Dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna luar biasa dan relevansi abadi bagi kehidupan umat manusia. Salah satunya adalah Surat Al Baqarah ayat 276. Ayat ini secara tegas membedakan antara praktik riba yang dikutuk dan sedekah yang diberkahi, memberikan panduan fundamental bagi setiap Muslim dalam urusan muamalah dan keuangan. Memahami ayat ini bukan hanya sekadar menghafal teks, tetapi meresapi hikmah di baliknya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
(Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang berbuat demikian, (melainkan) setiap orang yang banyak melakukan sumpah dan dosa.)
Ayat ini memulai penjelasannya dengan firman Allah SWT, "Allah memusnahkan riba." Kata "memusnahkan" (يَمْحَقُ - yamḥaqu) memiliki makna yang sangat kuat. Ini bukan sekadar mengurangi, tetapi menghancurkan secara total, menghilangkan keberkahan, dan pada akhirnya membawa kerugian. Riba, dalam pandangan Islam, adalah praktik mengambil keuntungan dari utang tanpa adanya risiko atau kerja keras yang sepadan. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari bunga bank yang berlipat ganda hingga praktik tengkulak yang mengeksploitasi petani.
Mengapa Allah memusnahkan harta hasil riba? Karena praktik ini seringkali didasari oleh keserakahan, penindasan terhadap orang yang membutuhkan, dan ketidakadilan. Harta yang diperoleh dari riba mungkin terlihat bertambah secara nominal di awal, namun keberkahannya hilang. Ini bisa termanifestasi dalam berbagai bentuk: penyakit yang menimpa diri atau keluarga, masalah yang datang silih berganti, ketidaktentraman jiwa, atau bahkan kehancuran bisnis secara perlahan namun pasti. Riba menciptakan kesenjangan sosial, di mana segelintir orang menjadi kaya raya dengan mengorbankan banyak orang lain yang terjerat hutang.
Berbeda dengan riba, ayat ini kemudian menyebutkan, "dan menyuburkan sedekah." Kata "menyuburkan" (يُرْبِي - yurbee) mengandung makna pertumbuhan, perkembangan, dan penambahan yang positif. Sedekah adalah pemberian harta atau sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain, semata-mata karena Allah. Sedekah bisa berupa uang, makanan, pakaian, ilmu, tenaga, atau bahkan senyuman tulus.
Ketika seorang Muslim bersedekah dengan ikhlas, Allah tidak hanya akan menggantinya di dunia, tetapi juga memberikannya balasan yang berlipat ganda di akhirat. Harta yang disedekahkan tidak akan berkurang, justru akan bertambah dalam keberkahannya. Ini bukan berarti penambahan secara kuantitas semata, tetapi penambahan dalam nilai guna, ketenangan jiwa, kebahagiaan, dan terhindar dari musibah. Sedekah membersihkan hati dari kekikiran dan menumbuhkan rasa empati serta kepedulian terhadap sesama. Ia adalah investasi akhirat yang keuntungannya tak terhingga.
Bagian akhir ayat ini mengingatkan, "Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang berbuat demikian, (melainkan) setiap orang yang banyak melakukan sumpah dan dosa." Para mufassir menjelaskan bahwa kata "berbuat demikian" mengacu pada sifat-sifat negatif yang menjadi landasan praktik riba, yaitu kekufuran (ingkar terhadap nikmat dan aturan Allah) dan kedurhakaan (berbuat dosa). Allah tidak menyukai orang yang terus-menerus melakukan kekufuran dan dosa, terutama yang terkait dengan ketidakadilan dan penindasan ekonomi.
Penggalan "setiap orang yang banyak melakukan sumpah dan dosa" dapat diartikan sebagai sifat orang yang terbiasa melakukan kebohongan, pengkhianatan, dan pelanggaran janji, yang seringkali menyertai praktik riba. Mereka adalah orang yang lisannya sering mengeluarkan sumpah palsu untuk menipu atau meyakinkan orang lain, dan hatinya telah terbiasa melakukan berbagai macam dosa tanpa rasa penyesalan. Allah mengecam sifat-sifat seperti ini karena merusak tatanan sosial dan menghancurkan moralitas.
Surat Al Baqarah ayat 276 memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Di era modern ini, penting untuk senantiasa waspada terhadap praktik-praktik keuangan yang mengandung unsur riba, baik yang terselubung maupun yang terang-terangan. Mulai dari pengelolaan keuangan pribadi, berinvestasi, hingga berbisnis, prinsip keadilan dan keberkahan harus selalu dijunjung tinggi.
Marilah kita menjadikan ayat ini sebagai pengingat untuk selalu memilih jalan sedekah. Berikanlah sebagian dari rezeki yang Allah titipkan kepada kita untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dengan bersedekah, kita tidak hanya meringankan beban orang lain, tetapi juga menyuburkan harta kita sendiri dan mendatangkan keridaan Allah SWT. Ingatlah, harta yang bersih dan berkah adalah harta yang akan membawa kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.