Surat Al-Bayyinah, yang berarti "Bukti Nyata" atau "Orang yang Membawa Bukti", adalah surat ke-98 dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri dari enam ayat dan termasuk dalam golongan surat Madaniyyah, meskipun ada sebagian pendapat yang menyatakan surat ini adalah Makkiyyah. Terlepas dari klasifikasinya, pesan utama dari surat ini sangatlah mendalam dan relevan bagi seluruh umat manusia.
Surat Al-Bayyinah secara ringkas menegaskan tentang datangnya seorang rasul dari Allah yang membacakan ayat-ayat yang suci dan lurus. Ini adalah sebuah bukti nyata (Al-Bayyinah) yang seharusnya menjadi dasar keimanan bagi seluruh umat manusia, terutama Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan kaum musyrikin. Surat ini menyerukan agar manusia beriman kepada Allah dan risalah-Nya, serta menjauhi kesesatan dan kekafiran.
لَمْ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
1. Orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan terhindarkan (dari azab) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.
رَسُولٌ مِّنَ ٱللَّهِ يَتْلُوٓا۟ صُحُفًۭا مُّطَهَّرَةًۭ
2. (yaitu) seorang rasul dari Allah yang membacakan (ayat-ayat) Al-Qur'an yang suci.
فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌۭ
3. Di dalamnya terdapat kitab-kitab yang lurus (baik).
وَمَا تَفَرَّقَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
4. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang diberi Kitab kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
5. Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar mereka melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ
6. Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (berada) di neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk.
Surat Al-Bayyinah secara eksplisit menyatakan bahwa orang-orang yang mengingkari kebenaran, baik dari kalangan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) maupun kaum musyrikin, tidak akan luput dari azab Allah sampai datangnya bukti yang jelas. Bukti tersebut adalah kehadiran seorang Rasul dari Allah yang membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang suci dan murni. Al-Qur'an ini berisi petunjuk-petunjuk yang lurus dan benar. Penegasan ini menjadi sebuah peringatan keras bagi siapa saja yang menolak kebenaran, terlepas dari latar belakang agama atau keyakinan mereka sebelumnya.
Ayat keempat menjelaskan bahwa perpecahan di kalangan Ahli Kitab terjadi justru setelah mereka mendapatkan bukti yang nyata. Ini menyiratkan bahwa kedatangan Islam dan Al-Qur'an seharusnya menjadi pemersatu, bukan pemecah belah. Namun, karena berbagai alasan, seperti kesombongan, fanatisme golongan, atau penolakan terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, mereka justru terpecah belah dan menolak ajaran Islam.
Pesan inti dari surat ini juga sangat jelas pada ayat kelima, yaitu seruan untuk menyembah Allah semata dengan ikhlas, menegakkan salat, dan menunaikan zakat. Ini adalah esensi dari agama yang lurus dan benar. Ketiga pilar ibadah ini – tauhid, salat, dan zakat – menjadi pondasi penting dalam ajaran Islam yang diajarkan oleh seluruh nabi dan rasul, termasuk Nabi Muhammad SAW.
Terakhir, ayat keenam memberikan konsekuensi bagi mereka yang menolak bukti nyata ini. Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan kaum musyrikin yang terus menerus dalam kekufuran akan kekal di dalam neraka Jahanam. Mereka digambarkan sebagai "seburuk-buruk makhluk". Hal ini menekankan betapa pentingnya menerima kebenaran dan mengikuti petunjuk Allah agar terhindar dari siksa yang pedih.
Memahami Surat Al-Bayyinah memberikan kita perspektif yang jelas tentang ajaran Islam yang murni dan konsekuensi dari penolakan terhadap kebenaran. Surat ini adalah pengingat abadi bahwa bukti-bukti keagungan Allah dan kebenaran risalah-Nya telah disajikan dengan jelas, dan keputusan untuk menerima atau menolaknya akan menentukan nasib akhir seseorang.