Analisis Komprehensif Surah Al-Lahab: Menegaskan Jumlah Ayat dan Kedalaman Tafsir

Surah Al-Lahab, yang dikenal juga sebagai Surah Al-Masad, adalah salah satu surah terpendek dan paling spesifik dalam Al-Qur’an. Dinamika surah ini sangat unik karena secara langsung menargetkan seorang individu beserta istrinya, yaitu Abu Lahab, paman Nabi Muhammad ﷺ. Pertanyaan mendasar yang sering muncul, khususnya bagi mereka yang baru mempelajari struktur Al-Qur'an, adalah: Al-Lahab berapa ayat?

Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat jelas dan diterima secara universal oleh seluruh mazhab dan ahli qira'at: Surah Al-Lahab terdiri dari lima (5) ayat. Meskipun singkat, lima ayat ini mengandung nubuat, peringatan keras, dan pelajaran teologis yang sangat mendalam, menjadikannya salah satu surah Makkiyah yang paling kuat dalam menyampaikan pesan kepastian azab bagi penentang kebenaran.

I. Teks, Terjemahan, dan Penegasan Jumlah Ayat (5 Ayat)

Surah ini merupakan surah ke-111 dalam susunan mushaf Utsmani. Mari kita lihat teks Arab dari kelima ayat tersebut, yang menjadi landasan utama kajian ini. Kesepakatan para ulama, mulai dari ulama Kufah, Basrah, hingga Hijaz, menegaskan hitungan lima ayat ini tanpa perselisihan.

Ayat 1

تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ

Terjemahan: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.

Ayat 2

مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ

Terjemahan: Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.

Ayat 3

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

Terjemahan: Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (Al-Lahab).

Ayat 4

وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ

Terjemahan: Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).

Ayat 5

فِى جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ

Terjemahan: Di lehernya ada tali dari sabut (yang dipintal).

Kelima ayat ini membentuk satu kesatuan narasi yang menceritakan hukuman duniawi (doa kebinasaan) dan hukuman akhirat (api neraka) yang menanti Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, karena permusuhan mereka yang ekstrem terhadap dakwah Nabi Muhammad ﷺ.

II. Asbabun Nuzul: Konteks Historis yang Membentuk Lima Ayat

Untuk memahami mengapa Surah Al-Lahab begitu keras dan pribadi, kita harus menelusuri konteks pewahyuannya (Asbabun Nuzul). Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya kelima ayat ini tercatat dalam banyak riwayat shahih, khususnya dalam Shahih Bukhari dan Muslim, bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu.

A. Peringatan Publik di Bukit Shafa

Setelah turunnya firman Allah yang memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk memberikan peringatan kepada kerabat terdekatnya (Wa anżir ‘asyīratakal-aqrabīn - Surah Asy-Syu'ara [26]: 214), Nabi naik ke Bukit Shafa, yang merupakan tempat tinggi di Makkah, untuk mengumpulkan penduduk Quraisy secara terbuka. Ketika kerumunan, termasuk Abu Lahab, telah berkumpul, Nabi ﷺ bertanya, "Jika aku beritahu kalian bahwa ada sekelompok kavaleri di balik bukit ini yang siap menyerang kalian, apakah kalian akan memercayaiku?" Mereka menjawab serempak, "Ya, kami belum pernah mendengar engkau berbohong."

Nabi kemudian melanjutkan dengan peringatan keras mengenai azab Allah yang akan datang. Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian sebelum datangnya azab yang pedih." Ini adalah titik balik dakwah, dari rahasia menjadi terbuka.

B. Reaksi Keras Abu Lahab

Ketika mendengar seruan ini, Abu Lahab, yang merupakan paman kandung Nabi dan tetangga terdekatnya, bukannya mendukung, melainkan berdiri dan melontarkan caci maki. Ia mengucapkan kalimat yang sangat menusuk: "Tabbal laka! A li hadza jama’tanā?" (Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?).

Caci maki Abu Lahab tersebut bukan sekadar penolakan, tetapi merupakan penghinaan publik terhadap Rasulullah dan misi kenabiannya. Dalam tradisi Arab, mengutuk seseorang dengan frasa Tabba (celaka/binasa) adalah penghinaan yang sangat berat, terutama ketika diucapkan oleh kerabat dekat dalam konteks publik.

Ilustrasi Api Yang Bergejolak (Lahab) Representasi visual api neraka yang bergejolak, sesuai dengan makna Al-Lahab.

C. Turunnya Lima Ayat Al-Lahab

Sebagai respons langsung terhadap penghinaan Abu Lahab, Allah SWT menurunkan Surah Al-Lahab. Yang menarik adalah, Surah ini membalas kutukan Abu Lahab dengan mengarahkan kutukan yang sama kepada dirinya: Abu Lahab berkata, "Celakalah engkau (Muhammad)!", lantas Allah membalas: "Tabbat yadā abī Lahab" (Binasalah kedua tangan Abu Lahab). Ini menunjukkan perlindungan ilahi terhadap Rasulullah dan penegasan bahwa penentangnya akan mendapatkan balasan yang setimpal, bahkan jika ia adalah kerabat terdekat.

Surah ini berfungsi sebagai deklarasi kenabian dan pemisah definitif antara iman dan kekafiran, bahkan dalam lingkup keluarga. Kepastian azab yang disebutkan dalam lima ayat ini merupakan salah satu mukjizat Al-Qur'an, karena Abu Lahab hidup beberapa tahun setelah surah ini turun dan meninggal dalam keadaan kafir, menggenapi nubuat ilahi.

III. Tafsir Mendalam Kelima Ayat Surah Al-Lahab

Masing-masing dari lima ayat Surah Al-Lahab memiliki kedalaman linguistik dan teologis. Para mufassir klasik seperti Imam Ath-Thabari dan Ibnu Katsir, serta mufassir kontemporer seperti Sayyid Qutb dan Quraish Shihab, memberikan analisis yang kaya.

1. Tafsir Ayat Pertama: Kutukan dan Kepastian Kebinasaan

تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ

Kata kunci di sini adalah Tabbat (binasa, celaka). Ini adalah bentuk kata kerja masa lampau yang digunakan untuk menyatakan doa (kutukan) yang pasti terjadi. Frasa yadā abī Lahab (kedua tangan Abu Lahab) sering ditafsirkan dalam dua makna:

  1. Makna Harfiah (Tangan): Merujuk pada tangan yang digunakan Abu Lahab untuk melempar batu, atau tangan yang digunakan untuk menolak dan menghalangi dakwah. Secara fisik, tangannya akan binasa (gagal).
  2. Makna Kiasan (Kekuasaan dan Usaha): Tangan melambangkan seluruh usaha, pekerjaan, kekuasaan, dan segala daya upaya yang dimiliki Abu Lahab. Maksudnya, seluruh rencana dan kekuatannya untuk menghalangi Islam akan gagal total dan sia-sia.

Pengulangan wa tabb (dan sesungguhnya dia telah binasa) di akhir ayat berfungsi sebagai penekanan. Tabbat yadā adalah doa agar dia celaka dalam usahanya, sedangkan wa tabb adalah pernyataan kepastian bahwa celaka itu telah menimpanya atau pasti akan menimpanya di akhirat. Hal ini menunjukkan bahwa kebinasaan Abu Lahab adalah ketetapan yang tak terhindarkan, baik di dunia maupun di akhirat.

2. Tafsir Ayat Kedua: Kehampaan Harta dan Usaha

مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ

Ayat ini menyentuh inti dari kesombongan kaum Quraisy. Abu Lahab, sebagai paman Nabi dan salah satu bangsawan kaya, sangat mengandalkan harta dan kedudukan sosialnya. Ayat ini secara tegas meniadakan manfaat dari kekayaan tersebut di hadapan murka Allah.

Frasa māluhū (hartanya) merujuk pada kekayaan materi yang ia miliki, yang seharusnya dapat digunakan untuk berbuat baik atau menebus kesalahan dalam pandangan duniawi. Sementara frasa wa mā kasab (dan apa yang ia usahakan/peroleh) ditafsirkan oleh para ulama dalam beberapa cara:

Pesan teologisnya sangat kuat: di hari kiamat, hanya keimanan dan amal saleh yang bermanfaat. Harta dan garis keturunan, betapapun mulianya di dunia, tidak memiliki daya tawar sedikit pun di hadapan keadilan Allah.

3. Tafsir Ayat Ketiga: Kepastian Api yang Bergejolak

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

Ayat ini adalah nubuat eksplisit mengenai nasib akhirat Abu Lahab. Kata Sayaṣlā berarti "kelak dia akan masuk" atau "terbakar." Penggunaan huruf Sīn (س) di awal kata kerja menunjukkan kepastian kejadian di masa depan yang dekat.

Neraka yang akan ia masuki digambarkan sebagai Nāran żāta Lahab (api yang memiliki gejolak/nyala). Hal ini merupakan ironi teologis dan linguistik yang luar biasa, sebab Abu Lahab sendiri berarti "Ayah Api yang Bergejolak." Nama panggilan buruknya di dunia menjadi gambaran sempurna tentang hukuman abadi yang menantinya di akhirat.

Penyebutan Lahab (gejolak api) juga memperkuat makna bahwa siksaan ini akan sangat hebat dan tidak akan padam. Ini bukan hanya api biasa, melainkan api neraka yang intensitasnya jauh melampaui imajinasi manusia, disesuaikan dengan tingkat penentangan Abu Lahab yang melampaui batas sebagai paman Nabi.

4. Tafsir Ayat Keempat: Istri dan Peran Pembawa Kayu Bakar

وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ

Surah ini tidak hanya menghukum Abu Lahab, tetapi juga istrinya, Ummu Jamil binti Harb (saudari Abu Sufyan). Hukuman ini diberikan karena ia adalah mitra aktif Abu Lahab dalam memusuhi Nabi ﷺ. Ia diberi julukan Ḥammālatul-Ḥaṭab (Pembawa kayu bakar).

Para mufassir memberikan dua interpretasi utama untuk julukan "Pembawa Kayu Bakar":

  1. Makna Kiasan (Penyebar Fitnah): Ini adalah tafsir yang paling kuat. Kayu bakar melambangkan fitnah, permusuhan, dan hasutan yang ia sebarkan di antara masyarakat Makkah untuk membakar api kebencian terhadap Nabi Muhammad ﷺ. Ia berjalan dari satu tempat ke tempat lain, menyebarkan kebohongan dan gosip buruk.
  2. Makna Harfiah (Di Neraka): Sebagian ulama berpendapat bahwa ini adalah deskripsi pekerjaannya di neraka kelak; ia akan dipaksa mengumpulkan kayu bakar untuk menambah kobaran api suaminya.

Dalam kedua makna tersebut, peran Ummu Jamil digambarkan sebagai peran antagonis yang bekerja secara sinergis dengan suaminya untuk menggagalkan dakwah Nabi. Kebinasaannya setara dengan suaminya karena kesamaan tindakan dan niat mereka.

Ilustrasi Tali Sabut Representasi visual tali sabut yang melambangkan hukuman bagi istri Abu Lahab, Ummu Jamil. Hablu

5. Tafsir Ayat Kelima: Tali Sabut di Leher

فِى جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ

Ayat terakhir dari lima ayat ini memberikan detail mengenai hukuman Ummu Jamil di akhirat. Ia akan membawa beban (kayu bakar) dan di lehernya akan dilingkari Ḥablun min Masad (tali dari sabut atau serat yang dipintal).

A. Analisis Kata Kunci: Habl dan Masad

B. Implikasi Sosiologis dan Teologis

Penggunaan tali sabut sangat signifikan. Ummu Jamil adalah wanita bangsawan yang kaya raya. Di dunia, ia mungkin mengenakan kalung mewah dan perhiasan berharga. Ayat ini membalikkan kemuliaan dunianya: perhiasannya akan diganti dengan tali sabut yang kasar dan hina, yang akan menariknya ke dalam api neraka.

Imam Ar-Razi menafsirkan bahwa tali sabut ini melambangkan beban dosanya yang akan menjerat lehernya. Sementara itu, tafsir lain menghubungkan ini kembali ke fungsinya sebagai pembawa kayu bakar (fitnah). Tali tersebut mungkin adalah tali yang ia gunakan untuk mengikat kayu bakar, yang kemudian menjadi alat penyiksaan baginya di akhirat. Ini menegaskan bahwa alat yang digunakan untuk maksiat di dunia akan menjadi alat penyiksaannya di akhirat, sebuah konsep keadilan ilahi yang sempurna.

IV. Kekuatan Nubuat dan Kepastian Surah Lima Ayat Ini

Surah Al-Lahab, meskipun hanya terdiri dari lima ayat, memiliki keistimewaan yang menjadikannya bukti kenabian Muhammad ﷺ dan kepastian wahyu:

A. Nubuat yang Terpenuhi (Al-Ghayb)

Surah ini turun di saat Abu Lahab masih hidup dan memiliki kesempatan penuh untuk menyatakan keimanan. Namun, surah ini menyatakan dengan pasti bahwa ia akan binasa dan masuk neraka, artinya ia akan meninggal dalam keadaan kafir. Tidak ada pengecualian atau jalan keluar yang diberikan kepadanya, bahkan jika ia mengucapkan syahadat.

Para ahli tafsir menekankan bahwa Surah Al-Lahab adalah mukjizat karena ia memprediksi takdir kekal seorang individu tertentu yang hidup. Jika saja Abu Lahab berpura-pura masuk Islam, atau benar-benar masuk Islam setelah surah ini turun, niscaya kebenaran Al-Qur’an akan diragukan. Namun, Abu Lahab memang meninggal setelah Perang Badar, dalam keadaan penuh nanah (akibat penyakit menular) dan sepenuhnya kafir, membenarkan setiap kata dari lima ayat yang diturunkan.

B. Penetapan Hukuman bagi Penentang Keluarga

Surah ini memberikan pelajaran penting bahwa hubungan darah, betapapun dekatnya (seperti paman dan keponakan), tidak akan memberikan perlindungan di hadapan Allah jika individu tersebut menolak kebenaran. Abu Lahab seharusnya menjadi pendukung utama Nabi, tetapi permusuhannya yang begitu keji membuatnya mendapatkan hukuman yang sangat spesifik dan abadi. Ini mengajarkan prinsip tauhid yang murni: keselamatan hanya bergantung pada keimanan, bukan pada kedudukan atau silsilah.

V. Analisis Linguistik dan Retorika (I'jaz)

Struktur linguistik lima ayat Surah Al-Lahab sangat memukau, menunjukkan I'jaz (aspek kemukjizatan) Al-Qur'an.

A. Keselarasan Bunyi (Saj' dan Fashilah)

Surah ini menggunakan rima yang konsisten (rima 'b' dan 'd', diikuti rima 'd' dan 'd'). Setiap ayat berakhir dengan bunyi yang memantul dan tegas: wa tabb, wa kasab, dzāti lahab, al-ḥaṭab, min masad. Rima yang kuat ini menambah kesan dramatis dan peringatan yang keras. Pengulangan bunyi 'b' dan penekanan pada kata-kata yang mengandung kekerasan (seperti Lahab dan Masad) mencerminkan beratnya hukuman yang dijanjikan.

B. Kontras Simbolis

Lima ayat ini penuh dengan kontras:

C. Penggunaan Nama Spesifik

Ini adalah salah satu dari sedikit surah yang secara langsung menyebut nama seseorang. Para ulama berpendapat bahwa penyebutan nama Abu Lahab (alih-alih nama aslinya, Abdul Uzza) memiliki makna ganda:

  1. Ia disebut dengan kunyah (nama panggilan) yang populer.
  2. Kunyah tersebut secara profetik merujuk pada nasib kekalnya di neraka (Lahab = Api yang bergejolak). Ini adalah penamaan yang menunjuk langsung pada hukuman, menjadikannya sebuah tanda peringatan bagi siapa pun yang memiliki kebencian serupa terhadap kebenaran.

VI. Membandingkan Al-Lahab dengan Surah Pendek Lain

Meskipun Surah Al-Lahab hanya memiliki 5 ayat, ia sering dibandingkan dengan surah pendek lainnya untuk memahami variasi struktur Al-Qur'an:

1. Surah Al-Kautsar (3 Ayat): Surah terpendek dalam Al-Qur'an. Berisi kabar gembira dan perintah ibadah bagi Nabi Muhammad ﷺ.

2. Surah Al-Ikhlas (4 Ayat): Surah yang menjelaskan esensi ketauhidan (kemurnian). Ini bersifat doktrinal dan fundamental.

3. Surah Al-Lahab (5 Ayat): Bersifat sangat spesifik, historis, dan mengandung nubuat langsung mengenai hukuman individu tertentu.

4. Surah An-Nasr (3 Ayat): Surah Makkiyah yang pendek berisi janji kemenangan dan perintah tasbih.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa meskipun Surah Al-Lahab hanya lima ayat, kepadatannya dalam menyampaikan pesan kenabian, peringatan, dan detail hukuman terhadap musuh kebenaran sangatlah tinggi. Ini adalah surah yang pendek, tetapi berat dalam implikasi teologisnya.

VII. Hikmah dan Pelajaran yang Terkandung dalam 5 Ayat Al-Lahab

Kelima ayat ini tidak hanya berbicara tentang Abu Lahab di masa lalu, tetapi juga memberikan pelajaran universal bagi umat Islam di setiap zaman.

1. Pentingnya Ketegasan dalam Membela Kebenaran

Surah ini mengajarkan bahwa tidak boleh ada kompromi dalam masalah akidah dan kebenaran, bahkan jika penentangnya adalah keluarga inti. Nabi Muhammad ﷺ diperintahkan untuk memisahkan diri dari penentangan pamannya dan membiarkan ketetapan Allah berlaku, meskipun secara sosial hal itu sangat sulit.

2. Kebinasaan Usaha Tanpa Keimanan

Ayat kedua (Mā aghnā ‘anhu māluhū wa mā kasab) menekankan bahwa semua upaya duniawi—harta, kekuasaan, dan pengaruh—adalah sia-sia jika tidak didasari oleh keimanan dan digunakan di jalan yang benar. Kekayaan adalah ujian, bukan jaminan keselamatan.

3. Peran Pendukung Kejahatan

Hukuman yang diberikan kepada Ummu Jamil menunjukkan bahwa dosa tidak hanya ditimpakan kepada pemimpin kejahatan (Abu Lahab) tetapi juga kepada mereka yang aktif mendukung, menghasut, atau menyebarkan fitnah (ḥammālatul-ḥaṭab). Keterlibatan dalam menyebarkan permusuhan dan kebohongan memiliki konsekuensi yang serius di akhirat.

4. Keadilan Ilahi yang Sempurna

Siksa yang menimpa keduanya bersifat jaza' min jinsil 'amal (balasan yang sesuai dengan jenis perbuatan). Ummu Jamil yang membawa kayu bakar fitnah, akan membawa tali sabut yang kasar; Abu Lahab yang namanya berarti api, akan masuk api yang bergejolak. Hukuman ini dirancang untuk mencerminkan kejahatan yang mereka lakukan di dunia.

VIII. Penutup: Lima Ayat yang Mengguncang

Kesimpulannya, pertanyaan mengenai "Al-Lahab berapa ayat?" dijawab dengan pasti: lima ayat. Namun, nilai dari surah ini jauh melampaui jumlahnya. Kelima ayat ini merupakan deklarasi tegas Allah SWT yang melindungi Nabi-Nya, memprediksi masa depan, dan menetapkan standar ketat mengenai siapa pun yang secara terbuka memusuhi kebenaran.

Surah Al-Lahab adalah surah yang penuh peringatan, mengajarkan kita tentang bahaya kesombongan, kehampaan harta tanpa iman, dan kepastian pembalasan ilahi bagi mereka yang menentang para pembawa risalah. Sejak awal dakwah Islam, surah ini telah menjadi pengingat abadi bahwa Allah SWT Maha Melindungi hamba-Nya dan akan membinasakan segala daya upaya orang-orang yang merencanakan kejahatan terhadap agama-Nya.

🏠 Homepage