (Yang Maha Esa) dan Ash-Shamad (Tempat Bergantung). Kebutuhan akan perlindungan dari Allah di malam hari hanya bisa dipenuhi jika kita benar-benar mengesakan-Nya. Pengulangan tiga kali menekankan konsistensi iman kita pada saat kita paling rentan.

Poin Kunci: Pengesahan Tauhid. Jika hati bersih dari syirik, maka benteng perlindungan spiritual akan sangat kuat. Ketahuilah, segala rasa takut terhadap kegelapan, kesendirian, atau entitas tak terlihat, akan hilang seketika saat kita menyadari bahwa Allah yang kita yakini adalah Ash-Shamad, Dzat yang kepadanya semua makhluk menggantungkan segala hajat dan kebutuhan, termasuk perlindungan dari kejahatan malam.

B. Surat Al-Falaq (Tiga Kali)

Surat perlindungan dari kejahatan yang bersifat eksternal. Secara khusus memohon perlindungan dari:

  • Kejahatan makhluk: Ini mencakup segala sesuatu yang diciptakan Allah, baik manusia, hewan buas, maupun jin.
  • Kejahatan malam ketika gelap: Malam sering menjadi sarana bagi perbuatan jahat dan bangkitnya energi negatif, sehingga permohonan spesifik ini sangat penting.
  • Kejahatan tukang sihir (peniup buhul): Melindungi dari ilmu hitam dan segala bentuk sihir yang bisa merusak kesehatan dan hubungan.
  • Kejahatan orang yang dengki (hasad): Hasad adalah penyakit hati yang dampaknya bisa merusak orang lain, dan kita berlindung dari dampaknya.

Pengulangan Al-Falaq memastikan bahwa setiap jenis bahaya eksternal yang mungkin datang dari kegelapan telah kita tangkal dengan memohon perlindungan dari Sang Pencipta Subuh (Al-Falaq).

C. Surat An-Naas (Tiga Kali)

Surat perlindungan dari kejahatan yang bersifat internal (bisikan). Surat ini menekankan perlindungan dari godaan setan yang bersembunyi (Al-Khannas), yang bisa datang dari jin maupun manusia. Dengan berlindung kepada Rabbun-Naas (Tuhan Manusia), Malikin-Naas (Raja Manusia), dan Ilahin-Naas (Sembahan Manusia), kita mengakui tiga dimensi utama kekuasaan Allah yang harus menjadi sandaran kita di setiap waktu.

Inti perlindungan An-Naas adalah benteng hati. Sebelum tidur, kita harus memastikan bahwa bisikan dan keraguan yang mengganggu iman telah dibersihkan. Dzikir ini menutup hari dengan membersihkan hati dari kotoran syahwat dan syubhat yang mungkin menempel selama interaksi duniawi. Perlindungan dari godaan setan ini adalah benteng utama yang menentukan kualitas iman saat kita memasuki malam.

Inti Wirid Sore: Doa Pengakuan dan Perbendaharaan

4. Sayyidul Istighfar (Penghulu Istighfar)

Dzikir ini dianggap sebagai istighfar yang paling agung. Membacanya di sore hari dengan yakin dan meninggal sebelum pagi, dijamin masuk surga.

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma anta Rabbī lā ilāha illā anta, khalaqtanī wa anā ‘abduka, wa anā ‘alā ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu. A‘ūdzu bika min syarri mā shana’tu. Abū’u laka bini’matika ‘alayya, wa abū’u bidzanbī faghfirlī fa innahū lā yaghfirudz-dzunūba illā anta.
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada janji dan ikatan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau.

Tadabbur Sayyidul Istighfar: Pengakuan Totalitas

Istighfar ini adalah pernyataan tauhid yang sempurna. Setiap frasa adalah langkah menuju kerendahan hati dan pengakuan akan kemahabesaran Allah. Saat mengakhiri hari, kita merenungkan:

1. Pengakuan Penciptaan dan Penghambaan: "Khalaqtanī wa anā ‘abduka". Mengingat bahwa kita hanyalah hamba adalah penawar terbesar bagi kesombongan yang mungkin muncul dari prestasi di siang hari. Kita diciptakan, berarti kita lemah, dan kita adalah hamba, berarti kita wajib taat.

2. Janji dan Ketaatan: "Wa anā ‘alā ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu". Kita berjanji untuk tetap berada dalam ketaatan semampu kita. Ini menunjukkan kesadaran bahwa kita adalah manusia yang pasti lalai, namun kita berjuang. Janji ini harus diperbaharui setiap sore, menyiapkan niat terbaik untuk malam dan esok hari.

3. Pengakuan Dosa dan Nikmat: Inilah puncak dari kerendahan hati. Kita tidak hanya mengakui dosa, tetapi juga mengakui bahwa segala kebaikan yang kita miliki (kesehatan, rezeki, iman) adalah murni nikmat dari Allah. Dzikir ini mengajari kita untuk melihat nikmat sebagai karunia dan dosa sebagai tanggung jawab pribadi. Dengan mengakui keduanya secara terbuka di hadapan Allah, kita membuka pintu ampunan seluas-luasnya.

Sayyidul Istighfar adalah dzikir yang memaksa jiwa untuk tenang dan pasrah sepenuhnya, menjadikannya kunci untuk menghadapi perhitungan di hari akhir jika ajal menjemput saat tidur.

5. Dzikir Afirmasi Kekuasaan Allah (Asbahna wa Asbahal Mulku)

Ini adalah dzikir transisi yang menegaskan kedaulatan Allah saat alam semesta beralih dari siang ke malam.

أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ.
Amsainā wa amsal-mulku lillāh, wal hamdu lillāh. Lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīka lahu, lahul mulku wa lahul ḥamdu, wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr. Rabbi as’aluka khaira mā fī hādzihil lailati wa khaira mā ba‘dahā, wa a‘ūdzu bika min syarri mā fī hādzihil lailati wa syarri mā ba‘dahā. Rabbi a‘ūdzu bika minal kasali wa sū’il kibar. Rabbi a‘ūdzu bika min ‘adzābin fin nār wa ‘adzābin fil qabr.
Kami telah berada di sore hari dan kekuasaan (kerajaan) menjadi milik Allah, segala puji bagi Allah. Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu kebaikan malam ini dan kebaikan setelahnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan malam ini dan keburukan setelahnya. Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan keburukan masa tua. Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur.

Analisis Mendalam Dzikir Transisi

Dzikir ini adalah deklarasi totalitas penyerahan kekuasaan. Mengganti kata ‘Ashbahna’ (kami memasuki pagi) menjadi ‘Amsainā’ (kami memasuki sore) menunjukkan kesadaran akan pergantian waktu yang diatur mutlak oleh Allah. Saat kita menutup hari, kita menegaskan bahwa bukan usaha atau kekuatan kita yang mengendalikan waktu, melainkan Dialah pemilik sejati.

Permohonan Kebaikan dan Perlindungan Malam: Frasa "as’aluka khaira mā fī hādzihil lailati wa khaira mā ba‘dahā" menunjukkan perencanaan spiritual. Kita tidak hanya memohon kebaikan malam yang akan kita jalani, tetapi juga kebaikan di masa depan setelah malam ini berakhir (esok hari dan seterusnya). Ini mengajarkan sikap proaktif dalam memohon keberkahan waktu.

Perlindungan dari Kemalasan dan Masa Tua: Perlindungan dari kemalasan (kasal) sangat relevan karena kemalasan adalah pintu masuk utama setan. Kemalasan di malam hari bisa berarti melewatkan shalat Isya atau qiyamul lail. Perlindungan dari keburukan masa tua (sū’il kibar) adalah permohonan agar Allah menjauhkan kita dari penyakit, kepikunan, dan menjadi beban bagi orang lain, serta tetap istiqamah dalam iman hingga akhir hayat.

Bagian penutup tentang perlindungan dari siksa neraka dan kubur adalah puncak permohonan keselamatan akhirat. Dzikir ini mengikat kehidupan duniawi (melalui perlindungan dari kemalasan/usia tua) dengan keselamatan abadi (dari siksa kubur/neraka), mencerminkan keseimbangan doa seorang Muslim.

6. Doa Fitrah Islam (Allahumma Bika Amsainaa)

Doa singkat namun padat yang menegaskan bahwa seluruh aktivitas kita berada dalam kendali dan kehendak Allah.

اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ.
Allāhumma bika amsainā, wa bika nahyā, wa bika namūtu, wa ilaikal mashīr.
Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki sore, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami mati, dan kepada-Mu tempat kembali.

Tadabbur Doa Fitrah: Ketergantungan Total

Doa ini adalah pengulangan tegas tentang Tawhid Rububiyah (Ketuhanan dalam mengatur alam). Ini adalah pengakuan bahwa setiap detik keberadaan kita, dari nafas, gerak, hingga kematian, diatur oleh Allah. Saat matahari terbenam, energi kita menipis; dzikir ini mengingatkan bahwa sumber energi sejati bukan makanan atau tidur, melainkan kekuatan ilahi.

Frasa "wa ilaikal mashīr" (dan kepada-Mu tempat kembali) menjadi pengingat utama tujuan hidup. Ketika kita beristirahat di malam hari, kita mendekati kematian (tidur adalah saudara kematian). Doa ini memastikan bahwa orientasi hati kita tetap tertuju pada akhirat, bahkan saat kita sedang beristirahat dari aktivitas dunia.

Perluasan Makna dan Kedalaman Dzikir (Wirid Ketiga)

7. Memohon Kebaikan dan Kesehatan (Allahumma Inni Amsaitu)

Permintaan akan kesehatan di dunia dan akhirat, dibaca empat kali.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَمْسَيْتُ مِنْكَ فِي نِعْمَةٍ وَعَافِيَةٍ وَسِتْرٍ، فَأَتِمَّ عَلَيَّ نِعْمَتَكَ وَعَافِيَتَكَ وَسِتْرَكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. (4x)
Allāhumma innī amsaitu minka fī ni‘matin wa ‘āfiyatin wa sitrin, fa atimma ‘alayya ni‘mataka wa ‘āfiyataka wa sitraka fid-dunyā wal ākhirah. (4x)
Ya Allah, sungguh aku berada di sore hari ini dalam nikmat, kesehatan, dan perlindungan dari-Mu. Maka sempurnakanlah atasku nikmat-Mu, kesehatan-Mu, dan perlindungan-Mu di dunia dan di akhirat. (4x)

Tadabbur Nikmat, Afiyah, dan Satr (Tiga Pilar Kesejahteraan)

Wirid ini menuntut kesadaran penuh akan tiga karunia besar yang sering kita abaikan:

1. Nikmat (Karunia): Segala hal yang baik, mulai dari rezeki, keluarga, hingga iman. Mengakui bahwa kita memasuk sore hari dalam nikmat adalah bentuk syukur yang konkret.

2. ‘Afiyah (Kesehatan Total): Ini mencakup kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Kesehatan adalah modal utama ibadah. Meminta Afiyah berarti memohon agar Allah menjauhkan kita dari segala macam penyakit dan kesulitan yang menghalangi ketaatan.

3. Sitr (Perlindungan/Penutupan Aib): Perlindungan adalah ditutupnya aib dan dosa kita dari pandangan manusia di dunia, dan ditutupnya keburukan dari hukuman di akhirat. Dzikir ini mengajarkan kita untuk tidak bangga pada kesucian diri, melainkan pada kemurahan Allah yang menutupi aib kita.

Pengulangan empat kali menunjukkan desakan dan kebutuhan mendalam akan kesempurnaan tiga karunia ini, tidak hanya di dunia yang fana ini, tetapi juga di akhirat yang abadi. Kesejahteraan hakiki adalah integrasi sempurna antara dunia dan akhirat, sebagaimana yang dipohonkan dalam dzikir ini.

8. Syahadat dan Pernyataan Kerelaan (Tiga Kali)

Memperbaharui keislaman dan kerelaan terhadap Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad ﷺ sebagai Nabi.

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُولاً. (3x)
Radhītu billāhi Rabbā, wa bil Islāmi Dīnā, wa bi Muḥammadin Nabiyyan wa Rasūlā. (3x)
Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku. (3x)

Tadabbur Radhītu Billāhi Rabbā: Konfirmasi Iman

Dzikir ini adalah inti dari komitmen seorang Muslim. Ketika kita membaca ini, kita sedang melakukan konfirmasi ulang kontrak keimanan kita. Rasa rela (Radhītu) adalah tingkat tertinggi iman; bukan hanya menerima tetapi mencintai ketentuan tersebut.

Relevansi Sore Hari: Setelah melewati hiruk pikuk siang yang penuh pilihan, dzikir ini memastikan bahwa di penghujung hari, pilihan utama kita tetap pada Allah, Islam, dan Rasulullah. Ini adalah imunisasi terhadap keraguan dan godaan yang mungkin dilemparkan oleh setan di malam hari. Bagi yang mengucapkan ini dengan jujur dan penuh keyakinan, Rasulullah ﷺ menjamin bahwa ia pasti akan mendapat keridhaan Allah (Radhiya Allahu Anhu).

9. Tasbih Sempurna Sore Hari (Subhanallahi wa Bihamdihi)

Dzikir yang sangat ringan di lisan namun berat di timbangan amal.

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ. (3x)
Subḥānallāhi wa biḥamdih: ‘Adada khalqihi, wa riḍā nafsih, wa zinata ‘arsyih, wa midāda kalimātih. (3x)
Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, sebanyak jumlah makhluk-Nya, keridhaan diri-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-kalimat-Nya. (3x)

Tadabbur Puji-Pujian Melampaui Batas

Tasbih ini mengajarkan umat Islam untuk memuji Allah dengan menggunakan skala kosmik, bukan sekadar skala hitungan manusia. Biasanya kita bertasbih 33 kali, namun dzikir ini memberikan nilai tasbih yang tak terhingga hanya dengan tiga kali ucapan.

  • ‘Adada khalqihi: Sebanyak jumlah makhluk-Nya (makhluk yang tak terhitung jumlahnya).
  • Wa riḍā nafsih: Sebanyak keridhaan-Nya (nilai yang bersifat kualitatif dan tak ternilai).
  • Wa zinata ‘arsyih: Seberat timbangan Arsy-Nya (Arsy adalah ciptaan terbesar yang tak terbayangkan massanya).
  • Wa midāda kalimātih: Sebanyak tinta kalimat-kalimat-Nya (yang tidak akan habis meskipun seluruh lautan dijadikan tintanya).

Dzikir ini mendidik hati untuk mengagungkan Allah secara maksimal. Ketika kita membacanya, kita menyadari betapa kecilnya ibadah kita di hadapan kebesaran-Nya, sekaligus betapa besarnya kemurahan Allah yang memberikan pahala tak terbatas hanya dengan mengucapkan kalimat agung ini.

10. Doa Perlindungan Menyeluruh (Allahumma Inni As'alukal Afwa)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي.
Allāhumma innī as’alukal ‘afwa wal ‘āfiyah fid-dunyā wal ākhirah. Allāhumma innī as’alukal ‘afwa wal ‘āfiyah fī dīnī wa dunyāya wa ahlī wa mālī. Allāhummas-tur ‘awrātī wa āmin raw‘ātī. Allāhummaḥfaẓnī min baini yadayya, wa min khalfī, wa ‘an yamīnī, wa ‘an syimālī, wa min fawqī, wa a‘ūdzu bi ‘azhamatika an ughtāla min taḥtī.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutuplah aibku dan tenteramkanlah ketakutanku. Ya Allah, lindungilah aku dari depan, dari belakang, dari kanan, dari kiri, dari atas, dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari disergap dari bawahku.

Tadabbur Perlindungan Enam Arah (Doa Malaikat Jibril)

Doa yang sangat panjang ini dikenal sebagai perlindungan yang diajarkan oleh Jibril. Ia memohon keselamatan secara total, mencakup dimensi vertikal (agama, akhirat) dan horizontal (dunia, keluarga, harta).

Fokus pada ‘Afw dan ‘Afiyah: Permintaan ‘Afw (ampunan) menghapus dosa, sementara ‘Āfiyah (kesejahteraan) mencegah kita melakukan dosa. Meminta keduanya di semua lini kehidupan (agama, dunia, keluarga, harta) memastikan bahwa seluruh aspek keberadaan kita disucikan dan dilindungi.

Perlindungan Geografis: Permintaan perlindungan dari enam arah (depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah) adalah perlindungan paripurna. Ini menunjukkan bahwa bahaya bisa datang dari mana saja di malam hari, baik yang terlihat (dari atas seperti runtuhan) maupun yang tidak terlihat (dari bawah seperti disergap secara tiba-tiba). Keagungan doa ini adalah pengakuan bahwa hanya Keagungan Allah (bi ‘azhamatika) yang mampu memberikan perlindungan sempurna di setiap sudut.

Komitmen Harian dan Persiapan Malam (Wirid Keempat)

11. Dzikir Tauhid dan Keadilan (Laa Ilaaha Illallahu Wahdahu)

Kalimat tauhid yang diulang sepuluh kali, memiliki pahala setara dengan memerdekakan sepuluh budak, diberikan seratus kebaikan, dihapus seratus kesalahan, dan menjadi benteng dari setan sepanjang malam.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. (10x)
Lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīka lahu, lahul mulku wa lahul ḥamdu, yuḥyī wa yumītu, wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr. (10x)
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (10x)

Tadabbur Kekuatan Pengulangan Tauhid

Pengulangan kalimat tauhid sepuluh kali pada sore hari berfungsi sebagai meterai akhir hari kita. Ini adalah penguatan akidah yang sangat kuat. Dalam Islam, pengulangan angka tertentu dalam dzikir seringkali dikaitkan dengan pahala dan manfaat spesifik. Sepuluh kali pengulangan di sini bukan sekadar hitungan, tetapi akumulasi spiritual yang menghasilkan benteng (ḥiṣn) dari godaan setan.

Penegasan Kekuatan: Frasa "yuḥyī wa yumītu" (Dia yang menghidupkan dan mematikan) sangat relevan saat menjelang malam. Ketika kita berbaring dan tidur, kita menyerahkan kehidupan sementara kita kepada-Nya. Pengakuan ini memastikan bahwa baik dalam keadaan sadar maupun tidur, kita mengakui kekuasaan mutlak Allah atas nafas kita.

12. Tasbih Nabi Yunus (Subhanallahi wa Bihamdih)

Tasbih yang dibaca seratus kali yang dapat menghapus dosa, bahkan jika dosa tersebut sebanyak buih di lautan.

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ. (100x)
Subḥānallāhi wa biḥamdih. (100x)
Maha Suci Allah dengan memuji-Nya. (100x)

Tadabbur Subḥānallāhi wa Biḥamdih: Penyucian Jiwa

Dzikir ini adalah sarana penyucian (tazkiyatun nafs). Setelah seharian berinteraksi, hati seringkali ternodai oleh kata-kata yang tidak bermanfaat, pandangan yang keliru, atau niat yang tidak murni. Seratus kali tasbih ini berfungsi sebagai "pembersih" spiritual yang membersihkan noda-noda tersebut, mengembalikan hati kepada fitrahnya.

Keutamaan "dosa diampuni walau sebanyak buih lautan" menunjukkan bahwa kemurahan Allah jauh lebih besar daripada akumulasi dosa manusia. Melakukan dzikir ini di sore hari memastikan kita tidur dalam keadaan suci, dengan lembaran amal yang telah dibersihkan, yang merupakan persiapan terbaik menuju kematian.

13. Istighfar Sederhana (Astaghfirullah)

Istighfar sebagai penutup yang wajib untuk menutup hari-hari dengan taubat.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ. (100x)
Astaghfirullāha wa atūbu ilaih. (100x)
Aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya. (100x)

Tadabbur Taubat Harian

Jika Sayyidul Istighfar adalah pengakuan yang mendalam, Istighfar 100 kali ini adalah praktek rutin taubat harian. Rasulullah ﷺ sendiri, yang dijamin masuk surga, beristighfar lebih dari 70 atau 100 kali sehari. Ini adalah pelajaran bagi umatnya bahwa tidak ada satu hari pun yang boleh berlalu tanpa taubat yang sungguh-sungguh.

Dalam konteks sore hari, istighfar adalah penutupan yang sempurna. Ia menutup celah-celah kekurangan yang tidak disadari dalam ibadah maupun muamalah. Pengulangan ini mengokohkan niat bahwa esok hari kita akan berusaha lebih baik, memulai siklus baru dengan hati yang telah diperbaharui dan dibersihkan.

Penutup dan Doa Keberkahan

14. Shalawat Nabi (10x)

Memuliakan Rasulullah ﷺ adalah kewajiban yang mendatangkan berkah dan menghapus dosa.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. (10x)
Allāhumma ṣalli wa sallim ‘alā Sayyidinā Muḥammadin wa ‘alā āli Sayyidinā Muḥammad. (10x)
Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. (10x)

Tadabbur Balasan Shalawat

Rasulullah ﷺ bersabda, barang siapa bershalawat kepadanya sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Membaca shalawat sepuluh kali di penghujung dzikir sore memastikan bahwa kita mendapatkan rahmat dan keberkahan yang besar. Shalawat adalah bentuk cinta, dan cinta kepada Nabi adalah syarat kesempurnaan iman.

Shalawat juga berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan doa kita kepada Allah, karena doa yang disertai shalawat lebih besar kemungkinan dikabulkan. Ini adalah pengakuan bahwa semua kebaikan yang kita peroleh di dunia dan agama adalah melalui wasilah beliau.

15. Dzikir Pagi dan Sore (Surat At-Taubah, Ayat 129)

Ayat yang mengandung kepasrahan total kepada Allah, dibaca tujuh kali.

حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ. (7x)
Ḥasbiyallāhu lā ilāha illā huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa Rabbul ‘Arsyil ‘Aẓīm. (7x)
Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan pemilik Arsy yang agung. (7x)

Tadabbur Tawakal dan Kecukupan (Ḥasbiya Allāh)

Ini adalah doa tawakal tertinggi. Membaca tujuh kali menjanjikan kecukupan atas segala urusan dunia dan akhirat. Frasa “Ḥasbiyallāhu” (Cukuplah Allah bagiku) adalah penolakan terhadap ketergantungan pada makhluk. Setelah seharian bergantung pada kekuatan fisik dan usaha, di sore hari kita menegaskan bahwa sandaran kita hanyalah Allah.

Rabbul ‘Arsyil ‘Aẓīm: Pengagungan bahwa Dia adalah Tuhan pemilik Arsy yang agung menunjukkan bahwa Dzat yang kita jadikan sandaran memiliki kekuasaan yang melampaui imajinasi. Jika Dia adalah penguasa Arsy, maka mengurus permasalahan kecil kita di dunia ini sangatlah mudah bagi-Nya. Dzikir ini memberikan ketenangan jiwa (sakinah) yang mutlak, menutup hari dengan hati yang sepenuhnya bertawakal dan siap menerima takdir Allah di malam hari.

16. Permohonan Perlindungan dari Syirik (Allahumma Inni A’udzu Bika)

Doa perlindungan dari syirik (menyekutukan Allah) yang disadari maupun tidak disadari.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا أَعْلَمُهُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُهُ.
Allāhumma innī a‘ūdzu bika min an usyrika bika syai’an a‘lamuhu, wa astaghfiruka limā lā a‘lamuhu.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu untuk (syirik) yang tidak aku ketahui.

Tadabbur Kekuatan Tawhid Murni

Syirik adalah dosa terbesar yang tidak diampuni jika dibawa mati tanpa taubat. Dzikir sore hari ini memastikan bahwa kita tidur dalam keadaan terbebas dari syirik. Syirik tersembunyi (Riya’—ingin dipuji orang) seringkali menyusup ke dalam amal ibadah kita tanpa disadari. Permohonan ampunan untuk syirik yang tidak disadari menunjukkan kehati-hatian spiritual yang ekstrem.

Ini adalah dzikir yang menjaga kemurnian niat dan amal. Seorang hamba yang tulus selalu khawatir amalannya ternodai oleh niat duniawi. Dengan doa ini, kita menyerahkan semua ketidaksempurnaan dan kekhawatiran niat kita kepada Allah, memohon agar Dia membersihkannya, dan menjamin bahwa amal yang telah dilakukan di siang hari diterima secara murni karena-Nya.

17. Keutamaan Mengucapkan Kalimah Tauhid (100x)

Meskipun sudah ada di bagian sebelumnya, Al Ma'tsurat menegaskan kembali pentingnya kalimah tauhid, kali ini dengan fokus pada janji yang menyertainya.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. (100x)
Lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīka lahu, lahul mulku wa lahul ḥamdu, wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr. (100x)
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (100x)

Tadabbur Keutamaan Seratus Kalimat

Pengulangan seratus kali kalimah tauhid ini memiliki pahala yang luar biasa besar: setara dengan memerdekakan sepuluh budak, dicatat seratus kebaikan, dihapus seratus keburukan, dan menjadi perisai dari setan hingga pagi menjelang. Dzikir ini adalah investasi waktu yang sangat berharga.

Kesabaran dalam Mengulang: Melakukan wirid 100 kali membutuhkan konsentrasi dan kesabaran. Di sinilah letak ujian keistiqamahan seorang Muslim. Jika dilakukan dengan khusyuk, pengulangan ini berfungsi sebagai meditasi spiritual yang menenangkan dan mematikan segala godaan dunia yang masih melekat di hati. Ini adalah proses "pengecasan" iman yang wajib dilakukan setiap hari.

Keutamaan Dzikir ini bukan hanya sebatas pahala kuantitatif. Benteng yang dimaksud adalah benteng hati. Setan tidak akan memiliki celah untuk mengganggu seorang hamba yang telah menutup harinya dengan seratus pengakuan tauhid yang murni dan tulus, memastikan tidur yang nyenyak dalam penjagaan Ilahi.

18. Penutup dengan Tasbih Akhir (33, 33, 34 kali)

Menutup sesi dzikir dengan tasbih, tahmid, dan takbir setelah shalat, yang dikenal sebagai amalan penghapus dosa.

سُبْحَانَ اللهِ (33x) ، اَلْحَمْدُ لِلهِ (33x) ، اَللهُ أَكْبَرُ (34x)
Subḥānallāh (33x), Alḥamdulillāh (33x), Allāhu Akbar (34x).
Maha Suci Allah (33x), Segala Puji bagi Allah (33x), Allah Maha Besar (34x).

Tadabbur Kesempurnaan Pujian

Kombinasi 33, 33, dan 34 ini mencapai total 100 hitungan yang disempurnakan. Ia adalah penutup yang menyeimbangkan pengagungan Allah (Tasbih), rasa syukur (Tahmid), dan pengakuan kebesaran-Nya (Takbir).

Mengakhiri dzikir sore dengan rangkaian ini berarti kita menutup hari dengan menyematkan tiga konsep utama iman di hati: penyucian (Allah bebas dari kekurangan), pujian (Allah pantas menerima segala pujian), dan keagungan (Allah lebih besar dari segala sesuatu yang mungkin kita takuti atau harapkan). Ini adalah akhir yang mengikat seluruh kegiatan dzikir ke dalam bingkai penghambaan yang utuh.

Penutup: Keistiqamahan dan Dampaknya pada Kehidupan

Konsistensi dalam mengamalkan Dzikir Al Ma'tsurat sore bukanlah beban, melainkan kebutuhan spiritual yang esensial. Keistiqamahan (konsistensi) adalah fondasi utama penerimaan amal. Membaca dzikir ini setiap sore, meskipun terkadang dalam kondisi lelah, menunjukkan kesungguhan seorang hamba yang menempatkan Tuhannya di atas segala prioritas duniawi.

Dampak dari rutinitas Dzikir Al Ma'tsurat sore sangat transformatif. Secara fisik, ia menenangkan saraf dan mempersiapkan tubuh untuk istirahat yang berkualitas (qalbussalim). Secara mental, ia membersihkan pikiran dari stres dan kekhawatiran yang menumpuk di siang hari, menggantinya dengan ketenangan tawakal. Secara spiritual, ia menjamin benteng perlindungan dari gangguan setan, memastikan bahwa transisi menuju malam dilindungi oleh penjagaan Ilahi.

Setiap kalimat dalam Al Ma'tsurat adalah janji, permohonan, dan pengakuan. Ketika janji-janji tersebut diresapi dan diucapkan dengan keyakinan yang mendalam, ia menjadi jembatan antara hamba yang lemah dan Kekuatan Yang Maha Kuasa. Marilah kita jadikan Al Ma'tsurat sore bukan sekadar ritual, tetapi gaya hidup spiritual yang memastikan bahwa setiap akhir hari adalah penutup yang indah dan penuh berkah, serta awal yang menjanjikan bagi hari esok yang lebih baik.

Kesadaran akan keutamaan wirid sore hari harus menjadi pendorong. Ia adalah bekal terpenting sebelum kita memasuki kondisi yang paling rentan, yakni tidur. Tidur adalah manifestasi kecil dari kematian. Dengan menutup hari melalui dzikir, kita memastikan bahwa, jika ajal menjemput saat tidur, kita sedang dalam kondisi taubat, perlindungan, dan pengakuan tauhid yang murni. Inilah tujuan tertinggi dari ibadah harian seorang mukmin.

Keagungan dzikir ini terletak pada kelengkapannya. Ia mencakup permohonan ampunan dari dosa yang disadari dan tidak disadari, permohonan perlindungan dari segala penjuru, pengakuan totalitas kekuasaan Allah, serta janji akan keberkahan dunia dan akhirat. Semua ini dirangkai dalam waktu yang singkat namun sangat strategis, yaitu saat matahari mulai terbenam dan alam semesta memasuki kegelapan. Jangan pernah remehkan kekuatan Dzikir Al Ma'tsurat Sore; ia adalah kunci menuju malam yang penuh kedamaian dan pagi yang penuh semangat.

Mengamalkan Dzikir Al Ma'tsurat secara rutin adalah manifestasi dari kepemimpinan diri yang berbasis spiritual. Itu menunjukkan bahwa seorang Muslim tidak hanya mengelola waktunya untuk urusan dunia, tetapi juga mengelola jiwanya untuk urusan akhirat. Ini adalah latihan disiplin yang membentuk karakter sabar, syukur, dan tawakal. Dzikir adalah nutrisi hati, dan Al Ma'tsurat adalah makanan lengkap yang wajib dikonsumsi setiap sore hari untuk menjaga kebugaran iman.

🏠 Homepage